Momen liburan akhir tahun menjadi waktu yang paling dinanti oleh banyak orang. Liburan hadir sebagai angin segar untuk menyegarkan pikiran. Namun, di balik euforia tersebut, gempuran diskon akhir tahun dan tren media sosial kerap memicu perilaku konsumtif atau Fear of Missing Out (FOMO).
Menanggapi fenomena tersebut, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Airlangga (Unair), Prof Dr Rudi Purwono SE MSE memberikan pandangan dan tips agar tetap sehat secara finansial meski sedang menikmati liburan.
Prof Rudi menyoroti bahwa perilaku boros saat liburan seringkali dipengaruhi oleh faktor psikologis, bukan semata karena rendahnya literasi keuangan. Menurutnya, diskon sering menciptakan "ilusi berhemat" yang justru mendorong pembelian barang secara spontan tanpa manfaat yang jelas.
Terlebih di era digital, tekanan sosial untuk memamerkan kebahagiaan liburan di media sosial membuat keputusan konsumsi menjadi tidak rasional.
"Pengeluaran lebih didorong oleh keinginan sesaat dibandingkan pertimbangan rasional terutama berkaitan dengan kebutuhan," jelas Prof Rudi, Minggu (28/12).
Agar tidak mengalami krisis keuangan pasca-liburan, Prof Rudi menyarankan untuk melakukan penganggaran (budgeting) yang disiplin. Ia merekomendasikan sebuah rumus sederhana dalam mengelola uang saku.
"Salah satu pendekatan sederhana adalah mengalokasikan maksimal 20-30 persen uang saku bulanan untuk kebutuhan hiburan dan leisure selama liburan," ungkapnya. Sementara sisanya, harus tetap diprioritaskan untuk kebutuhan rutin dan tabungan. Batasan ini berfungsi sebagai "pagar psikologis," agar tidak terbuai oleh potongan harga yang fantastis.
Satu hal yang menjadi perhatian serius Dekan FEB Unair adalah maraknya penggunaan fitur Buy Now Pay Later (paylater) di kalangan masyarakat. Prof Rudi menegaskan bahwa paylater sejatinya adalah utang jangka pendek yang berisiko membebani masa depan dengan bunga atau denda tinggi.
Ia berpesan agar tidak menggunakan fasilitas utang hanya demi gengsi atau mengikuti tren liburan.
"Penting bagi masyarakat untuk menerapkan mindset: Jika belum memiliki pendapatan tetap, maka prinsipnya sederhana: jangan membiayai gaya hidup dengan utang," tegasnya.
Prof Rudi mengingatkan bahwa esensi liburan adalah untuk mengisi ulang energi (recharge), bukan sekadar bepergian jauh atau ke tempat mahal. Meskipun anggaran terbatas tapi tetap bisa menikmati liburan berkualitas dengan melakukan hobi, berkumpul dengan keluarga, atau kegiatan yang meningkatkan kapasitas diri.
Prof Rudi menekankan pentingnya kesiapan finansial untuk menghadapi semester baru. Jangan sampai kondisi "kantong kering" pasca-liburan justru mengganggu fokus belajar.
"Pada akhirnya, kebebasan finansial bukan soal seberapa besar uang yang dimiliki, melainkan seberapa bijak kita menggunakannya," pungkasnya.

