FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) blak-blakan menyebut sikap Presiden Prabowo Subianto seakan tersandera oleh dinamika politik pasca-pemilu.
Pengamat politik sekaligus salah satu pentolan KAMI, Rocky Gerung, menegaskan bahwa seorang presiden harus mampu mengambil keputusan dengan tegas tanpa terpengaruh transaksi politik sebelumnya.
“Presiden tidak boleh tersandera oleh hasil transaksi dia ketika pemilu. Pemilu sudah selesai. Dia adalah presiden yang bisa mengambil keputusan,” ujar Rocky, Rabu (31/12/2025).
Dikatakan Rocky, keputusan presiden harus autentik dan tidak lagi merupakan hasil “dagang sapi” dengan partai-partai politik.
“Artinya, keputusan dia harus autentik, bukan lagi hasil dagang sapi dengan partai-partai sebelumnya. Itu yang ingin kita lihat,” sebutnya.
Rocky menekankan, Presiden Prabowo perlu mengambil langkah radikal untuk menyelamatkan Indonesia dan memberi arah yang jelas bagi generasi mendatang.
“Dengan cara itu, kita bisa ucapkan sewaktu-waktu pada generasi yang menunggu 2029 buat kita bergerak ke arah Indonesia yang masuk akal,” Rocky menuturkan.
“Kita meninggalkan Indonesia yang dungu dan demi kemasukakalan itu, kita minta Presiden Prabowo menjadi leader, bukan sekadar dealer,” tambahnya.
Lebih jauh, Rocky menyebut bahwa KAMI kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang dianggap “dungu” dan hanya bertujuan menggembirakan publik.
“Kita ingin bangunkan kembali harapan memberi kepercayaan kepada publik bahwa Indonesia bisa dihasilkan ulang dengan satu radical break,” kuncinya.
Sebelumnya, Ketua Majelis Syuro Partai Ummat, Amien Rais, kembali mengusik posisi Gibran Rakabuming Raka dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Kali ini, Amien menaruh perhatiannya kualitas kepemimpinan Wapres Gibran yang menurutnya masih jauh dari matang.
Tokoh reformasi itu melihat keberadaan Gibran sebagai Wapres seolah tidak menjadi persoalan bagi Presiden Prabowo.
Meski ia tetap menganggap kemampuan kepemimpinan putra sulung Presiden ke-7, Jokowi, tersebut bermasalah.
“Mentahnya kepemimpinan Gibran Fuhufafa sebagai wabres karena bodoh, pengung, dan pahpoh seolah tidak jadi masalah bagi Prabowo,” ujar Amien dikutip pada Minggu (28/12/2025).
Namun demikian, Amien mengaku dapat memahami pandangan sebagian pihak yang menilai pemerintahan Prabowo saat ini tak lebih dari kelanjutan pemerintahan sebelumnya.
“Tetapi saya dapat memahami bila ada orang yang berpendapat pemerintahan Prabowo sesungguhnya merupakan kontinuasi atau sekedar kelanjutan dari rezim Jokowi,” ucapnya.
Kata Amien, kondisi tersebut memunculkan fenomena baru di tengah masyarakat.
Khususnya di kalangan generasi muda. Ia menyebut mulai muncul rasa putus asa terhadap masa depan bangsa.
“Muncul fenomena baru berupa semacam keputus asaan di sementara kalangan anak-anak bangsa,” ungkapnya.
Ia menggambarkan perasaan itu sebagai keputusasaan yang mendalam, bukan sekadar sikap apatis atau ketidakpedulian terhadap politik dan pemerintahan.
“Kira-kira kalau dirumuskan dengan singkat mereka mengatakan kami sudah putus asa, tak mungkin ada perbaikan kehidupan bagi bangsa Indonesia,” Amien menuturkan.
Lebih jauh, Amien menganggap sikap masyarakat tersebut telah melampaui rasa jenuh atau pasrah semata.
“Mereka bukan saja bersikap apatis atau ngelukro, tetapi benar-benar sudah berkesimpulan rezim Prabowo tak ubahnya,” tandasnya.
(Muhsin/fajar)

/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2025%2F11%2F18%2Ff24fe045-9a50-4f56-819d-6aa74dcf4353_jpg.jpg)

