Kendaraan Pribadi Kian Mengepung Jakarta dan Sekitarnya

kompas.id
2 jam lalu
Cover Berita

Bayangkan sebuah lahan parkir yang membentang sepanjang 180 kilometer. Ruang seluas itulah yang dibutuhkan hanya untuk menampung 734.795 kendaraan baru yang membanjiri Jakarta dan sekitarnya sepanjang tahun 2025.

Hingga akhir 2025, jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di wilayah hukum Polda Metro Jaya (Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi) mencapai 25.072.585 unit. Angka ini meningkat 2,93 persen (734.795 kendaraan baru) dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 24.337.790 kendaraan.

Data tersebut dipaparkan Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Komarudin, dalam Rilis Akhir Tahun (RAT) yang digelar secara hybrid di Mapolda Metro Jaya, sekaligus disiarkan melalui kanal YouTube resmi Polda Metro Jaya pada Rabu (31/12/2025).

Komarudin mengatakan, lonjakan kendaraan tersebut sebagai tekanan serius bagi ruang jalan di Jakarta dan sekitarnya. Ia menyebut, jika satu kendaraan diasumsikan memiliki panjang rata-rata dua meter, maka kendaraan baru sepanjang 2025 saja membutuhkan ruang parkir hingga sekitar 180 kilometer (km).

”Ini kalau diasumsikan satu kendaraan panjangnya 2 meter, maka dibutuhkan sekitar 180 km untuk memarkirkan kendaraan-kendaraan baru tersebut,” ujar Komarudin, Rabu.

Pertumbuhan kendaraan paling signifikan terjadi pada sepeda motor yang bertambah 161.447 unit, disusul mobil penumpang sebanyak 93.621 unit.

Namun, peningkatan jumlah kendaraan tersebut tidak diimbangi dengan perluasan infrastruktur jalan. Sepanjang 2025, pertumbuhan jaringan jalan di Jakarta hanya berada di kisaran 0,1 persen.

”Ini sebuah kondisi yang tidak seimbang,” kata Komarudin.

Ketimpangan ekstrem ini berdampak langsung pada kemacetan yang kian menjadi menu sehari-hari warga, serta mengancam aspek keamanan dan keselamatan di jalan raya.

Baca JugaJakarta Peringkat Ke-10 Kota Termacet di Dunia

Meski demikian, polisi mengklaim durasi kemacetan parah di Jakarta tahun ini justru berhasil dipangkas. Jika biasanya kemacetan di titik krusial seperti Tol Dalam Kota, Jagorawi, hingga Sudirman baru bisa terurai mendekati pukul 22.00 WIB, kini jalanan mulai lengang satu jam lebih cepat.

”Jakarta bisa kita urai di pukul 20.30 sampai 21.30 WIB. Kami bisa satu jam lebih cepat mengembalikan masyarakat ke rumah masing-masing,” ujar Komarudin.

Kuncinya bukan pada pelebaran jalan, melainkan "otak" pengelolaan lalu lintas yang makin cerdas. Polda Metro Jaya kini mengandalkan 4.437 kamera pemantau yang terintegrasi dalam Traffic Management Center (TMC).

Mata kamera ini terhubung dengan aplikasi Mandala Quick Response (MQR). Begitu kamera mendeteksi simpul kemacetan atau banjir, sistem langsung memberi notifikasi, dan petugas terdekat segera digeser ke lokasi untuk mengerahkan penanganan.

Tak hanya polisi, sistem ini juga mengintegrasikan 47 unit ambulans Dinas Kesehatan Jakarta untuk mempercepat pertolongan saat terjadi kecelakaan fatal.

Adapun sepanjang 2025, tercatat 13.184 kejadian kecelakaan lalu lintas, dengan 740 orang meninggal dunia dan 16.038 orang mengalami luka-luka.

Namun, meski teknologi manajemen lalu lintas kian canggih, perilaku pengendara masih menjadi catatan merah. Sistem tilang elektronik (Electronic Traffic Law Enforcement/ETLE) mencatat ada 893.023 pelanggaran lalu lintas sepanjang 2025.

Komarudin menegaskan, penegakan hukum berbasis ETLE dilakukan secara objektif tanpa memandang latar belakang maupun jabatan. Kendaraan dinas TNI, Polri, pemerintah daerah, maupun kendaraan pribadi yang melakukan pelanggaran akan tetap terekam kamera.

Baca JugaJakarta Pasang 10 ETLE Bergerak, Bisa Tilang Pengemudi Mobil dan Sepeda Motor

Tingginya angka pertumbuhan kendaraan dan pelanggaran lalu lintas menjadi bahan evaluasi bagi kepolisian dalam merumuskan kebijakan dan strategi pengelolaan lalu lintas pada 2026 mendatang.

