LONJAKAN kasus influenza terjadi secara signifikan di Amerika Serikat. Kota New York mencatat lebih dari 71.000 kasus flu dalam sepekan hingga 20 Desember 2025, angka tertinggi sejak pencatatan mingguan dimulai pada 2004. Jumlah ini meningkat 38 persen dibanding pekan sebelumnya, sementara angka rawat inap melonjak hingga 63%.
Lonjakan tersebut memicu kekhawatiran global, termasuk di Indonesia. Sejumlah media internasional dan warganet menyebut fenomena ini sebagai “Super flu”, istilah populer yang digunakan untuk menggambarkan peningkatan kasus influenza secara masif dan cepat. Namun, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa istilah tersebut bukan istilah medis resmi.
IDAI mengimbau masyarakat untuk tetap waspada tanpa kepanikan, serta memahami kondisi ini secara ilmiah agar tidak terjebak informasi yang keliru.
Apa Itu “Super flu”? Ini Penjelasan IDAIDokter spesialis anak dari IDAI, dr. Nastiti Kaswandan, menegaskan bahwa Super flu tidak dikenal dalam terminologi medis.
“Istilah Super flu itu tidak ada secara klinis. Dalam dunia medis, ini tetap disebut influenza atau ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut),” ujar dr. Nastiti dalam keterangan daring kepada awak media, Senin (29/12).
Ia menjelaskan, lonjakan kasus influenza global saat ini dipicu oleh musim influenza yang tinggi, dengan dominasi virus influenza A strain H3N2 subclade K. Varian ini diketahui lebih mudah menular, sehingga menyebabkan peningkatan kasus di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Eropa.
Meski penularannya cepat, dr. Nastiti menegaskan virus ini bukan virus baru dan tidak lebih ganas secara biologis.
“Yang membedakan adalah jumlah kasus dan tekanan terhadap fasilitas kesehatan, bukan karena virusnya berubah menjadi lebih berbahaya,” jelasnya.
IDAI Tekankan: Waspada tanpa KepanikanIDAI mengingatkan bahwa kepanikan berlebihan justru dapat berdampak buruk, termasuk meningkatnya hoaks dan kepadatan fasilitas kesehatan. Langkah paling penting, kata dr. Nastiti, adalah memperkuat pencegahan berbasis bukti medis.
Berikut langkah pencegahan influenza yang direkomendasikan.
Cara Mencegah Influenza 1. Vaksin Influenza TahunanVaksin influenza menjadi perlindungan paling efektif untuk menurunkan risiko sakit berat dan kematian akibat influenza.
“Virus influenza itu sangat mudah bermutasi. Imunitasnya menurun, karena itu vaksin influenza perlu diulang setiap tahun,” ujar dr. Nastiti.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setiap tahun memperbarui komposisi vaksin berdasarkan prediksi virus yang akan dominan beredar. Hingga kini, belum ada bukti bahwa subclade K kebal terhadap vaksin influenza.
Di Indonesia, vaksin influenza dapat diberikan sepanjang tahun, termasuk pada anak mulai usia 6 bulan.
2. Terapkan Etika Batuk dan BersinInfluenza menyebar melalui droplet batuk dan bersin yang dapat terhirup langsung atau menempel di permukaan benda.
“Etika batuk sama seperti saat covid-19, gunakan tisu, buang segera, lalu cuci tangan,” kata dr. Nastiti.
3. Rajin Mencuci TanganMencuci tangan dengan sabun dan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer membantu mencegah penularan virus dari permukaan benda ke tubuh.
4. Gunakan Masker di Tempat RamaiDi ruang publik yang padat, penggunaan masker dianjurkan, terutama karena tidak semua orang yang sakit menggunakan masker.
“Sering kali orang yang sakit tidak memakai masker, sehingga orang sehat perlu melindungi diri sendiri,” ujarnya.
5. Tetap di Rumah saat SakitTetap beraktivitas saat sakit mempercepat penyebaran influenza. Beristirahat di rumah membantu pemulihan sekaligus melindungi kelompok rentan seperti bayi, lansia, dan penderita penyakit kronis.
Catatan RedaksiIstilah “Super flu” digunakan sebagai istilah populer di masyarakat. Secara medis, kondisi ini tetap disebut influenza. (Z-10)





