Bursa Asia ditutup menguat pada perdagangan di Jumat (26/12). Investor optimistis meski likuiditas pasar tergolong tipis akibat libur dalam sejumlah pusat keuangan utama, termasuk Australia, Hong Kong dan Eropa.
Dilansir Senin (29/12), berikut ini adalah catatan pergerakan sejumlah indeks utama dari Bursa Asia. Bursa Jepang menjadi sosortan dalam perdagangan kali ini:
- Hang Seng (Hong Kong): Libur Perayaan Hari Natal
- CSI 300 (China): Naik 0,32% ke 4.657,24
- Shanghai Composite (China): Naik 0,10% ke 3.963,68
- Nikkei 225 (Jepang): Naik 0,68% ke 50.750,39
- Topix (Jepang): Naik 0,15% ke 3.423,06
- Kospi (Korea Selatan): Naik 0,51% ke 4.129,68
- Kosdaq (Korea Selatan): Naik 0,49% ke 919,67
Reli pasar saham saat penghujung tahun terlihat semakin jelas, dengan investor mendorong beberapa indeks menuju level tertinggi baru. Pergerakan ini didorong oleh penyesuaian portofolio menjelang tahun depan yang diperkirakan akan didominasi oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga dan meningkatnya volatilitas lintas aset.
Dari China, data terbaru menunjukkan laba perusahaan industri turun secara tahunan sebesar 13,1% di November. Angka tersebut menambah bukti bahwa pemulihan ekonomi masih tersendat, dengan lemahnya permintaan domestik mengimbangi kinerja ekspor yang lebih kuat dan meningkatkan tekanan bagi pemerintah untuk memberikan dukungan kebijakan tambahan.
Ekonom Senior Economist Intelligence Unit, Xu Tianchen mengatakan data tersebut sejalan dengan perlambatan aktivitas ekonomi pada kuartal keempat, yang sebagian besar disebabkan oleh lemahnya permintaan domestik. Meski demikian, ia tetap berhati-hati optimistis terhadap prospek ke depan.
Bagi investor saham global, pelemahan laba industri tersebut memiliki dua implikasi utama. Pertama, kondisi tersebut dapat memengaruhi selera risiko di pasar keuangan, terutama jika respons kebijakan dinilai terlalu lambat di Asia.
Kedua, tren ini memperkuat narasi disinflasi global dan pelonggaran kebijakan moneter, yang selama ini mendukung valuasi saham meski pertumbuhan ekonomi masih tidak merata.
Dari Jepang, Bank of Japan (BOJ) telah menaikkan suku bunga pada pekan lalu. Inflasi Tokyo tercatat melambat bulan ini, namun masih berada di atas target bank sentral, sehingga membuka peluang kenaikan suku bunga lanjutan.
Gubernur Bank of Japan, Kazuo Ueda menegaskan bahwa inflasi inti terus bergerak mendekati target. Adapun Menteri Keuangan Jepang Satsuki Katayama kembali memperingatkan pasar terhadap pergerakan nilai tukar yen yang berlebihan.
Baca Juga: Bursa Suspensi Saham UNSP dan DPUM Imbas Harga Melonjak Tajam
Pergerakan tajam yen berpotensi berdampak ke aset berisiko melalui perubahan arus modal, biaya lindung nilai, serta dinamika dolar global, terutama menjelang akhir tahun ketika posisi pasar cenderung lebih rapuh.




