MASALAH kesehatan gigi dan mulut masih menjadi tantangan besar bagi keluarga di Indonesia. Berdasarkan data praktik klinis sepanjang 2025, dokter gigi lulusan Universitas Indonesia, drg. Yulita Bong, mengungkapkan tiga masalah kesehatan gigi yang paling mendominasi masyarakat saat ini.
Ketiga masalah tersebut adalah ketidakharmonisan susunan gigi (maloklusi), gigi berlubang pada kelompok usia anak maupun dewasa, serta masih rendahnya kesadaran akan perawatan gigi preventif secara rutin.
Paradoks Kesadaran dan TindakanMeski kesadaran masyarakat perlahan meningkat, Yulita mencatat adanya tren bahwa kesehatan gigi sering kali dianggap sebagai kebutuhan sekunder yang bisa ditunda. Pasien umumnya baru mencari bantuan medis setelah timbul rasa sakit atau keluhan yang mengganggu aktivitas.
"Saat ini, masih banyak pasien baru datang setelah muncul keluhan, padahal perawatan preventif dan rutin berperan penting dalam mencegah kondisi yang lebih berat. Di sisi lain, kekhawatiran terhadap biaya yang tidak terprediksi masih menjadi hambatan bagi sebagian masyarakat," ujar Yulita, yang juga menjabat sebagai CEO Audy Dental, dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (30/12).
Data ini selaras dengan temuan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Survei tersebut mencatat bahwa 57% penduduk usia 3 tahun ke atas memiliki masalah gigi dan mulut, namun ironisnya, hanya 11,2% yang benar-benar mencari pengobatan.
Selain faktor kebiasaan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut ketidakpastian harga perawatan menjadi alasan utama masyarakat enggan ke dokter gigi.
Tren Kenaikan KasusTerdapat lonjakan signifikan pada kategori masalah tertentu jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya.
“Jika dibandingkan dengan 2024, kami juga mencatat peningkatan lebih dari 25% pada kasus ketidakharmonisan susunan gigi serta sekitar 10% pada kasus gigi berlubang," kata Yulita.
Investasi Kesehatan Jangka PanjangMenanggapi masalah gigi pada anak, drg. Eka Sabaty Shofiyah, Sp.KGA, menekankan bahwa kesehatan gigi susu adalah fondasi utama bagi kesehatan masa depan.
Gigi susu yang tidak terawat dapat mengganggu pertumbuhan gigi permanen, struktur rahang, hingga kondisi psikologis anak.
"Jika dibiarkan, masalah gigi sejak kecil tidak hanya berisiko menimbulkan infeksi dan nyeri, tetapi juga berdampak pada rasa percaya diri anak saat tumbuh besar,” tutur Eka.
Kesehatan mulut bukan sekadar urusan fungsi mengunyah, melainkan berkaitan erat dengan kesehatan tubuh secara menyeluruh dan kualitas interaksi sosial.
Oleh karena itu, langkah-langkah preventif seperti scaling, pemberian topical fluoride, serta fissure sealant sangat dianjurkan sebagai investasi kualitas hidup. (Ant/Z-1)


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5429073/original/001791400_1764572941-John_Herdman.jpg)
:strip_icc()/kly-media-production/medias/5439789/original/024873500_1765376133-persib.jpg)

