Tantangan Utama Kebijakan EV Bukan Besaran Insentif tapi Konsistensi Penerapannya

idxchannel.com
10 jam lalu
Cover Berita

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengatakan, tantangan utama kebijakan kendaraan listrik bukan pada besaran insentif.

Tantangan Utama Kebijakan EV Bukan Besaran Insentif tapi Konsistensi Penerapannya. (Foto Istimewa)

IDXChannel — Insentif kendaraan listrik dinilai masih dibutuhkan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik nasional. Sebab, insentif ini merupakan bagian dari strategi penguatan industri nasional.

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengatakan, tantangan utama kebijakan kendaraan listrik bukan pada besaran insentif, melainkan pada konsistensi penerapannya. Ketidakpastian arah kebijakan justru berpotensi melemahkan kepercayaan pelaku industri dan konsumen yang sedang mulai beradaptasi dengan kendaraan listrik.

Baca Juga:
BYD Harap Insentif Mobil Listrik Berlanjut hingga 2026

“Jangan asal memberi insentif, lalu dihentikan sebelum ekosistemnya benar-benar terbentuk. Kebijakan kendaraan listrik harus dijaga kesinambungannya agar tidak mematahkan kepercayaan pasar,” ujarnya dalam keterangannya, Rabu (31/12/2025).

Lebih lanjut, kata dia, dukungan kebijakan diperlukan tidak hanya untuk mendorong adopsi pasar, tetapi juga untuk memastikan kesiapan infrastruktur, pengelolaan limbah baterai, serta penyesuaian regulasi lalu lintas dan keselamatan secara bertahap.

Baca Juga:
Insentif Mobil Listrik Dinilai Masih Diperlukan di Tengah Fluktuasi Harga Minyak

Dia juga menyoroti posisi Indonesia sebagai basis perakitan kendaraan listrik yang tengah berkembang. Menurutnya, fase ini membutuhkan kepastian kebijakan agar industri dalam negeri dapat meningkatkan kandungan lokal, memperluas alih teknologi, dan membangun daya saing secara berkelanjutan.

Baca Juga:
Penjualan Mobil Listrik Diprediksi Merosot Jika Insentif Dihentikan 2026

Ke depan, ujar Agus, terkait dengan keberlangsungan sebuah kebijakan perlu dibuatkan peta jalan atau roadmap yang jelas. “Jadi tidak asal terbitkan kebijakan lalu hapuskan tanpa target yang jelas,” katanya. 

Dia menambahkan, selama ekosistem kendaraan listrik masih tumbuh, insentif tidak seharusnya dicabut. “Yang dibutuhkan adalah konsistensi kebijakan agar kendaraan listrik benar-benar menjadi penopang ketahanan energi, industri nasional, dan kepentingan ekonomi jangka panjang,” ujarnya.

Selain itu, insentif masih dibutuhkan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekosistem kendaraan listrik nasional dan menekan ketergantungan Indonesia pada impor bahan bakar minyak (BBM).

(Dhera Arizona)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Harga Pangan Hari Ini: Cabai Rawit Merah Rp69.750/Kg, Telur Ayam Rp33 Ribu/Kg
• 22 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Kepala BNPT Ungkap Roblox Jadi Jalur Masuk Radikalisasi Anak
• 15 jam lalukompas.com
thumb
Cegah Konflik Kepentingan, OJK dan BEI Mulai Kaji Struktur Demutualisasi
• 19 jam lalukumparan.com
thumb
Belum Bisa Dekati Ducati, Alex Rins Blak-blakan Yamaha Bahkan Tertinggal dari Aprilia hingga Honda
• 15 jam lalutvonenews.com
thumb
2.000 Personel Gabungan Amankan Car Free Night Tahun Baru 2026 di Jakarta
• 7 jam laluliputan6.com
Berhasil disimpan.