Selain masalah kemacetan, Jakarta dan sekitarnya juga mencatatkan angka kriminalitas yang tinggi. Kapolda Metro Jaya, Irjen Pol Asep Edi Suheri, mengungkapkan bahwa pihaknya menerima 74.013 laporan kejahatan sepanjang 2025, atau sekitar 16,7 persen dari total laporan nasional yang sebanyak 329.120 laporan.

Meski demikian, penindakan hukum juga digencarkan. Prestasi menonjol dicatatkan Direktorat Reserse Narkoba yang berhasil menyita 3,2 ton barang bukti dan menangkap 9.894 tersangka dari 7.426 kasus yang ditangani. Langkah ini diklaim menyelamatkan lebih dari 10 juta jiwa dari ancaman narkotika.

Di bidang penegakan hukum, Direktorat Reserse Kriminal Umum menyelesaikan 109 persen target perkara. Sementara itu, Direktorat Reserse Kriminal Khusus berhasil mengungkap 58 persen kasus, termasuk membongkar sindikat internasional impor pakaian bekas ilegal, disertai pembekuan aset Tindak Pidana Pencucian Uang senilai Rp 22 miliar.

Adapun Direktorat Reserse Siber berhasil menindak 2.625 kasus, didominasi penipuan daring, modus judi online, dan akses ilegal. Sejumlah situs judi online juga berhasil diblokir, dan kasus love scam turut diungkap.

Sepanjang 2025, Polda Metro Jaya juga menangani 440 kasus tawuran dengan strategi ganda, yakni penegakan hukum tegas dan pendekatan preventif melalui sekolah, tokoh masyarakat, dan pemerintah daerah. Koordinasi lintas institusi, termasuk Pangdam Jaya, juga diperkuat untuk mitigasi wilayah rawan.

Selain itu, Polda Metro Jaya mengamankan 2.304 kegiatan masyarakat dan menerima lebih dari 269.000 panggilan pengaduan melalui call center 110, dengan 67 persen berhasil terlayani.

”Hal ini menandakan meningkatnya kepercayaan masyarakat,” ujar Asep.

Menanti solusi

Angka 25 juta kendaraan yang dipaparkan Polda Metro Jaya bukan sekadar statistik di atas kertas bagi Raka (29). Karyawan swasta yang setiap hari membelah jalanan dari Tangerang Selatan menuju Sudirman ini merasa data tersebut adalah konfirmasi valid atas neraka jalanan yang ia rasakan sepanjang 2025.

Mengenai klaim polisi bahwa kemacetan kini terurai lebih cepat pada kisaran pukul 20.30 WIB, Raka memberikan pandangan yang skeptis namun tetap apresiatif. Ia mengakui kehadiran petugas di titik-titik krusial saat jam pulang kantor memang terasa lebih masif.

”Memang sih, dulu jam 10 malam masih macet parah, sekarang jam 9-an sudah agak mending. Tapi ya tetap saja, volume kendaraannya yang gila,” ujarnya.

Baca JugaKemacetan dan Jebakan Negara Berkembang

Ia menilai polisi sudah bekerja keras mengatur benang kusut, namun musuh utamanya adalah jumlah kendaraan yang tak terkendali.

Realitas di lapangan ini menyisakan pekerjaan rumah besar. Rekayasa lalu lintas hanyalah solusi di hilir. Agar Jakarta benar-benar bisa bernapas, dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh dan radikal di bagian hulu.

Pengembangan transportasi publik massal dinilai Raka harus terus diperluas jangkauannya. Kuncinya ada pada integrasi antarmoda yang nyaman dan terjangkau, sehingga warga memiliki alasan rasional untuk meninggalkan kendaraan pribadinya di garasi, termasuk dirinya.

Selain itu, infrastruktur jalan dinilai perlu disesuaikan secara cerdas. Bukan sekadar melebarkan aspal yang akan kembali penuh, melainkan pembangunan strategis seperti flyover, underpass, dan sterilisasi jalur khusus transportasi umum di titik rawan.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Kemenhub: Penerbangan Internasional Topang Angkutan Udara Selama Nataru
• 2 jam lalurepublika.co.id
thumb
Harga Pangan 31 Desember 2025: Cabai dan Beras Stabil, Telur Turun Tipis di Akhir Tahun
• 3 jam lalukompas.tv
thumb
Helikopter Caracal TNI AU Salurkan 1 Ton Bantuan untuk Warga Korban Banjir di Gayo Lues Aceh
• 22 jam lalukompas.tv
thumb
Wamendagri Ribka Beri Rapor Kinerja 6 Provinsi di Papua soal RAPBD dan RAP Otsus
• 3 jam lalukumparan.com
thumb
Satria Muda Lepas Mario Davidson Jelang Bergulirnya IBL 2026
• 2 menit lalurepublika.co.id
Berhasil disimpan.