FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pengamat kebijakan publik, Gigin Praginanto punya pernyataan menarik soal beban utang negara yang kian hari kian membengkak.
Hal ini menyusul beban bunga utang pemerintah kembali menjadi sorotan.
Porsinya yang kian besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dinilai berpotensi mempersempit ruang fiskal Indonesia dalam jangka panjang.
Lewat cuitan di akun media sosial X pribadinya, Gigin Praginanto menyebut Pemerintah memang makin giat untuk beruntang.
Di sisi lain ada dampak nyata yang tentunya menanti, apalagi giat utang ini dilakukan untuk membayar utang lama.
“Makin giat berutang untuk membayar utang lama,” tulisnya dikutip Selasa (30/12/2025).
Karena sistem gali lubang tutup lubang inilah yang disebut Gigin sebagai suatu kemunduran.
Belum lagi, Pemerintah yang dianggap kurang kreatif untuk melakukan hal lain selain membuat utang untuk membayar utang lama.
“Ini namanya kemunduran sekaligus mempertegas pemerintah makin tidak kreatif,” tuturnya.
Sebelumnya dalam APBN 2025, alokasi pembayaran bunga utang tercatat telah menembus Rp 500 triliun.
Nilai itu mendekati 20 persen dari total belanja pemerintah pusat dan sekitar 15 persen dari penerimaan negara.
Ini tentunya menjadi tanda rigiditas anggaran makin tinggi, sementara kualitas belanja negara justru tergerus.
Dari sisi ekonomi politik fiskal, situasi ini berisiko karena mengurangi kemampuan pemerintah merespons kebutuhan pembangunan dan gejolak ekonomi.
(Erfyansyah/fajar)




