FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pipit Sriati seorang Asisten Rumah Tangga (ART) beberapa hari belakangan mencuri perhatian publik, khususnya bagi netizen Indonesia.
Pasalnya, perempuan 47 tahun itu mengungkapkan pengalamannya menjadi ART bagi mega bintang sepak bola Cristiano Ronaldo di Riyadh, Arab Saudi.
Dia mengaku mendapatkan gaji Rp93 juta per bulan dari pesepakbola peraih lima trofi Ballon d’Or tersebut.
“Jujur saja, awalnya aku takut. Di umurku yang sudah kepala empat, aku harus beradaptasi dengan budaya Arab dan majikan yang namanya dikenal seantero bumi. Tapi begitu melihat angka di kontrak kerja—93 juta rupiah per bulan semua rasa lelah di tulangku rasanya hilang seketika,” ujar Pipit dikutip dari unggahan akun @harisoewondo, Rabu (31/12/2025).
Menurut Pipit, bekerja di kediaman megah milik Ronaldo bukan hanya soal pekerjaan fisik. Dia menyebut, pekerjaannya menuntut ketelitian dan kedisiplinan yang sangat tinggi.
Hal itu karena rumah pemain Al Nassr yang luas dan mewah harus selalu dalam kondisi sempurna.
“Jam 5 pagi saya sudah bangun. Di rumah ini, disiplin adalah segalanya. Cristiano sangat menjaga pola makan dan kebersihan. Semua harus tertata rapi dan bersih,” ungkap Pipit, menggambarkan rutinitas hariannya.
Bukan hanya ketatnya disiplin yang membuat Pipit merasa nyaman, dia juga memuji sikap hangat istri Ronaldo, Georgina Rodriguez.
“Nyonya Georgina sangat anggun, tapi dia juga sangat memperhatikan detail rumah. Meskipun mereka selebriti dunia, mereka memperlakukanku dengan sangat manusiawi,” bebernya.
Pipit pun mengaku betah bekerja di rumah Ronaldo karena sikap sopan anak-anak mereka.
“Yang paling membuatku betah adalah anak-anaknya. Mereka dididik untuk selalu mengucap ‘terima kasih’ setiap kali aku membantu menyiapkan keperluan mereka,” kata Pipit.
Gajinya yang dua digit membuat tetangganya di kampung halaman penasaran mengenai pekerjaan apa yang Pipit lakukan.
Dia menjelaskan bahwa tugas utamanya tidak jauh berbeda dengan ART lainnya. Yakni menjaga kebersihan dan kenyamanan di area privat rumah majikan.
Meski begitu, kerahasiaan adalah harga mati. Aku tidak boleh sembarangan memotret atau menceritakan apa yang terjadi di dalam rumah ke media sosial. “Itulah alasan mengapa gajinya sangat tinggi, mereka membayar profesionalisme dan kesetiaan kita,” jelasnya.
Dengan gaji tinggi yang diterimanya, Pipit kini bisa memenuhi impian yang sebelumnya tampak mustahil.
“Saya sudah bisa membangun rumah untuk anak-anak saya di kampung, membeli sawah, dan menabung untuk masa tua. Setiap kali lelah menyapu lantai marmer yang luas, saya hanya perlu melihat notifikasi transferan gaji di ponsel,” urai Pipit.
Saat ditelusuri di sejumlah laman, kabar di atas ternyata hanya cerita fiksi. (*)




/https%3A%2F%2Fcdn-dam.kompas.id%2Fimages%2F2025%2F09%2F09%2F956dfd21481b15ce68c6ed164b92043a-20250909AGS_9.jpg)