Penulis: Lidya Thalia.S
TVRINews, Jakarta
Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) merilis hasil kajian yang menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah di sektor pendidikan tidak hanya berdampak pada peningkatan kualitas layanan pendidikan, tetapi juga terbukti mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Peneliti utama riset LP3ES, Zaenal Muttaqin, menjelaskan bahwa pendidikan merupakan investasi ekonomi strategis yang memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Kajian ini secara khusus menyoroti dua program pemerintah, yakni Program Revitalisasi Sarana dan Prasarana Satuan Pendidikan serta Program Bantuan Tambahan Penghasilan Guru Non-ASN.
“Pendidikan tidak hanya menjadi instrumen pembangunan sosial, tetapi juga berfungsi sebagai stimulus ekonomi, terutama di tingkat daerah,” ujar Zaenal dalam keterangan tertulis, Senin, 29 Desember 2025.
Kajian tersebut menggunakan pendekatan mixed methods, dengan mengombinasikan survei lapangan di 30 provinsi, wawancara mendalam dengan pemangku kepentingan pendidikan dan pelaku ekonomi lokal, serta analisis ekonometrika berbasis data sekunder.
Dampak Revitalisasi Sekolah
Hasil kajian menunjukkan bahwa Program Revitalisasi Satuan Pendidikan memiliki dampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Setiap kenaikan 1 persen alokasi dana revitalisasi sekolah berkorelasi dengan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi sebesar 0,527 persen. Dengan tingkat signifikansi yang kuat, temuan ini mengindikasikan bahwa belanja pemerintah di sektor pendidikan berperan sebagai stimulus fiskal berbasis pendidikan.
Dampak ekonomi tersebut terjadi melalui beberapa mekanisme. Pertama, perputaran ekonomi lokal dari pembelian material bangunan, di mana 82 persen responden menyatakan bahwa sebagian besar bahan bangunan diperoleh dari wilayah sekitar sekolah penerima program. Kedua, penyerapan tenaga kerja lokal, dengan 62 persen pekerja berasal dari masyarakat sekitar dan menerima upah rata-rata Rp100 ribu hingga Rp150 ribu per hari. Ketiga, peningkatan pendapatan UMKM, di mana 37 persen pelaku usaha di sekitar sekolah mengalami kenaikan pendapatan sekitar Rp100 ribu per hari.
Selain dampak ekonomi, revitalisasi sekolah juga efektif memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan. Setiap kenaikan 1 persen dana revitalisasi berkorelasi dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan sarpras sekolah sebesar 0,95 persen. Kegiatan revitalisasi didominasi oleh rehabilitasi ruang kelas dan pembangunan sarana prasarana baru, disusul rehabilitasi laboratorium, ruang kantor, ruang praktikum, serta ruang ibadah.
Dampak Tambahan Penghasilan Guru Non-ASN
Kajian LP3ES juga menemukan bahwa Program Bantuan Tambahan Penghasilan Guru Non-ASN berdampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan guru. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa subsidi dan honor guru berkorelasi positif terhadap peningkatan pengeluaran rumah tangga. Setiap kenaikan subsidi setara Rp1 juta, rata-rata mendorong peningkatan pengeluaran rumah tangga guru sekitar Rp317.700.
Sebagian besar guru penerima bantuan melaporkan peningkatan pendapatan kurang dari 35 persen, sementara sebagian lainnya mengalami kenaikan pendapatan antara 35 hingga 70 persen. Peningkatan pendapatan tersebut terutama digunakan untuk kebutuhan pokok, transportasi, pembelian buku dan sumber belajar, serta kebutuhan anak.
Menariknya, kajian juga mencatat adanya perubahan perilaku finansial guru. Sekitar 57 persen guru menyatakan bahwa aktivitas menabung atau investasi kecil mengalami kenaikan prioritas, dari semula berada di urutan keenam menjadi prioritas keempat setelah menerima bantuan secara berkelanjutan.
Peningkatan kesejahteraan ini turut berdampak pada kinerja guru. Sebanyak 88 persen guru menyatakan semangat dan produktivitas kerja meningkat, 86,2 persen merasa lebih dihargai oleh pemerintah, dan 84 persen melaporkan peningkatan tingkat kehadiran di sekolah.
LP3ES menyimpulkan bahwa kedua program tersebut tidak hanya berkontribusi pada peningkatan kualitas pendidikan dan kesejahteraan tenaga pendidik, tetapi juga memberikan efek berganda bagi perekonomian daerah. Oleh karena itu, LP3ES merekomendasikan agar kebijakan investasi pendidikan terus diperkuat sebagai bagian dari strategi pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Editor: Redaktur TVRINews




