Penulis: Ricardo Julio
TVRINews, Belawan
Kementerian Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Kemenko Infra) mengirimkan dua tim untuk mengawal penyaluran bantuan logistik sekaligus menurunkan tim ahli guna mempercepat penanganan dampak banjir bandang dan longsor di wilayah utara Sumatra, dengan fokus utama di Kabupaten Aceh Tamiang. Bantuan tersebut telah tiba di Pelabuhan Belawan, Medan, dan selanjutnya didistribusikan ke lokasi-lokasi terdampak.
Staf Khusus Menteri Koordinator Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Bidang Percepatan Pembangunan, Irjen Pol Arif Rachman, menyampaikan bahwa langkah ini merupakan tindak lanjut langsung atas arahan Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Atas instruksi Bapak Menko, kami langsung berangkat bersama tim ahli yang berjumlah 26 personel, sekaligus membawa bantuan logistik untuk mempercepat penanganan di titik-titik paling krusial," ujar Stafsus Arif, dalam keterangannya yang diterima pada Minggu, 28 Desember 2025.
Stafsus Arif menjelaskan, salah satu fokus utama dalam fase tanggap darurat adalah pemulihan konektivitas wilayah yang terputus akibat rusaknya infrastruktur jembatan. Untuk itu, Kemenko Infra menyiapkan pembangunan jembatan perintis di Desa Lubuk Sidup, Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, dengan bentang sekitar 250 meter.
"Karena bentang jembatan melebihi 100 meter, sementara ini kami menggunakan jembatan perintis agar konektivitas antarwilayah bisa segera dipulihkan," jelasnya.
Jembatan tersebut dirancang dapat dilalui oleh pejalan kaki, kendaraan roda dua, serta gerobak pengangkut logistik, sehingga distribusi bantuan dari Aceh Tamiang menuju Aceh Timur dapat kembali berjalan. Selama proses pembangunan berlangsung, pengiriman bantuan masih dilakukan menggunakan perahu karet.
Selain penanganan konektivitas, tim Kemenko Infra juga membawa instalasi pengolahan air bersih yang dikembangkan bersama Kementerian Kesehatan. Sistem ini memanfaatkan air sungai yang dipompa secara portabel, kemudian ditampung dan diendapkan selama 20 hingga 25 menit.
"Air hasil pengolahan ini minimal dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan MCK. Untuk air minum, masih diperlukan proses lanjutan oleh tim Kemenkes," ujar Stafsus Arif.
Kemenko Infra turut membawa contoh rumah modular knockdown berbahan beton ringan yang dirancang agar mudah dirakit dan mempercepat penyediaan hunian sementara bagi warga terdampak. Meski demikian, Stafsus Arif menegaskan bahwa saat ini prioritas utama tetap pada pemulihan jembatan dan akses wilayah.
"Ini masih rumah contoh. Fokus utama kami tetap memastikan konektivitas agar distribusi logistik tidak terhambat," katanya.
Lebih lanjut, Stafsus Arif menyampaikan bahwa meskipun bantuan juga disalurkan ke wilayah Sumatra Utara dan Sumatra Barat, Aceh khususnya Aceh Tamiang menjadi prioritas karena masih terdapat sejumlah daerah yang terisolasi.
"Semua wilayah terdampak menjadi perhatian, namun Aceh membutuhkan percepatan penanganan saat ini," ujarnya.
Distribusi bantuan dilakukan melalui jalur laut menggunakan KRI Semarang 594, yang bergerak dari wilayah Pantai Timur menuju Lhokseumawe, kemudian berlanjut ke kawasan Pantai Barat seperti Nagan Raya. Stafsus Arif menekankan bahwa penanganan bencana dilakukan secara bertahap, dimulai dari tanggap darurat, kemudian rehabilitasi, hingga rekonstruksi.
"Prinsip penanganan kami meliputi quick response, build better, dan accessible. Namun seluruh tahapan tersebut membutuhkan waktu, perencanaan yang matang, serta kolaborasi lintas kementerian dan lembaga," katanya.
Saat ini, Kemenko Infra bersama Kementerian PU juga telah menurunkan puluhan alat berat untuk membuka akses jalan serta membersihkan material sisa banjir. Penanganan fasilitas publik, seperti sekolah dan rumah sakit, akan menjadi fokus pada tahap berikutnya.
"Ini adalah misi kemanusiaan. Kami siap bolak-balik Jakarta ke Medan hingga ke Aceh untuk memastikan bantuan tersalurkan dan penanganan berjalan optimal," tutup Arif.
Editor: Redaktur TVRINews




