Produksi Minyak Meluap: MEDC, ENRG & AKRA Hadapi Tren Harga Lesu

bisnis.com
16 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten minyak dan gas (migas) seperti PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG), PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) sampai PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) bakal menghadapi tantangan lesunya harga komoditas menyusul lonjakan produksi global.

Research Analyst MNC Sekuritas, Christian Sitorus dalam risetnya yang terbit 17 Desember 2025 mengatakan produksi minyak global diperkirakan akan meningkat sekitar 3,1 juta barel per hari (mbpd) pada 2025 dan bertambah 2,5 mbpd pada 2026. Di sisi lain, pertumbuhan permintaan hanya mencapai 770.000-770.000 barel per tahun.

"Kondisi ini berpotensi menciptakan surplus pasokan dan peningkatan persediaan sehingga memperbesar kemungkinan tekanan harga akan berlanjut," kata Christian, dikutip Senin (29/12/2025).

Sementara itu, untuk subsektor gas menunjukkan prospek yang lebih stabil. Christian menjelaskan, proyeksi permintaan global untuk gas akan mencapai 4.120-4.300 miliar kaki kubik (bcm) pada 2026 hingga 2028. Permintaan tersebut utamanya didukung oleh pertumbuhan di pasar Asia sebesar 3,5% sampai 4%.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Khusus pasar domestik, Christian mengatakan permintaan gas di Indonesia akan meningkat 117-126 bcm pada 2026 sampai 2028. Namun, kebijakan Net Zero, penerapan pajak karbon, serta elektrifikasi transportasi berpotensi menahan pertumbuhan konsumsi minyak dalam jangka menengah.

Dari faktor kebijakan pemerintah, SKK Migas menargetkan investasi sekitar US$16 miliar pada 2026, dengan fokus pada pengeboran 100–110 sumur eksplorasi serta penyelesaian proyek gas utama seperti Tangguh Train 3, Indonesia Deepwater Development (IDD), dan Abadi Masela. Target lifting ditetapkan sekitar 610 kbpd untuk minyak dan 1,0 mboepd untuk gas, sehingga total lifting mencapai 1,59–1,62 mbpd.

Baca Juga

  • Emiten Happy Hapsoro RATU Akuisisi 100% SMS Development, Perkuat Portofolio Hulu Migas
  • Elnusa (ELSA) Jajaki Peluang Kerja Sama Hulu Migas di Irak
  • Manuver Lincah Hapsoro-Prajogo: Perluas Anak Usaha Bidik Prospek Migas & Mineral

"Meski demikian, tantangan struktural masih berlanjut, termasuk tingkat penurunan alamiah yang tinggi, proses perizinan yang panjang, serta keekonomian cadangan di mana hanya sekitar 60% sumber daya yang ekonomis pada harga minyak di bawah US$80 per barel," ungkapnya.

Mempertimbangkan kondisi sektoral tersebut, MNC Sekuritas mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor migas. Pertimbangan rekomendasi ini adalah kondisi surplus minyak, saat pasokan meningkat sekitar 3,1 mbpd sementara permintaan hanya tumbuh moderat sekitar 0,8 mbpd. Disparitas antara pasokan dan permintaan ini disebut berpotensi menekan margin.

Dari beragam saham emiten migas, MNC Sekuritas memberikan rekomendasi saham pada AKRA dengan target harga Rp2.000. Target harga ini dinaikkan dari target sebelumnya dalam riset 30 Oktober 2025 sebesar Rp1.450. Pada penutupan pasar Senin (29/12/2025), saham AKRA tidak berubah di level Rp1.250.

Rekomendasi tersebut disematkan sekuritas lantaran diversifikasi pendapatan yang dimiliki AKRA di tengah jatuhnya harga migas. Per akhir September 2025, AKRA membukukan total pendapatan sebesar Rp32,39 triliun, tumbuh 13,22% year on year (YoY) dibanding total pendapatan kuartal III/2024 sebesar Rp28,61 triliun.

Segmen perdagangan dan distribusi menopang pendapatan utama perseroan. Perinciannya, pendapatan dari kontrak pelanggan meningkat 13,28% YoY dari Rp28,40 triliun menjadi Rp32,17 triliun. Sedangkan, pendapatan sewa naik 5% YoY dari Rp208,89 miliar menjadi Rp219,35 miliar. Dari sisi bottom line, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih tumbuh 12,30% YoY dari Rp1,47 triliun menjadi Rp1,65 triliun.

Sementara menilik kinerja emiten migas lainnya, MEDCO dalam periode yang sama membukukan koreksi pendapatan 1,45% YoY dari US$1,78 miliar menjadi US$1,75 miliar. EBITDA perseroan juga turun 3% YoY menjadi US$946 juta, dibanding US$979 juta pada periode yang sama 2024.

Penurunan EBITDA itu seiring dengan penurunan rata-rata harga minyak dari US$80 per barel menjadi US$68 per barel atau turun 15%. Pada saat yang sama, harga gas rata-rata stabil di US$6,9 per mmbtu.

Dari sisi bottom line, laba bersih MEDC juga terpangkas 68,65% YoY dari US$273,27 juta menjadi US$85,64 juta. Koreksi ini disebabkan oleh harga minyak yang lebih rendah dan kontribusi anak usaha PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) yang mengalami rugi US$37 juta.

Sementara bagi ENRG yang punya eksposur lebih besar pada komoditas gas, menorehkan pertumbuhan laba bersih 8,54% YoY menjadi US$55,65 juta. Di top line, ENRG mencatat pertumbuhan penjualan 13,05% YoY menjadi US$361,38 juta.

Dari sisi kinerja bisnisnya, rata-rata produksi minyak ENRG meningkat 6% YoY menjadi 8.381 barel per hari, dengan produksi gas susut 2% menjadi 223,6 juta kaki kubik. Hanya saja, hal ini dapat dikompensasi dengan harga jual. Rata-rata harga minyak perseroan susut 14% YoY menjadi US$71,14 per barel sedangkan harga rata-rata gas meningkat 7% YoY menjadi US$6,79 per juta kaki kubik.

____

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
DPR Inisiasi Koordinasi Pemulihan Pascabencana untuk Mempertajam Fokus
• 10 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Kriminolog Soroti Bahaya Ekstremisme Sayap Kanan di Kasus Bom SMAN 72
• 42 menit laludetik.com
thumb
[FULL] Kapolri Listyo Soroti Demo Agustus Saat Buka Laporan Akhir Tahun 2025 Polri
• 5 jam lalukompas.tv
thumb
Banjir Terjang Hulu Sungai Selatan, Rumah dan Jalan Terendam
• 23 jam lalutvrinews.com
thumb
Iklim Indonesia disebut Masuk Tahap Krisis, Eddy Soeparno: Ini Paradoks Energi, Harus Segera Diakhiri
• 7 jam laludisway.id
Berhasil disimpan.