FAJAR, SURABAYA — Uston Nawawi menjawab keraguan publik dengan cara paling lantang: kemenangan telak. Persebaya Surabaya tampil dominan dan menghancurkan Persijap Jepara 4-0 pada laga tunda pekan ke-8 Super League 2025/2026 di Stadion Gelora Bung Tomo, Minggu (28/12/2025).
Datang dengan status caretaker, Uston membawa Green Force tampil agresif, disiplin, dan efektif sejak menit awal. Di hadapan puluhan ribu Bonek, Persebaya tak sekadar menang—mereka menunjukkan identitas permainan yang sempat hilang.
Di tengah euforia kemenangan itu, muncul satu pertanyaan menarik: apakah ada jejak tangan Bernardo Tavares dalam kebangkitan Persebaya?
Struktur Rapi, Intensitas Tinggi
Persijap sebenarnya mencoba mencuri momentum lebih dulu lewat Alexis Nahuel Gómez pada menit pertama. Namun lini belakang Persebaya tampil solid dan terorganisasi. Setiap ancaman dipatahkan sebelum berkembang, menandakan koordinasi bertahan yang jauh lebih rapi.
Persebaya mulai mengontrol permainan lewat kombinasi Bruno Moreira, Francisco Rivera, dan Diego Maurício. Aliran bola cepat, jarak antar lini rapat, serta pressing agresif membuat Persijap terkurung sejak pertengahan babak pertama.
Tekanan itu berbuah penalti pada menit ke-25 setelah Bruno Moreira dijatuhkan di kotak terlarang. Bruno sendiri maju sebagai algojo dan mengeksekusi dengan tenang untuk membawa Persebaya unggul 1-0.
Kepercayaan diri Green Force langsung meningkat. Intensitas serangan tak menurun, hingga akhirnya Leonardo Lelis menggandakan keunggulan pada menit ke-37 lewat sundulan hasil umpan matang Francisco Rivera.
Skor 2-0 bertahan hingga jeda. Persijap kesulitan keluar dari tekanan karena kalah duel di lini tengah dan minim kreativitas di sepertiga akhir.
Babak Kedua: Kontrol Total
Memasuki babak kedua, Persijap mencoba mengubah arah permainan dengan dua pergantian pemain. Namun pola permainan Persebaya tak berubah. Pressing tetap ketat, transisi cepat, dan penguasaan bola terjaga.
Beberapa peluang sempat didapat Persijap melalui Carlos França dan Alexis Gómez, tetapi penyelesaian akhir yang buruk membuat Ernando Ari relatif tak terancam.
Masuknya Mihailo Perovic pada menit ke-60 menjadi keputusan tepat Uston Nawawi. Persebaya tetap agresif tanpa kehilangan keseimbangan.
Gol ketiga tercipta pada menit ke-80 melalui Francisco Rivera yang menuntaskan umpan Paulo Henrique. Empat menit berselang, Perovic melengkapi pesta lewat assist Bruno Moreira. Skor 4-0 menutup laga.
Jejak Tavares di Balik Ledakan?
Meski Uston Nawawi menjadi figur utama di pinggir lapangan, sebagian pengamat menilai ada kemiripan pola dengan filosofi yang pernah dibangun Bernardo Tavares di Persebaya: struktur bertahan kuat, disiplin posisi, dan agresivitas tanpa bola.
Perbedaannya, Uston memberi sentuhan lebih cair di lini serang. Jika di era Tavares Persebaya kerap tampil kaku dan terlalu pragmatis, kali ini agresivitas dibarengi keberanian memainkan bola di ruang sempit.
Dengan kata lain, kerangka dasar yang pernah dibangun tidak sepenuhnya hilang, hanya dimodifikasi agar lebih adaptif dan ofensif.
Jawaban untuk Bonek
Secara statistik dan visual, Persebaya unggul dalam efektivitas serangan dan kedisiplinan bertahan. Trio belakang Rachmat Irianto, Mitrevski, dan Lelis tampil nyaris tanpa celah.
Bagi Uston Nawawi, kemenangan ini bukan sekadar tiga poin, tetapi pernyataan. Persebaya di bawah komandonya menunjukkan bahwa tim ini masih punya identitas, mental, dan kualitas untuk bersaing.
Hasil ini menjaga momentum Green Force di klasemen Super League 2025/2026. Lebih penting lagi, kemenangan telak ini mengembalikan kepercayaan publik Surabaya—bahwa Persebaya belum habis, dan arah tim masih bisa diselamatkan.


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5348741/original/044965300_1757868710-Persija_Jakarta_vs_Bali_United-28.jpg)
