Bisnis.com, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) siap menggunakan biomassa pada berbagai pembangkit listrik yang dimiliki.
Direktur Biomassa PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) Hokkop Situngkir menjelaskan, bioenergi adalah pemanfaatkan semua sumber hayati yang bisa diolah dan untuk menghasilkan molekul pengganti molekul yang berasal dari energi fosil.
“Jadi ketika dibakar atau diganti molekul fosil ini dengan sumber molekul hayati itu ternyata mereduksi karbon yang cukup masif bisa 10 hingga 20 kali lipat,” paparnya dalam perbincangan Broadcash di kanal Youtube Bisniscom, dikutip Selasa (30/12/2025).
Dia memaparkan sumber-sumber hayati seperti waste agro, limbah kayu, limbah hutan dan lain sebagainya, memiliki potensi 280 juta ton/tahun. Dari jumlah itu, yang sudah terserap baik di pasar ekspor, dan industri dalam negeri sebesar 20 juta ton/ tahun.
Lanjutnya, ada sekitar 40 juta ton/tahun sumber bioenergy yang mudah diakses misalkan karena berkualitas bagus, jarak yang terjangkau dari pembangkit listrik. Padahal potensi sumber yang bisa diakses mencapai 60 juta/ton.
“Jumlah inilah yang berpotensi menggantikan penggunaan batu bara di PLTU,” ujarnya.
Baca Juga
- Butuh Investasi Rp600 Triliun, PLN Gandeng Danantara Kebut Proyek EBT
- Danantara Jajaki Peluang Investasi di Proyek Pembangkit EBT PLN
- 184 Desa Kembali Berlistrik, PLN Masih Kejar Perbaikan Jaringan di Aceh Tengah
Namun dia menekankan penggunaan sumber hayati sebagai sumber energi penggerak turbin di PLTU dan PLTG pun harus dilakukan secara seksama, karena mesin-mesin di pembangkit memiliki sensitivitas tertentu. Pasalnya, mesin-mesin itu didesain untuk sumber energi fosil, sehingga jika menggunakan sumber hayati yang tidak sesuai takaran, dapat menghasilkan efek tertentu yang justru bisa mengganggu kinerja mesin.
Namun secara hitungan matematisnya,penggunaan biomassa sekitar 10-15% dari total kebutuhan energi pada suatu pembangkit listrik, secara teknis masih memunkinkan dan tidak menimbulkan gangguan pada mesin.
Bahkan ada beberapa pembangkit milik PLN sudah menggunakan biomassa di atas 50%, bahkan ada pula yang menggunakan sumber hayati hingga 60%, dan PLN EPI sudah merencanakan di pembangkit itu bisa menggunakan sumber terbarukan hingga 100%.
PLN EPI, tuturnya, sudah 4 tahun terakhir menggunakan energi terbarukan di 49 PLTU dari 52 PLTU yang dioperasikan oleh PT PLN (Persero). Pada puluhan pembangkit listrik itu, ada setidaknya 14 jenis sumber biomassa seperti cangkang sawit, tongkol jagung, sorgum dan lain-lain. Secara total sudah ada 2,2 juta ton yang digunakan selama 2025 dan hingga pergantian tahun diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 2,5 juta ton.
Dari 2,4 juta ton biomassa yang digunakan, maka diperkirakan mampu mereduksi karbon hingga 2,6 juta ton ekuivalen. Jumlah energi panas dari bio massa pun meningkat pesat hingga saat ini rata-ratanya mencapai 3,2 kilokalori/kg, sekaligus menggambarkan partner PLN EPI yang memproduksi biomassa sudah semakin mantap meningkatkan kualitas produknya.
“Ada juga sistem perubahan harga, yang sekarang juga kita koordinasikan dengan beberapa brand, sehingga kondisinya secara market jadi lebih menarik. Ternyata marketnya juga langsang ya, dan terus belajar untuk memastikan, molekul-molekul itu dekat, secara berkarakteristik dengan fosil yang akan digantikan,” bebernya.
Karena itu, dia menekankan bahwa biomassa sebagai bagian dari bioenergy, adalah energi masa depan yang paling mampu mereduksi karbon dibandingkan sumber-sumber lainnya yang bukan mereduksi namun menggantikan (replace).
Meski mengandung potensi yang luar biasa, bioenergi memiliki tantangan yang tak kalah hebatnya yakni ekosistem yang mampu mendukung produksinya sumber hayati. PLN EPI, terangnya, berupaya memastikan rantai pasok dari hulu terjamin dan memastikan rantai tasob dari buruhnya terjatuh, dan ekosistemnya dalam berjalan secara berkesinambungan.
“Jadi ada industrinya, ada pembuatan peletnya dan lain sebagai sumber biomassa, blending, pengolahannya, dan itu semua tu akan diupayakan untuk dikirim kepada PLTU-PLTU eksisting yang memakai molekul fosi. Jadi PR sebenarnya masih banyak,” ujarnya.
Dalam beberapa tahun ke depan, dia melihat ada sekitar 7,5 juta ton sumber hayati yang mampu terserap oleh PLTU-PLTU milik PT PLN dan semuanya itu bisa menggerakkan perekonomian masyarakat hingga ke tingkat desa dengan melibatkan koperasi, Badan Usaha Milik Desa (Bumdes), serta pelaku UMKM.
“Sudah ada 100-an pelaku usaha yang terlibat dalam memasok sumber hayati ke pembangkit PLN dan jika dikembangkan lagi bisa mencapai 10 juta, dapat dibayangkan bagaimana penyerapan tenaga kerja dan perputaran ekonominya,” ucapnya.




