Sains Ungkap Petunjuk Baru untuk Temukan Berlian: Batu Ini Bisa Jadi Kuncinya

kumparan.com
5 jam lalu
Cover Berita

Mencari dan menemukan berlian dikenal sebagai pekerjaan yang sangat sulit. Namun, sebuah temuan baru memberi secercah harapan.

Para peneliti menemukan bahwa batu permata yang nilainya jauh lebih rendah ternyata bisa menjadi petunjuk penting untuk mengetahui apakah berlian berpotensi berada di sekitarnya. Temuan ini diyakini dapat mempercepat proses pencarian berlian yang selama ini rumit dan penuh ketidakpastian.

“Produsen berlian kadang berharap mereka menambang emas, tembaga, atau bahan mentah lain, karena tidak ada yang serumit menemukan dan menambang berlian,” ujar Andrea Giuliani, Senior Scientist di Institute of Geochemistry and Petrology, ETH Zurich, seperti dikutip IFL Science. “Tidak ada satu pun metode yang benar-benar menjamin Anda akan menemukan berlian.”

Ironisnya, meski manusia sangat menginginkan berlian, perburuan batu mulia ini justru membuka banyak pengetahuan ilmiah baru. Para ilmuwan sudah lama mengetahui bahwa berlian hanya ditemukan di wilayah yang mengandung kimberlit, jenis batuan vulkanik yang berasal dari mantel Bumi. Namun, menemukan kimberlit saja ternyata bukan perkara mudah.

“Mencari kimberlit itu seperti mencari jarum di tumpukan jerami,” kata Giuliani. “Setelah menemukannya, perjuangan sesungguhnya untuk menemukan berlian justru baru dimulai.”

Kini, proses itu tampaknya bisa dipersingkat. Penelitian terbaru yang terbit di jurnal Nature Communications, menemukan adanya keterkaitan antara olivin, mineral yang membentuk sekitar setengah dari batuan kimberlit, dengan keberadaan berlian. Olivin mengandung kadar magnesium dan besi yang bervariasi, dan komposisi inilah yang menjadi kunci penting.

Menurut para peneliti, olivin dengan kandungan magnesium lebih tinggi dibanding besi menjadi pertanda baik bagi para pencari berlian. Sebaliknya, jika kandungan besinya tinggi, peluang menemukan berlian justru menurun drastis.

Penjelasannya terletak pada proses geologi di dalam Bumi. Ketika lelehan batuan menembus mantel, komposisi batuan akan berubah dan berlian yang ada bisa hancur. Proses ini dikenal sebagai metasomatisme. Olivin yang kaya besi menandakan proses tersebut telah terjadi, sehingga berlian tidak bertahan. Sementara itu, olivin dengan kadar besi rendah dan magnesium tinggi menunjukkan kondisi mantel yang masih bersih”, sehingga berlian tetap utuh.

Singkatnya, kandungan besi tinggi berarti harapan kecil. Namun jika magnesium mendominasi, itu bisa menjadi sinyal kuat bahwa wilayah tersebut adalah lahan berlian.

Perusahaan berlian raksasa De Beers turut mendukung penelitian ini dengan pendanaan dan penyediaan sampel kimberlit. Sebagai imbalannya, mereka mendapat akses awal terhadap hasil studi dan kini sudah mulai menerapkan analisis olivin dalam aktivitas eksplorasi mereka.

“Studi kami menunjukkan bahwa berlian hanya tetap utuh ketika kimberlit membawa fragmen mantel yang tidak banyak berinteraksi dengan lelehan sebelumnya,” jelas Giuliani.

“Keunggulan metode baru ini bukan hanya lebih sederhana, tetapi juga membantu kita memahami mengapa metode-metode lama bisa berhasil.”


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Tembus 150 Juta Permintaan, Tiket Piala Dunia 2026 Pecahkan Rekor
• 12 jam lalusuarasurabaya.net
thumb
Puting Beliung Rusak 30 Rumah di Bogor, 2 Tertimpa Sayap Pesawat
• 18 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Jelang Tahun Baru, Rupiah Hari Ini Ditutup Menanjak ke Rp16.771 per USD
• 4 jam laluidxchannel.com
thumb
JIS Siapkan Pembibitan Rumput Agar Jadi Kandang Permanen Persija
• 19 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Kemdiktisaintek Libatkan Perguruan Tinggi dalam Pemulihan Pascabencana di Sumatra
• 11 jam lalutvrinews.com
Berhasil disimpan.