FAJAR, MAKASSAR — Pelatih PSM Makassar, Tomas Trucha, tak menutup fakta bahwa filosofi sepakbolanya banyak dipengaruhi oleh nama-nama besar Eropa. Diego Simeone, Pep Guardiola, hingga Jurgen Klopp menjadi rujukan utama dalam membentuk kerangka permainan Juku Eja.
Namun, ambisi besar tersebut mulai berhadapan dengan realitas kapasitas skuad PSM Makassar.
“Saya tetap mengikuti sepak bola dari Pep Guardiola, sepak bola dari Jurgen (Klopp), sepak bola dari (Diego) Simeone, dan hal-hal bagus yang bisa kita ambil dari pelatih-pelatih ini,” ujar Tomas Trucha dalam konferensi pers, Jumat (26/12/2025).
Pelatih asal Republik Ceko itu menegaskan, ia tidak serta-merta meniru satu gaya secara utuh. Trucha mengklaim hanya menyerap elemen-elemen terbaik dari masing-masing pelatih lalu mengombinasikannya sesuai kebutuhan tim.
“Saya mencoba melihat mereka semua dan mengombinasikan apa yang saya bisa. Ada hal-hal bagus dari masing-masing mereka yang bisa kita ambil,” lanjutnya.
Dalam praktiknya, Trucha berupaya menerapkan sepak bola intens ala Jurgen Klopp—pressing tinggi, transisi cepat, dan keberanian bermain agresif—dipadukan dengan disiplin bertahan ala Simeone serta penguasaan bola khas Guardiola.
Namun seiring berjalannya waktu, pendekatan tersebut mulai menemui kendala. Intensitas tinggi yang diinginkan Trucha kerap tidak berjalan konsisten selama 90 menit. Transisi cepat sering terputus, sementara koordinasi pressing terlihat belum solid.
Kondisi ini tercermin dari hasil enam pertandingan yang telah dijalani Trucha bersama PSM Makassar. Tiga kemenangan berhasil diraih di awal kepemimpinannya, namun grafik performa menurun pada laga-laga berikutnya. PSM bermain imbang sekali dan menelan dua kekalahan beruntun.
Kekalahan terbaru datang saat PSM takluk 0-1 dari Persib Bandung di Stadion Gelora Bandung Lautan Api (GBLA), Sabtu (27/12). Dalam laga tersebut, Juku Eja kesulitan mengembangkan permainan agresifnya dan gagal keluar dari tekanan Persib, terutama di babak kedua. Gol tunggal Andrew Jung menjadi penentu hasil akhir.
Meski kerap disandingkan dengan pelatih top dunia, Trucha menegaskan dirinya tidak ingin terjebak dalam label semata.
“Bagus jika dibandingkan dengan pelatih lain, tetapi saya adalah Coach Tomas. Saya memainkan sepak bola Tomas,” tegas pelatih berusia 54 tahun itu.
Pernyataan tersebut sekaligus menjadi sinyal bahwa Trucha menyadari keterbatasan yang ada. Sumber internal klub menyebut, pelatih PSM mulai mengevaluasi komposisi pemain yang dinilai belum sepenuhnya cocok dengan kebutuhan taktik berintensitas tinggi.
Jika PSM ingin benar-benar menjalankan sepak bola ala Klopp versi Trucha, perombakan skuad di bursa transfer paruh musim nyaris tak terelakkan. Tanpa pemain dengan stamina, agresivitas, dan kecerdasan taktik yang memadai, filosofi besar hanya akan berhenti sebagai wacana.
Kini, publik Makassar menanti langkah konkret manajemen: bertahan dengan skuad yang ada, atau memberi Trucha amunisi baru agar sepak bola modern yang ia impikan benar-benar hidup di atas lapangan.





