Penulis: Fityan
TVRINews - Aceh Tamiang
Relawan Sekolah Rakyat menghadirkan keceriaan di tengah keterbatasan tenda pengungsian Desa Sekumur.
Di bawah naungan tenda darurat yang sederhana, riuh tawa anak-anak Desa Sekumur memecah keheningan pascabanjir bandang yang menerjang Kabupaten Aceh Tamiang.
Di sinilah "Sekolah Rakyat" berdiri, bukan sekadar sebagai tempat bertukar ilmu, melainkan sebagai ruang perlindungan untuk merajut kembali rasa aman yang sempat hanyut bersama arus air.
Inisiatif yang dimotori oleh puluhan guru muda dari komunitas TDC ini muncul sebagai respons atas kondisi psikologis anak-anak di pengungsian.
Pasca-bencana, banyak dari mereka mulai menunjukkan gejala stres dan kehilangan semangat untuk belajar.
Membangun Kembali Harapan
Agum Aditya, inisiator Sekolah Rakyat, mengungkapkan bahwa program ini dirancang khusus untuk menyentuh sisi emosional anak-anak.
Menurutnya, pemulihan mental jauh lebih mendesak dibandingkan kurikulum formal saat situasi krisis.
"Kami menyaksikan sendiri bagaimana anak-anak mulai merasa jenuh dan tertekan di pengungsian.
Melalui Sekolah Rakyat, kami berupaya menghadirkan kembali rasa nyaman dan keceriaan lewat pendampingan psikologis dan permainan edukatif," ujar Agum di kutip Minggu 28 Desember 2025.
Tim relawan yang sebagian besar terdiri dari guru perempuan ini memiliki latar belakang pendidikan yang beragam, mulai dari pengajar bahasa hingga spesialis trauma healing.
Keberagaman kompetensi ini memungkinkan pendekatan yang lebih personal bagi setiap anak.
Perjalanan Penuh Dedikasi
Akses menuju Desa Sekumur bukanlah perkara mudah.
Para relawan harus menempuh perjalanan darat selama empat jam dari Kota Medan, kemudian melintasi sungai dengan perahu kayu untuk mencapai titik terdampak.
Namun, bagi mereka, medan yang sulit bukanlah penghalang demi misi kemanusiaan.
Agum menegaskan bahwa kehadiran mereka murni untuk memberikan solusi nyata, bukan sekadar kunjungan formalitas.
"Kesiapan mental adalah syarat utama. Kami berada di sini bukan untuk berwisata, melainkan untuk memastikan bahwa anak-anak korban bencana tidak kehilangan hak mereka untuk merasa aman dan tetap bermimpi," tegasnya.
Filosofi di Balik Tenda Pengungsian
Sekolah Rakyat menjadi bukti bahwa pendidikan tidak harus selalu dibatasi oleh dinding kelas.
Di tengah keterbatasan fasilitas pascabanjir yang melanda Aceh dan Sumatera Utara sebulan terakhir, kehadiran para guru muda ini menjadi lentera bagi pemulihan sosial masyarakat.
Fokus utama mereka tetap satu: memastikan bahwa trauma masa lalu tidak menghalangi masa depan anak-anak Aceh Tamiang.
Di balik tenda-tenda pengungsian itu, Sekolah Rakyat terus berdiri tegak, membuktikan bahwa rasa aman adalah fondasi utama bagi setiap proses belajar.
Editor: Redaktur TVRINews





