Malang (beritajatim.com) – Upaya pemulihan pascabencana banjir yang melanda Kabupaten Agam terus dipercepat. Salah satu tantangan terbesar, yakni krisis air bersih, kini mulai teratasi berkat penerapan teknologi tepat guna yang dibawa oleh akademisi.
Melalui program bertajuk “Penerapan Teknologi Penjernih Air Portabel untuk Meningkatkan Ketahanan Komunitas Pascabanjir”, tim Universitas Brawijaya (UB) berkolaborasi dengan berbagai pihak berhasil menghadirkan solusi penyediaan air bersih di Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Malalak.
Program tanggap darurat yang berlangsung sejak 9 hingga 26 Desember 2025 ini tidak hanya mendistribusikan alat, tetapi juga merevitalisasi infrastruktur vital yang rusak. Hingga akhir kegiatan, tim relawan telah mendistribusikan 10 unit alat penjernih air portabel F-Wash, 15 unit tandon air, serta 10 unit genset. Seluruh peralatan tersebut kini telah beroperasi penuh dan dimanfaatkan langsung oleh masyarakat.
Kehadiran teknologi ini menjadi jawaban krusial atas lumpuhnya akses air bersih akibat kerusakan infrastruktur pascabanjir. Selain itu, bantuan ini turut mempercepat pemulihan aktivitas sosial dan operasional layanan publik di wilayah terdampak.
Program ini dipimpin langsung oleh Muhammad Fakhri, Ph.D, Dosen Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (UB). Ia didukung oleh tim ahli lintas disiplin, termasuk Prof. Dr. Eng. Riyanto Haribowo dari Fakultas Teknik UB selaku pengembang teknologi F-Wash.
Anggota tim ahli lainnya meliputi Pratama Diffi Samuel, S.Pi., M.Ling (FPIK UB), Prasetyo Rubiantoro, S.P., M.Ling (FT UB), M. Adi Wiratmojo, ST (FT UB), Choirul Anam, S.Pi (FPIK UB), dan Gunawan Ramadhan Wibisono (FT UB).
Untuk memastikan dampak yang merata, tim menempatkan alat penjernih air di lokasi-lokasi yang menjadi pusat aktivitas warga.
Di Kecamatan Palembayan, sebanyak 9 unit alat ditempatkan di titik strategis, meliputi: Posko Utama/Kantor Wali Nagari Salareh Aia/Masjid Nurul Hikmah, kawasan Jorong Duku, Puskesmas Koto Alam,.Masjid Raya Kampung Tangah Nagari Salareh Aia Timur, SDN 05 Kayu Pasak.
Unit alat penjernih air portabel F-Wash (Foto: Istimewa)Lokasi ini kini berfungsi sebagai hub distribusi air bersih bagi warga dari berbagai jorong. Sementara itu, di Kecamatan Malalak, 1 unit alat ditempatkan di Puskesmas Malalak untuk menjamin sterilitas dan ketersediaan air bagi pelayanan medis.
Selain instalasi alat baru, tim juga melakukan Re-Aktivasi Sumur di Puskesmas Koto Alam dan Revitalisasi Tandon di Puskesmas Malalak. Langkah ini memastikan fasilitas kesehatan (Faskes) dapat kembali beroperasi optimal tanpa terkendala sanitasi.
Dampak nyata dari program ini dirasakan langsung oleh pemangku kepentingan setempat. Camat Palembayan, Sabirin, S.AP, menyampaikan apresiasinya atas bantuan teknologi yang sangat dibutuhkan warganya.
“Saat ini masyarakat sudah bisa kembali mengakses air bersih dengan aman. Bantuan ini sangat berarti bagi kami dalam masa pemulihan. Kami berharap kehadiran alat ini bisa membantu memenuhi kebutuhan harian di tengah keterbatasan,” ujar Sabirin.
Senada dengan Camat, Kepala Puskesmas Koto Alam menekankan pentingnya air bersih bagi operasional medis. “Air bersih merupakan kebutuhan utama dalam pelayanan medis. Dengan kembali berfungsinya sumur dan adanya dukungan sarana air bersih, kami dapat memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat secara lebih aman dan optimal,” ungkapnya.
Kepala Puskesmas Malalak juga menyatakan rasa syukurnya. “Kami sangat bersyukur dan berterima kasih. Saat ini air bersih sudah dapat dimanfaatkan dengan baik untuk kebutuhan medis maupun masyarakat sekitar, sehingga standar kebersihan layanan tetap terjaga,” tambahnya.
Ketua Tim, Muhammad Fakhri, menegaskan bahwa inisiatif ini merupakan wujud pengabdian perguruan tinggi yang berorientasi pada dampak (impact-oriented).
“Kami berharap teknologi ini tidak hanya menjadi solusi darurat, tetapi juga meningkatkan ketahanan komunitas dalam menghadapi potensi bencana di masa mendatang,” tegas Fakhri.
Program ini terlaksana berkat dukungan penuh Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) melalui skema Program Pengabdian kepada Masyarakat Tanggap Darurat Bencana Tahun 2025. Pelaksanaan di lapangan juga melibatkan Tim WASH, relawan mahasiswa UB, serta kolaborasi dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
“Terima kasih tak terhingga kepada Kemdiktisaintek, tim WASH, relawan UB dan UMM, serta para donatur. Semoga Allah SWT membalas seluruh kebaikan dan amal kemanusiaan ini. Sinergi antara akademisi, pemerintah, dan masyarakat ini adalah bukti peran IPTEK dalam menjawab tantangan kemanusiaan. Semoga Sumatera segera bangkit lebih kuat,” tutup Muhammad Fakhri. (dan/ian)



