Di Tengah deru mesin kendaraan dan kepungan polusi masyarakat kota, jeda bukan lagi sekadar keinginan, melainkan kebutuhan. Bagi warga Solo, Yogyakarta dan sekitarnya, pelarian dari rutinitas mereka sering kali berkunjung pada satu titik di Kabupaten Klaten. Terlepas dari popularitas umbul Ponggok, terdapat Umbul Kapilaler sebuah permata tersembunyi yang menawarkan kedamaian dalam hening.
Terletak di Desa Umbulsari, Kecamatan Polanharjo, Umbul Kapilaler adalah sebuah permata tersembunyi yang menawarkan definisi kemewahan dalam kesederhanaan. Ia tidak menawarkan wahana permainan air modern atau fasilitas megah. Sebaliknya, ia menawarkan apa yang langka di kota besar yaitu kejernihan yang jujur dan ketenangan yang memulihkan.
Begitu menapakkan kaki di pinggiran kolam, hal pertama yang merampas perhatian saya adalah kejernihan airnya. Istilah "sebening kaca" bukanlah hiperbola. Air di Umbul Kapilaler begitu transparan hingga setiap detail di dasarnya dapat saya lihat dengan mata telanjang. Terlihat jelas bebatuan alami dan butiran pasir yang menari saat terinjak, hingga gerombolan ikan kecil yang berenang lincah di sela-sela lumut.
Kejernihan ini sering kali menipu mata saya, dari permukaan, air tampak dangkal, padahal kedalamannya bisa mencapai 1,5 hingga 1,8 meter. Cahaya matahari yang menembus hingga ke dasar menciptakan pantulan biru kehijauan yang magis, seolah-olah sedang menatap akuarium raksasa yang diletakkan di tengah hutan kecil.
Yang membedakan Umbul Kapilaler dari pemandian lainnya di Klaten adalah keberadaan pohon-pohon besar, terutama pohon banyan dan beringin tua yang memayungi kolam. Akar-akar raksasa yang menjuntai dan batang pohon yang kokoh memberikan perlindungan alami dari terik matahari.
Udara di sekitar umbul tetap sejuk berkat sirkulasi alami dari rimbunnya dedaunan. Suasana ini menciptakan aura mistis sekaligus menenangkan—sebuah nuansa "pemandian para putri" di zaman kerajaan dahulu. Gemericik air yang keluar dari celah bebatuan menjadi musik alami yang mengubur kebisingan pikiran dari beban pekerjaan.
Saya memilih datang di pagi buta, saat kabut tipis masih menggantung di atas permukaan air. Pada jam-jam tersebut, ketenangan berada pada puncaknya. Mengapung telentang sambil menatap celah-celah daun dan langit biru adalah cara terbaik untuk mempraktikkan mindfulness. Di sini, waktu seolah berjalan lebih lambat, memberikan kesempatan bagi jiwa untuk "bernapas" kembali.
Tenang saja, buat menikmati kemewahan alami di Umbul Kapilaler ini tidak perlu takut dompet jadi tipis karena tempat ini salah satu wisata paling murah meriah di Klaten. Cukup bayar tiket masuk sekitar Rp5.000 sampai Rp10.000 aja per orang, harga tersebut dapat berubah sewaktu-waktu saat akhir pekan atau hari libur). Fasilitas pendukung seperti tarif parkir pun sangat ekonomis, yakni cukup membayar Rp2.000 untuk sepeda motor dan Rp5.000 untuk mobil. Fasilitas Umbul seperti loket, kantin, dan penyewaan alat berenang memiliki jam operasional dari 07.00 - 17.00 WIB, namun jika ingin menikmati ketenangan Umbul bisa datang lebih pagi dan petugas akan membantu urusan tiket masuknya.
"Duh, kalau udah duduk di bawah pohon gede begini sambil kena angin sepoi-sepoi, bawaannya pengen tidur. Umbulnya emang nggak gede-gede amat, tapi vibes-nya itu lho... adem banget. ." Ungkap Khaira saat pertama kali ia berkunjung ke Umbul Kapilaler.
Meskipun popularitasnya mulai meningkat, Umbul Kapilaler masih mempertahankan sisi autentiknya. Fasilitas yang tersedia seperti ruang ganti, toilet, dan warung-warung kecil milik warga lokal dikelola secara swadaya dengan tetap menjaga keramahan khas pedesaan.


