Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan atau KSOP Kelas III Labuan Bajo menutup sementara pelayaran kapal wisata maupun kapal lainnya ke Pulau Padar dan Pulau Komodo di Taman Nasional Komodo karena potensi cuaca ekstrem.
Kepala KSOP Kelas III Labuan Bajo Stephanus Risdiyanto di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur atau NTT mengatakan penutupan sementara pelayaran juga dilakukan berdasarkan peristiwa kecelakaan kapal wisata pada Jumat (26/12) malam yang mengakibatkan empat warga Spanyol hilang hingga Minggu (28/12) sore.
"Pada saat-saat tertentu itu akan ada gelombang swell yang tinggi dengan periode singkat, sehingga setelah berkoordinasi dengan semua unsur dan BMKG maka tadi malam kita keluarkan notice to mariner (NtM) yang menutup sementara pelayaran ke komodo dan ke Padar," kata dia dikutip dari Antara, Sabtu (27/12).
Tujuan larangan berlayar itu dikeluarkan sekaligus untuk memudahkan tim tanggap darurat atau Tim SAR gabungan melakukan pencarian dan evakuasi terhadap empat warga Spanyol yang hilang.
Stephanus menjelaskan, dalam NtM yang dikeluarkan pada Jumat (26/12) malam itu, KSOP Labuan Bajo mengingatkan kapal-kapal yang berlayar di perairan Labuan Bajo dan perairan Taman Nasional Komodo agar memperhatikan prakiraan cuaca dan peringatan dini BMKG mulai tanggal 26 Desember 2025 hingga 1 Januari 2026.
"Menghindari perairan yang berpotensi cuaca ekstrem di Labuan Bajo karena perkiraan gelombang tinggi, arus dan angin kuat," katanya.
Ia meminta para nakhoda kapal agar tetap waspada dan memperhatikan cuaca melalui https://peta-maritim.bmkg.go.id/ofs/ dan memastikan kelaiklautan kapal serta berlindung jika cuaca buruk.
Selain itu, ia mengimbau para nakhoda kapal berlabuh atau mooring di area yang terlindung dari gelombang tinggi dan arus kuat. "Berkoordinasi dengan Syahbandar dan Basarnas jika mengetahui cuaca semakin memburuk," katanya.
Ia menegaskan pelayanan surat persetujuan berlayar (SPB) dengan tujuan Padar- Komodo ditutup sementara sampai cuaca kembali membaik.
Sebelumnya, KM Putri Sakinah tenggelam di Perairan Pulau Padar, Labuan Bajo pada Jumat (26/12) malam. Kapal mengangkut 11 penumpang yang terdiri dari tujuh wisatawan asing berkewarganegaraan Spanyol, empat anak buah kapal (ABK), dan satu orang pemandu wisata (tour guide).
Tujuh di antaranya selamat, termasuk dua warga Spanyol. Namun empat warga Spanyol lainnya masih hilang, yakni Martin Carreras Fernando, Martin Garcia Mateo, Martines Ortuno Maria Lia, dan Martinez Ortuno Enriquejavier.
Keenam warga Spanyol itu merupakan keluarga. Korban selamat yakni Andrea, istri dari korban hilang, dan anak perempuannya.
Tim SAR gabungan memperluas wilayah pencarian terhadap empat SNA asal Spanyol itu. "Tim SAR gabungan mulai melaksanakan penyisiran kembali di perairan Pulau Padar dengan perluasan area hingga 5.25 nautical mile dari lokasi kejadian," kata Kepala Kantor Basarnas Maumere Fathur Rahman dihubungi dari Labuan Bajo, Minggu (28/12).
Sejumlah alat utama dikerahkan untuk melakukan penyisiran, berupa kapal Rigid Inflatable Boat (RIB) Pos SAR Manggarai Barat, Sea Rider KSOP Labuan Bajo, Sea Rider Ditpolairud Polda NTT, Rigid Bouyancy Boats (RBB) Lanal Labuan Bajo, Kapal Polisi Pemburu Cepat (KPC) Ditpolairud Polda NTT, kapal KN Grantin KPLP Labuan Bajo.
Tim juga akan mengerahkan kapal KN SAR Puntadewa bersama 27 rescuer dan tenaga pendukung dari Kantor SAR Maumere menuju lokasi kejadian guna mendukung pencarian para korban yang berasal dari Spanyol itu. "Estimasi kapal tiba di Labuan Bajo sekitar pukul 20.30 Wita," katanya.
Ia menyatakan, Tim SAR gabungan dan seluruh potensi SAR secara intensif melakukan pencarian para korban dan berharap pencarian hari ketiga ini membuahkan hasil. "Semua Tim SAR gabungan hari ini terus melaksanakan pencarian, semoga korban segera kita temukan," katanya.
Gelombang Tinggi di Labuan Bajo Imbas Bibit Siklon 96SBadan Meteorologi klimatologi dan Geofisika atau BMKG memperkirakan perairan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, berpotensi terjadi gelombang tinggi hingga akhir tahun 2025, karena pengaruh bibit siklon 96S
"Sampai akhir tahun masih, untuk wilayah perairan yang di wilayah utara itu pada 31 Desember 2025 sudah sedikit menurun di 0,7 meter sampai 1,16 meter, sementara itu yang perlu diwaspadai adalah di selatan," kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran di Labuan Bajo, Sabtu (27/12).
Maria Seran menyampaikan hal itu menyusul peristiwa kapal wisata KM Putri Sakinah yang tenggelam saat berlayar di perairan Pulau Padar pada Jumat (26/12) malam.
Maria Seran menjelaskan pengaruh dari bibit siklon 96S membuat kondisi cuaca mengalami hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, kemudian tinggi gelombang hingga tanggal 31 Desember 2025 di wilayah Selatan masuk kategori sedang yaitu berkisar 1,25 sampai 2,5 meter.
"Namun, kondisi prakiraan cuaca untuk tinggi gelombang itu dapat meningkat sewaktu-waktu ketika terjadi hujan disertai petir," kata dia.
Terkait kecelakaan kapal wisata KM Putri Sakinah yang menyebabkan empat WNA Spanyol masih dalam dalam pencarian dan tujuh penumpang telah dievakuasi, Maria menjelaskan penyebab kapal itu tenggelam karena gelombang alun atau swell.
Bibit Siklon 96S muncul pada 25 Desember 2025. “Di pusat dari bibit siklon ini, terjadi berbagai kondisi cuaca termasuk gelombang tinggi. Gelombang tinggi itu dapat berpencar atau menjalar sampai ke perairan di wilayah Taman Nasional Komodo,” kata dia.
“Yang terjadi pada Jumat malam diduga adalah swell, karena kondisi angin menurut laporan dari Basarnas kemudian dari pak KSOP sendiri bahwa kondisi cuaca saat itu angin juga tidak dalam kondisi yang kuat," Maria menambahkan.
Gelombang swell atau gelombang kiriman, datang dari pusat badai. Ketika gelombang masuk ke perairan sempit seperti perairan yang ada di kepulauan di NTT, kata Maria, maka akan semakin tinggi punggungnya dan dapat menyebabkan kecelakaan.
Maria Seran mengimbau agar warga dan wisatawan untuk rutin mengikuti informasi resmi dan imbauan dari BMKG serta pihak berwenang di daerah terkait.




