FAJAR, BULUKUMBA — Kabupaten Bulukumba tidak melulu soal pesona pasir putih Tanjung Bira. Jika melipir sedikit ke arah dataran tinggi, terdapat sebuah “surga” tersembunyi yang menawarkan sensasi berbeda. Terletak di ketinggian sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut (mdpl), Desa Kahayya kini menjelma menjadi primadona baru lewat pesona Bukit Donggia.
Tim Harian FAJAR menjajal langsung perjalanan menuju lokasi yang kerap dijuluki “negeri di atas awan” ini. Berjarak tempuh sekitar 1 jam 10 menit berkendara dari pusat Kota Bulukumba, perjalanan menuju Kahayya menyuguhkan pengalaman tersendiri.
Akses menuju lokasi terbilang cukup memadai dengan jalanan beraspal. Meski demikian, pengendara tetap dituntut waspada mengingat medan yang didominasi tikungan tajam dan tanjakan khas pegunungan. Namun, rasa was-was tersebut segera teralihkan oleh udara sejuk dan aroma khas yang menyeruak masuk ke dalam kendaraan.
Sepanjang perjalanan, mata dimanjakan oleh hamparan kebun kopi dan cengkeh milik warga. Kahayya memang dikenal sebagai sentra penghasil kopi premium di Butta Panrita Lopi, menjadi pemandangan pembuka yang menyegarkan sebelum tiba di tujuan utama.
Sesampainya di area parkir, pengunjung harus melanjutkan perjalanan dengan trekking ringan. Berjalan kaki sejauh kurang lebih 700 meter hingga 1 kilometer adalah syarat mutlak untuk mencapai puncak Bukit Donggia. Meski cukup menguras keringat, rasa lelah seketika terbayar lunas saat tiba di puncak.
Dari ketinggian Bukit Donggia, panorama bukit-bukit hijau yang gagah berpadu dengan aliran sungai di kejauhan menciptakan lukisan alam yang memukau. Kabut tebal yang kerap turun menyelimuti area ini menambah nuansa magis dan dingin, membuat jaket tebal menjadi atribut wajib bagi para pelancong.
Menariknya, meski berada di lokasi terpencil yang minim sinyal seluler (blank spot), kawasan wisata ini sangat adaptif terhadap teknologi. Wisatawan tidak perlu khawatir soal transaksi keuangan. Deretan warung dan toko di kawasan ini telah mendukung pembayaran non-tunai melalui QRIS yang didukung akses dari Bank Indonesia.
“Di sini sinyal memang sulit, tapi ada penyewaan Wi-Fi satelit Starlink yang jaringannya lumayan kencang. Jadi komunikasi dan transaksi tetap lancar,” ungkap salah satu pengunjung.
Bagi wisatawan yang ingin bermalam namun enggan repot membawa perlengkapan berat, pengelola dan warga setempat telah menyediakan solusi praktis. Di sekitar lokasi, terdapat toko-toko yang menyewakan peralatan camping lengkap, mulai dari tenda, matras, hingga alat masak. Pengunjung tinggal datang membawa badan dan logistik, lalu menikmati malam bertabur bintang (atau kabut) dengan nyaman.
Selain fasilitas yang mumpuni seperti gazebo dan berbagai spot foto instagramable, biaya untuk menikmati keindahan ini sangat ramah di kantong. Tiket masuk hanya Rp15 ribu per orang dan biaya parkir Rp5 ribu untuk kendaraan.
Perpaduan antara keasrian alam yang terjaga dengan kemudahan fasilitas digital dan akomodasi membuat Bukit Donggia di Kahayya menjadi destinasi healing yang paripurna. Sebuah bukti bahwa pelosok desa pun mampu bangkit dan berdaya melalui pariwisata yang dikelola dengan baik. (*/)
Penulis :
Tunggal Utama Ramadhan. SHS
Mahasiswa Magang Fajar, Universitas Hasanuddin


