Kematian Seorang Bayi Perempuan di Tiongkok Usai Operasi Jantung Memicu Kemarahan Publik

erabaru.net
2 jam lalu
Cover Berita

Kematian seorang bayi perempuan berusia lima bulan setelah menjalani operasi jantung di sebuah rumah sakit besar di Tiongkok timur telah memicu kemarahan publik secara nasional, menimbulkan pertanyaan serius tentang dugaan malapraktik medis, serta memperparah ketidakpercayaan masyarakat yang telah lama mengendap terhadap institusi layanan kesehatan negara itu.

Bayi tersebut dipanggil “Xiaoluoxi” (小洛熙) — yang berarti “Luoxi kecil” — oleh orang tuanya dan publik. Ia meninggal dunia pada November 2024 setelah menjalani operasi yang menurut pihak rumah sakit diperlukan untuk menangani cacat jantung bawaan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Afiliasi Universitas Ningbo. 

Dalam beberapa minggu setelah kematiannya, orang tua Luoxi mulai melakukan kampanye publik untuk menuntut kejelasan. Kontroversi ini meningkat tajam pada Desember ketika laporan otopsi bertentangan dengan diagnosis awal dan dasar pembenaran operasi yang diberikan pihak rumah sakit.

Hasil Otopsi Bertentangan dengan Diagnosis Rumah Sakit

Pada 19 Desember, ibu Luoxi merilis laporan otopsi secara daring. Laporan tersebut menyimpulkan bahwa cacat jantung Luoxi hanyalah defek septum atrium sekunder berukuran 3 milimeter — suatu kondisi umum dan ringan yang biasanya dapat sembuh sendiri tanpa operasi. Para spesialis jantung anak yang dikutip oleh keluarga menyatakan bahwa lebih dari 80 persen cacat semacam itu akan menutup secara alami dalam waktu satu tahun, dan pasien tanpa gejala umumnya tidak pernah memerlukan intervensi bedah.

Yang sangat krusial, otopsi tidak menemukan bukti adanya kelainan jantung kompleks seperti yang sebelumnya diklaim pihak rumah sakit, termasuk “defek septum atrium tipe sinus koroner” atau “sindrom sinus koroner terbuka.” Temuan ini memicu tuduhan luas bahwa para dokter telah merekayasa atau melebih-lebihkan diagnosis untuk membenarkan tindakan operasi.

Dalam pernyataan emosional, ibu Luoxi menulis bahwa ia “hancur tak terkatakan” setelah membaca laporan tersebut, seraya menambahkan bahwa tenaga medis kemudian mengatakan kepadanya bahwa putrinya “seharusnya bisa hidup normal tanpa operasi.”

Prosedur Operasi Menimbulkan Pertanyaan Serius

Otopsi juga mengangkat pertanyaan yang mengkhawatirkan tentang prosedur operasi itu sendiri. Menurut laporan, sayatan antar tulang rusuk sepanjang 6,5 sentimeter dan sayatan perikardium sepanjang 5 sentimeter tidak dijahit secara internal, dan hanya kulit luar yang ditutup. Penyelidik menemukan sekitar 30 mililiter darah menggenang di rongga dada kanan bayi — sekitar sepertiga dari total volume darah bayi — serta cairan bercampur darah yang masih tersisa di dalam trakea.

Meski catatan operasi menyebutkan bahwa “seluruh tambalan telah diangkat,” otopsi menemukan sebuah tambalan perikardium berukuran 1,4 × 0,5 sentimeter masih tertinggal di dalam jantung.

“Catatan-catatan ini secara terang-terangan telah dipalsukan,” kata ayah Luoxi dalam unggahan terpisah. “Apa lagi yang masih bisa dipercaya dari seluruh berkas medis ini?”

Sebuah postingan di akun media sosial ayah Luoxi yang memperlihatkan ibunya dalam keadaan emosional yang kacau. (Gambar: Screenshot dari media sosial Tiongkok) Respons Resmi Menyisakan Banyak Pertanyaan; Orang Tua Mengalami Tekanan karena Bersuara

Pada 15 Desember, Komisi Kesehatan Kota Ningbo mengeluarkan pernyataan singkat yang mengakui adanya “kekeliruan dalam proses penilaian pra-operasi.” Komisi menyebut bahwa ahli bedah utama telah dicopot dari jabatannya dan diskors dari praktik, namun tidak menyebutkan namanya maupun menjawab pertanyaan tentang kualifikasi profesionalnya, ketiadaan rekaman pengawasan ruang operasi, atau kemungkinan kegagalan sistemik yang lebih luas.

Otopsi sendiri dilakukan pada 26 November atas penugasan otoritas kesehatan dengan persetujuan rumah sakit dan keluarga. Namun, laporan tersebut baru dirilis hampir sebulan kemudian tanpa penjelasan resmi mengenai keterlambatan tersebut.

