NasDem Dukung Usul Kepala Daerah Dipilih DPRD: Masih dalam Koridor Demokrasi

kumparan.com
12 jam lalu
Cover Berita

Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI, Viktor Bungtilu Laiskodat, menegaskan pemilihan kepala daerah melalui DPRD memiliki pijakan konstitusional yang selaras dengan Undang-Undang Dasar 1945 serta nilai-nilai Pancasila.

Viktor menuturkan, konstitusi Indonesia tidak menetapkan satu model tunggal dalam demokrasi elektoral di tingkat daerah. Karena itu, mekanisme pilkada melalui DPRD dapat dipandang sebagai bentuk demokrasi perwakilan yang sah dan konstitusional.

“Konstitusi kita tidak mengunci demokrasi pada satu model. Pilkada melalui DPRD memiliki dasar konstitusional yang sah dan tetap berada dalam koridor demokrasi,” ujar Viktor kepada wartawan di Jakarta, Selasa (30/12).

Viktor mengatakan perubahan mekanisme Pilkada bukan dimaksudkan untuk mematikan demokrasi. Tetapi untuk memastikan demokrasi tetap berjalan secara sehat dan tidak tereduksi hanya menjadi ritual elektoral lima tahunan.

“Demokrasi yang hidup adalah demokrasi yang mampu beradaptasi, memperbaiki diri, dan tetap menjamin keterwakilan rakyat. Selama prinsip partisipasi, akuntabilitas, dan kontrol publik dijaga, demokrasi tidak sedang dimatikan, tetapi justru diperkuat,” ujarnya.

Menurutnya, demokrasi tidak boleh dimaknai semata-mata sebagai prosedur memilih, tetapi sebagai instrumen untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang berintegritas, efektif, dan mampu menjawab kebutuhan masyarakat.

Viktor membeberkan gagasan Pilkada melalui DPRD sejalan dengan nilai Pancasila, khususnya sila keempat tentang kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Menurutnya, demokrasi Indonesia sejak awal tidak hanya dirancang sebagai demokrasi elektoral, tetapi sebagai demokrasi yang menempatkan musyawarah dan perwakilan sebagai fondasi pengambilan keputusan politik.

“DPRD adalah lembaga perwakilan yang lahir dari mandat rakyat. Mekanisme Pilkada melalui DPRD dapat menjadi ruang untuk menghadirkan kepemimpinan daerah yang lahir dari proses permusyawaratan, kebijaksanaan, dan tanggung jawab kolektif,” jelas Viktor.

Eks Gubernur NTT ini mengingatkan berbagai kasus hukum yang menjerat kepala daerah belakangan ini harus menjadi refleksi bersama. Tuntutan terhadap integritas personal kepala daerah harus dibarengi dengan pembenahan sistem politik yang membentuk kepemimpinan di daerah.

“Kita tidak bisa hanya menuntut integritas individu, sementara sistem politiknya masih mahal, kompetitif secara tidak sehat, dan rentan mendorong penyalahgunaan kekuasaan,” ungkapnya.

Viktor menilai kesepahaman nasional menjadi kunci agar perbedaan pandangan mengenai sistem pilkada tidak berkembang menjadi polarisasi politik. Stabilitas politik dan kesinambungan pembangunan daerah, menurutnya, harus dijaga sebagai kepentingan bersama.

“Perbedaan pandangan boleh ada, tapi jangan sampai ganggu persatuan dan arah kemajuan bangsa” ujarnya.

Ia mengajak seluruh elemen bangsa untuk menyikapi wacana Pilkada melalui DPRD dengan kejernihan nalar dan kedewasaan sikap, serta tetap berpegang pada nilai konstitusi.

“Demokrasi harus kita pastikan mampu menghasilkan kepemimpinan daerah yang stabil, bertanggung jawab, dan bebas dari tekanan sistemik yang justru menjauhkan kekuasaan dari kepentingan rakyat,” pungkas Viktor.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Persaingan di Papan Atas BRI Super League 2025/2026 Kian Panas: 4 Tim Punya Kans Bertarung Sampai Akhir
• 23 jam lalubola.com
thumb
Kapolri Pamer Tingkat Kepercayaan Publik Meningkat: Modal Penting buat Polri
• 9 jam laluidntimes.com
thumb
7 Prediksi Karier yang Paling Banyak Dicari di Tahun 2026
• 14 jam lalubeautynesia.id
thumb
Pedagang Pasar Asemka Sepi Pembeli, Kini Bertahan Lewat Jualan Online
• 4 jam lalukompas.com
thumb
Pemkab Pidie Jaya Siapkan 11 Ha Lahan, Minta Huntap Korban Banjir Dikebut
• 10 jam lalumetrotvnews.com
Berhasil disimpan.