Jakarta, VIVA – Menteri Pertanian sekaligus Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Amran Sulaiman, memperingatkan para pelaku usaha terutama produsen minyak goreng, untuk tidak melakukan permainan harga karena pemerintah akan menindak tegas pelakunya.
Dia mengakui, saat ini masih ada gejolak harga minyak goreng rakyat Minyakita di tingkat konsumen, sehingga harganya masih terbilang mahal bagi masyarakat.
"Sampaikan ke seluruh pengusaha. Jangan mempermainkan harga. Kita tindak. Sudah, begitu saja. Janganlah mengambil kesempatan di saat saudara-saudara kita ini Natal dan Tahun Baru. Itu tidak baik untuk pengusaha dan tidak baik untuk rakyat dan negara. Ayo kita patuhi regulasi yang ada," kata Amran dalam keterangannya, Selasa, 30 Desember 2025.
- FB
Karenanya, demi meredam gejolak harga Minyakita tersebut, Amran memastikan bahwa pemerintah telah menetapkan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) minyak goreng untuk tahun depan sebesar 790.000 kiloliter (KL).
Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 43 Tahun 2025 yang telah mulai berlaku saat ini. Aturan tersebut telah mewajibkan produsen mendistribusikan Minyakita paling sedikit 35 persen dari realisasi Domestic Market Obligation (DMO) kepada Perum Bulog dan atau BUMN pangan sebagai Distributor Lini 1 (D1).
Menurutnya, harga Minyakita yang mahal ini diduga karena skema bundling dari distributor ke pedagang eceran. Dimana, para distributor menggabungkan Minyakita dengan minyak goreng kemasan premium. Praktik ini akan ditelusuri dan diberi tindakan tegas. Namun, Amran tetap meminta pelaku usaha mematuhi regulasi Minyakita yang telah ditetapkan Kementerian Perdagangan.
Amran menjelaskan alasan kenapa Minyakita tidak boleh dijual di atas harga eceran tertinggi (HET). Sebab, Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir minyak nabati terbesar di dunia. Karenanya, Dia mengaku geram jika harga minyak goreng di dalam negeri justru bergejolak.
Berdasarkan Analisis Kinerja Perdagangan Komoditas Kelapa Sawit yang dipublikasikan Kementerian Pertanian pada Agustus 2025, dilaporkan angka sementara produksi kelapa sawit Indonesia 2024 dalam bentuk minyak sawit 47,47 juta ton. Jumlah ini disebut meningkat sebesar 0,83 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Masih dalam dokumen yang sama, dilaporkan pula bahwa Indonesia merupakan negara eksportir yang menguasai pangsa pasar minyak sawit di kancah global sebesar 48,38 persen. Sementara Malaysia di urutan selanjutnya dengan 32,80 persen. Data ini berdasarkan data Trademap tahun 2020 dan 2024, dengan Harmonized System Code atau kode HS 1511.