Pada 18 Februari — hari ke-35 sejak kematian putri mereka, yang merupakan hari berkabung penting dalam tradisi Tiongkok — orang tua Luoxi kembali berbicara secara publik, menggambarkan dampak pribadi dari upaya mereka menuntut pertanggungjawaban.

Sang ayah mengatakan ia kehilangan pekerjaannya pada akhir November setelah mulai menuntut keadilan atas dugaan malapraktik tersebut. Sang ibu kemudian juga dipaksa mengundurkan diri. Dengan terputusnya sumber pendapatan, keluarga itu menjual mobil mereka untuk membiayai upaya hukum dan investigasi. Mereka mengatakan akun media sosial mereka berulang kali dibatasi, unggahan dihapus, siaran langsung diturunkan, bahkan nama anak mereka pun kadang disensor di dunia maya.

Meski tekanan finansial semakin berat, orang tua Luoxi secara konsisten menolak sumbangan publik. “Kami tidak mencari kompensasi,” kata sang ayah. “Kami hanya menginginkan kebenaran.”

Ketidakpercayaan Publik Kian Meningkat

Seiring meningkatnya perhatian publik terhadap kasus ini, sejumlah orang yang mengaku sebagai “orang dalam” dunia medis mulai membagikan analisis rinci secara daring. Seorang dokter menulis bahwa cacat jantung sebesar milik Luoxi tidak akan memerlukan operasi berdasarkan praktik klinis standar, karena kasus-kasus seperti ini biasanya hanya dipantau tanpa intervensi.

Yang lain mempertanyakan kredensial ahli bedah utama, mencatat bahwa ia kabarnya hanya memiliki gelar sarjana dan awalnya dilatih di bidang pediatri, bukan bedah kardiotoraks. Para pengamat mempertanyakan bagaimana ia bisa diizinkan melakukan operasi jantung berisiko tinggi Level 4 — klasifikasi paling kompleks.

Sejumlah tenaga medis berpendapat bahwa pihak rumah sakit seharusnya secara terbuka merilis dokumen yang menunjukkan riwayat pelatihan, daftar kasus, otorisasi risiko, dan evaluasi kompetensi sang dokter bedah. Tanpa bukti tersebut, mereka mengatakan, masalah ini mungkin menunjuk pada pelanggaran institusional, bukan sekadar kesalahan individu.

Tuduhan yang lebih eksplosif datang dari orang-orang yang mengklaim memiliki pengetahuan internal tentang rumah sakit tersebut. Menurut mereka, sang dokter bedah sedang mengejar promosi akademik dan kualifikasi riset, dengan fokus pada bedah jantung pada bayi prematur.

Mereka menuduh bahwa setelah berhasil mengoperasi seorang bayi yang lahir sangat prematur di bawah pengawasan ahli di Shanghai, sang dokter berupaya melakukan prosedur serupa secara mandiri. Luoxi — yang lahir prematur dengan berat hanya 1,5 kilogram — diduga dipilih sebagai “kasus berikutnya,” meski secara medis ia tidak memerlukan operasi.

Pihak rumah sakit hingga kini belum menanggapi klaim-klaim tersebut.

Kasus ini telah mengguncang perasaan publik Tiongkok secara mendalam, menyentuh skeptisisme luas terhadap institusi medis. Dalam beberapa tahun terakhir, kepercayaan publik telah tergerus oleh laporan tentang perawatan berlebihan, layanan yang berorientasi pada keuntungan, pemalsuan catatan, dan mekanisme pertanggungjawaban yang tidak transparan.

“Ini bukan kecelakaan medis,” tulis sebuah komentar yang banyak dibagikan. “Seorang anak yang sehat dioperasi sampai meninggal.”

Leo Timm turut berkontribusi dalam laporan ini.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Rekaman CCTV Inara Rusli dan Insanul Fahmi Berhubungan Intim Tersebar, Hotman Paris Berikan Tanggapan
• 16 jam lalugrid.id
thumb
4 Destinasi Wisata di Jakarta Favorit Pengunjung Saat Libur Natal 2025
• 14 jam laludetik.com
thumb
Marak WNI Terjebak Jadi Scammer-Admin Judol, Ini Kata Dubes RI Untuk Kamboja
• 11 jam lalukumparan.com
thumb
BMKG Keluarkan Peringatan Dini, Hujan Lebat Mengintai Luwu Utara, Enrekang, dan Selayar
• 15 jam laluharianfajar
thumb
Tindak Lanjuti Arahan Prabowo, Polres Klaten Bangun Jembatan untuk Bantu Warga
• 17 jam laludetik.com
Berhasil disimpan.