Padang: Tim Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah telah menyelesaikan program tanggap darurat bencana dengan tajuk Intervensi Kesehatan Gigi dan Mulut Terpadu (TERPADU) di zona krisis pasca debris flow (aliran debris) di hulu DAS Kota Padang, Sumatra Barat. Program ini digelar untuk memberikan respons cepat terhadap krisis kesehatan gigi dan sanitasi yang dihadapi masyarakat terdampak.
Program tanggap darurat bencana tersebut melibatkan enam dosen dan 15 mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah, serta bekerja sama dengan pemerintah desa/kelurahan/Kecamatan dan RSGM Baiturrahmah. Program ini dilaksanakan di tiga kecamatan yang paling terdampak, yaitu Pauh, Nanggalo, dan Koto Tangah.
Pada layanan kesehatan gigi dan mulut, Tim Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah memeriksa dan merawat 665 warga, termasuk aplikasi fluoride untuk pencegahan gigi berlubang pada 371 anak dari tiga SD terdampak, yakni SD 002 Cupak Tangah Pauh, SD 017 Nanggalo, dan SD 029 Dadok Koto Tangah.
Kemudian, membangun tiga fasilitas cuci tangan komunal (SCTK) dan tiga titik sumber air bersih (sumur bor) di lokasi strategis, seperti Kecamatan Koto Tangah (Kelurahan Koto Panjang Ikur Koto), Kecamatan Nanggalo (Kelurahan Tabiang Banda Gadang), dan Kecamatan Pauh (Kelurahan Cupak Tangah). Mendistribusikan 1.500 paket hygiene kit yang berisi pasta dan sikat gigi, deterjen, sabun cuci piring, sabun mandi dan tisu basah (wipes).
Tim Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah juga mengedukasi 202 orang dewasa dan 409 anak-anak tentang menjaga kesehatan gigi dan mulut dalam kondisi krisis. Lalu, menggunakan sistem pencatatan digital KoBoToolbox untuk pendataan pasien dan logistik, memastikan akuntabilitas dan kecepatan analisis data.
Baca Juga: Wakapolri Pastikan Percepatan Pemulihan Infrastruktur di Padang Pariaman
Ilustrasi, Pemeriksaan gigi dan mulut kepada korban bencana di Sumbar. Dok Istimewa
Ketua Tim Pelaksana, drg. Ricky Amran, MARS, mengatakan program ini dirancang sebagai respons integratif terhadap ancaman krisis kesehatan sekunder pascabencana. Pasalnya, bencana tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi mengganggu akses layanan kesehatan dasar, termasuk kesehatan gigi dan mulut.
"Program TERPADU hadir untuk memberikan layanan langsung, membangun sarana sanitasi sederhana, dan yang terpenting, meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menjaga kesehatan diri di tengah keterbatasan,” ujar Ricky dalam keterangannya, dilansir pada Minggu, 28 Desember 2025.
Program ini telah diserahkan secara resmi kepada pemerintah desa/kelurahan/kecamatan setempat melalui Berita Acara Serah Terima Aset (BAST), disertai rekomendasi untuk keberlanjutan dan monitoring. Diharapkan, intervensi ini tidak hanya meringankan beban kesehatan masyarakat terdampak secara langsung, tetapi menjadi model penanganan kesehatan gigi terpadu dalam situasi darurat bencana di masa depan.


