Bisnis.com, JAKARTA — Pasar saham Amerika Serikat berpeluang menutup 2025 dengan rekor baru, seiring dengan reli indeks utama yang terus berlanjut dan optimisme investor terhadap pemangkasan suku bunga The Fed.
Melansir Reuters pada Minggu (28/12/2025), indeks utama Wall Street terpantau menguat sepanjang Desember, setelah mampu bangkit dari tekanan yang sempat muncul akibat pelemahan saham teknologi terkait kekhawatiran terhadap belanja kecerdasan buatan (AI).
Indeks S&P 500 menutup perdagangan pada Rabu (24/12/2025) menjelang libur Natal dengan rekor tertinggi. Indeks acuan tersebut tinggal sekitar 1% lagi untuk mencapai level psikologis 7.000 untuk pertama kalinya.
S&P 500 juga berada di jalur mengamankan penguatan bulanan selama delapan bulan beruntun, yang menjadi performa terbaik sejak 2017–2018.
"Momentum jelas berada di pihak pasar bullish. Kecuali ada kejadian eksternal besar, arah pasar saham saya kira masih terus naik," ujar Paul Nolte, Senior Wealth Adviser dan Market Strategist Murphy & Sylvest Wealth Management.
Risalah pertemuan terbaru Federal Reserve akan menjadi fokus utama pada pekan perdagangan yang lebih pendek karena libur akhir tahun. Di sisi lain, penyesuaian portofolio jelang tutup tahun berpotensi memicu volatilitas, terlebih dalam kondisi volume perdagangan yang tipis.
Baca Juga
- Menkeu AS: Target Inflasi The Fed 2% Perlu Dikaji Ulang
- Harga Emas Cetak Rekor All-Time High, Kondisi Geopolitik dan The Fed jadi Katalis
- Para Pembeli Emas Antam yang Masih Gigit Jari Usai Putusan The Fed & BI Desember 2025
Menjelang 2026, pelaku pasar masih mencermati kapan The Fed akan kembali memangkas suku bunga. Bank sentral AS yang menjaga stabilitas inflasi dan tenaga kerja itu telah memangkas bunga acuan total 75 basis poin dalam tiga pertemuan terakhir 2025 ke kisaran 3,50%–3,75%.
Namun keputusan pemangkasan 25 basis poin dalam pertemuan 9–10 Desember lalu tak bulat, dengan proyeksi suku bunga tahun depan yang juga beragam antarpejabat The Fed. Risalah pertemuan yang akan dirilis Selasa pekan depan diperkirakan memberikan gambaran lebih jelas terkait perbedaan pandangan tersebut.
“Pasar kini fokus pada berapa banyak pemangkasan suku bunga yang akan terjadi tahun depan. Pekan depan kita akan mendapat sedikit lebih banyak informasi," kata Michael Reynolds, Wakil Presiden Investment Strategy Glenmede.
Selain itu, pasar menanti keputusan Presiden Donald Trump terkait calon Ketua The Fed menggantikan Jerome Powell yang masa jabatannya berakhir Mei mendatang. Setiap indikasi soal pilihan Trump dinilai berpotensi menggerakkan pasar.
Dengan menyisakan beberapa hari perdagangan pada 2025, S&P 500 tercatat menguat hampir 18% secara tahunan, sedangkan Nasdaq Composite yang sarat emiten teknologi naik 22%.
Namun sektor teknologi yang menjadi motor pasar bullish dalam lebih dari tiga tahun terakhir justru tersendat belakangan ini. Meski sempat rebound pekan ini, sektor tersebut telah turun lebih dari 3% sejak awal November.
Pada periode yang sama, sektor keuangan, transportasi, kesehatan, hingga saham berkapitalisasi kecil kompak mencatat kinerja solid. Pergerakan tersebut mengindikasikan adanya rotasi ke saham-saham dengan valuasi lebih moderat.
“Ada semakin banyak investor yang percaya bahwa ekonomi saat ini berada pada landasan yang cukup kokoh. Banyak hambatan yang dihadapi tahun ini tampaknya tidak akan sekuat itu pada tahun depan," ujar Anthony Saglimbene, Chief Market Strategist Ameriprise Financial.




