EtIndonesia. Putrinya untuk pertama kalinya membawa pulang pacarnya ke rumah. Sang ayah menyambut mereka di ruang tamu, menemani putrinya dan sang tamu mengobrol ke sana kemari dengan suasana yang tampak hangat.
Ayah lalu bertanya kepada pacar putrinya : “Apakah kamu suka berolahraga?”
Pemuda itu menjawab : “Tidak, saya tidak terlalu suka olahraga. Sebagian besar waktu saya habiskan untuk membaca buku dan mendengarkan musik.”
Ayah melanjutkan: “Kalau berjudi, seperti taruhan pacuan kuda, apakah kamu suka?”
“Tidak, saya tidak berjudi.”
Ayah kembali bertanya : “Bagaimana dengan menonton pertandingan atletik atau olahraga di televisi?”
“Tidak juga. Saya tidak terlalu tertarik pada kegiatan yang bersifat kompetisi.”
Setelah pemuda itu pulang, putrinya bertanya : “Ayah, menurut Ayah bagaimana dia?”
Ayah menjawab dengan tenang : “Jika kamu hanya berteman dengannya, Ayah tidak keberatan. Tapi jika kamu ingin menikah dengannya, Ayah sama sekali tidak setuju.”
Putrinya terkejut dan bertanya : “Mengapa?”
Ayah lalu berkata : “Orang yang memelihara burung kepodang emas tidak pernah membiarkannya sendirian di dalam sangkar di rumah. Mereka akan membawa burung itu ke kedai teh, tempat banyak kepodang lain berkumpul. Burung yang baru itu, ketika mendengar kicauan burung-burung sejenis yang bersahut-sahutan, akan terdorong untuk tidak mau kalah dan ikut berkicau nyaring. Itulah rahasia para penghobi burung dalam melatih kepodang agar mengeluarkan suara terbaiknya.”
Putrinya bertanya lagi : “Apa hubungannya dengan pacarku?”
Ayah menjelaskan : “Para pemelihara burung merangsang naluri bersaing pada kepodang agar dia menampilkan kicauan terindahnya. Tanpa persaingan, kepodang itu mungkin akan diam seumur hidup dan tak pernah berkicau, karena tidak ada burung lain untuk dijadikan pembanding.”
Putrinya mengangguk pelan, seakan mulai memahami.
Ayah melanjutkan : “Dari percakapanku dengannya, Ayah melihat bahwa pacarmu tidak suka olahraga, tidak tertarik pada aktivitas kompetitif, tidak berjudi, tidak menyukai pertandingan apa pun, dan cenderung menghindari semua bentuk persaingan. Menurut Ayah, pria seperti ini, kelak akan sulit berkembang dan meraih pencapaian besar. Karena itulah Ayah menentang jika kamu menikah dengannya.”
Banyak orang menghindari persaingan karena takut gagal. Namun dari kisah burung kepodang emas ini, kita akhirnya memahami bahwa inti dari kompetisi bukanlah menang atau kalah, melainkan bahwa setiap keterlibatan dan keberanian untuk mencoba akan membuat kita terus bertumbuh.
Kadang, justru melalui persainganlah potensi terbaik dalam diri kita bangkit dan bersuara.(jhn/yn)




