Nasib Saham Konglomerat 2026, Valuasi Mahal hingga Fokus Fundamental

bisnis.com
10 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham terafiliasi konglomerat berkinerja paling moncer di sepanjang 2025 ini. Tidak tanggung-tanggung, lonjakannya bahkan mencapai ribuan persen.

Berdasarkan data Bloomberg pada penutupan perdagangan Selasa (23/12/2025), sejumlah saham ternama masuk dalam jajaran top leaders IHSG. Artinya, saham-saham ini memiliki tenaga yang cukup besar untuk menggerakkan IHSG hingga terparkir di level 8.584,78 pada perdagangan kemarin.

Saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) menjadi salah satu saham dengan kontribusi terbesar terhadap laju IHSG. DSSA yang membanderol harga sahamnya senilai Rp105.125, telah mengalami kenaikan hingga 184,12% YtD.

Dengan besarnya kapitalisasi pasar DSSA, saham dari Grup Sinar Mas ini telah memberikan kontribusi sebesar 263,04 poin terhadap IHSG atau setara dengan 17,48% terhadap laju IHSG.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });
Baca Juga : Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini, Senin 29 Desember 2025

Selain DSSA, saham teknologi PT DCI Indonesia Tbk. (DCII) juga berkontribusi signifikan terhadap laju IHSG. Kinerja saham milik konglomerat Toto Sugiri ini juga telah mengalami kenaikan hingga 458,55% YtD ke level Rp235.150 per saham.

Dengan kenaikan yang impresif, DCII berkontribusi 238,66 poin terhadap IHSG atau mencerminkan kontribusi sebesar 15,86% terhadap laju IHSG sepanjang tahun. Duet saham DSSA dan DCII telah berkontribusi lebih dari 30% terhadap laju IHSG.

Saham PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) yang mengalami kenaikan hingga 256,52% sepanjang tahun juga turut memberikan kontribusi 9,87% terhadap IHSG atau setara dengan 148,51 poin.

Barito Pacific Tbk. - TradingView
{ "width": "100%", "height": 460, "symbol": "IDX:BRPT", "interval": "D", "timezone": "Asia/Jakarta", "theme": "light", "style": "1", "locale": "id", "withdateranges": true, "allow_symbol_change": false, "hotlist": true, "calendar": false, "support_host": "https://www.tradingview.com", "container_id": "tradingview_1766975161904" }

Dengan memperpanjang daftar top leaders, sejumlah saham milik Prajogo Pangestu lainnya juga bakal tampak dalam jajaran ini. Saham seperti PT Petrosea Tbk. (PTRO) misalnya berkontribusi hingga 3,19%, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) berkontribusi 3,16%, dan saham pendatang baru PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA) berkontribusi 3,06% terhadap laju IHSG.

Customer Engagement & Market Analyst Department Head BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) Chory Agung Ramdhani menjelaskan pada 2026, Indonesia diperkirakan akan berada dalam fase ekonomi yang lebih stabil, setelah melewati masa transisi kebijakan pada 2024-2025.

“Tahun 2026 diperkirakan kembali menjadi tahun yang menekankan strategi bottom-up atau stock picking. Dari sisi alokasi sektor, kami tetap fokus pada sektor-sektor domestik terpilih yang memiliki visibilitas pertumbuhan lebih baik,” ujar Chory awal pekan ini. 

Sektor perbankan dan konsumer menurut Chory saat ini mencerminkan proyeksi pertumbuhan earning per share (EPS) 2026 yang relatif moderat, dengan perbankan tumbuh 4% yoy, dan konsumer tumbuh 6%, seiring prospek permintaan yang masih cenderung lemah.

Selain itu, BRI Danareksa Sekuritas juga menilai sektor telekomunikasi dengan pertumbuhan EBITDA 2026 sebesar 7%, unggas/poultry dengan pertumbuhan EPS 2026 sebesar 4%, serta Ritel dengan pertumbuhan EPS 2026 sebesar 16% sebagai sektor-sektor dengan visibilitas pertumbuhan yang lebih baik menarik untuk dicermati.

Sementara itu, di sektor komoditas, BRI Danareksa Sekuritas memproyeksikan sektor logam (metals) memiliki prospek pertumbuhan EPS 2026 yang menarik sebesar 27%. 

“Hal ini terutama didukung oleh ekspektasi pertumbuhan volume dari proyek-proyek baru dan ekspansi di sejumlah emiten antara lain BRMS, INCO, dan MBMA,” ujar Chory. 

Baca Juga : Rekomendasi Sektor Pilihan 2026, Saham Konglo Masih Menarik?

Menurutnya, di tengah prospek harga nikel yang cenderung datar, kinerja pada 2026 diperkirakan akan lebih menguntungkan bagi emiten dengan eksposur ke emas seperti BRMS dan timah seperti TINS.

Adapun untuk saham-saham konglomerat, menurut Chory masih bisa menjadi pilihan setelah naik tinggi pada tahun ini. Namun, kata dia, investor harus lebih selektif memilih saham-saham konglomerat tersebut. 

“Di tahun 2026, strategi pada saham konglo akan bergeser dari sekadar spekulasi pertumbuhan menjadi pertumbuhan berbasis fundamental,” tutur Chory.

Chory mencatat sepanjang 2025 ini, saham-saham grup besar seperti Grup Barito, Grup Salim, maupun Grup Astra seringkali menjadi penggerak utama Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 

Meski masih bisa menjadi pilihan, terdapat risiko pada saham konglomerat ini. Risiko tersebut seperti valuasi yang sudah mahal atau overvalued pada beberapa saham konglomerat tertentu setelah reli panjang di 2025.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
SIM Keliling Hadir di Lima Lokasi Jakarta Hari Senin, Ini Syarat dan Biaya Perpanjangannya
• 12 jam lalupantau.com
thumb
Tak Cuma Berbakat di Atas Panggung, 7 Idol K-Pop Ini Juga Pandai Memasak
• 13 jam lalubeautynesia.id
thumb
Polisi periksa TKP penyebab pengendara motor patah kaki di Tangsel
• 7 jam laluantaranews.com
thumb
Kakorlantas: 1,7 Juta Kendaraan Sudah Keluar Jakarta di Libur Nataru 2025
• 21 jam laludetik.com
thumb
PMI Kirim Ribuan Ton Bantuan ke Aceh dan Sumatra
• 7 jam lalucelebesmedia.id
Berhasil disimpan.