DRAMA Korea bertema dunia kerja sering kali meninggalkan kesan mendalam karena terasa dekat dengan kehidupan nyata. Cerita-cerita ini tidak bergantung pada plot twist besar atau konflik dramatis yang berlebihan. Sebaliknya, mereka mengikuti keseharian orang-orang biasa yang bangun setiap pagi, berangkat kerja, dan berusaha bertahan, bahkan ketika lelah, terluka, atau diliputi keraguan.
Drama-drama ini menampilkan aturan tak tertulis di kantor, tekanan untuk selalu tampil baik, serta rasa sepi yang bisa muncul meski dikelilingi banyak orang.
Namun di balik itu, ada kehangatan dalam hal-hal kecil: makan bersama setelah hari yang panjang, saling bertukar pandang penuh pengertian, atau duduk diam bersama seseorang yang benar-benar memahami. Jika kamu merindukan drama dengan nuansa slice of life yang membumi, lima judul berikut layak masuk daftar tontonanmu.
1. Typhoon FamilyBerlatar krisis finansial IMF tahun 1997, Typhoon Family adalah drama dunia kerja yang sarat emosi dan nilai kemanusiaan. Kisahnya berpusat pada Kang Tae Poong (Lee Junho), pewaris muda perusahaan Typhoon Trading yang tumbuh dalam kenyamanan dan nyaris tak mengenal realitas bisnis. Hidupnya berubah drastis ketika krisis ekonomi menghantam Korea Selatan dan perusahaannya berada di ambang kehancuran.
Dalam waktu singkat, Tae Poong dipaksa menggantikan ayahnya sebagai CEO. Tanpa pengalaman dan arah yang jelas, ia harus menghadapi kenyataan pahit: karyawan satu per satu pergi, utang menumpuk, dan kepercayaan runtuh. Di tengah kekacauan itu, hadir Oh Mi Seon (Kim Min Ha), seorang staf pembukuan yang pendiam, tangguh, dan membumi. Mi Seon bukan hanya menopang perusahaan, tetapi juga menjadi jangkar emosional Tae Poong.
Drama ini menggambarkan kepemimpinan bukan sebagai kekuasaan, melainkan tanggung jawab dan empati. Dengan sekelompok kecil karyawan yang setia, mereka bersama-sama menghadapi krisis ekonomi, dilema moral, dan ketakutan akan kegagalan. Typhoon Family adalah potret menyentuh tentang orang-orang biasa yang bertahan di tengah keadaan luar biasa.
2. Incomplete Life (Misaeng)Misaeng kerap disebut sebagai salah satu drama paling jujur dalam menggambarkan kehidupan korporat di Korea Selatan. Diadaptasi dari webtoon karya Yoon Tae Ho, drama ini menanggalkan klise dan menghadirkan realitas kantor yang sunyi, melelahkan, dan sering kali tidak adil.
Tokoh utamanya, Jang Geu Rae (Yim Si Wan), adalah mantan atlet Baduk yang mimpinya kandas. Tanpa ijazah dan pengalaman kerja, ia memasuki dunia korporat sebagai pegawai magang di perusahaan dagang besar. Dipandang sebelah mata sejak hari pertama, Geu Rae bertahan bukan dengan kepercayaan diri, melainkan dengan ketekunan, pengamatan, dan kesabaran yang ia pelajari dari Baduk.
Di Sales Team 3, ia bekerja di bawah Oh Sang Shik (Lee Sung Min), manajer keras yang kelelahan, serta Kim Dong Shik (Kim Dae Myung) yang hangat dan penuh empati. Karakter pendukung lainnya memperkaya cerita: Ahn Young Yi yang harus menghadapi diskriminasi gender, Jang Baek Gi yang terjebak ekspektasi tinggi, dan Han Seok Yool yang ide-idenya kerap dicuri atasan.
Kekuatan Misaeng terletak pada relasi antarmanusia yang tumbuh perlahan, melalui kegagalan, kemenangan kecil, dan pengertian tanpa kata. Drama ini terasa begitu dekat bagi siapa pun yang pernah merasa ragu akan nilai dirinya di dunia kerja.
3. Stove LeagueMeski berlatar dunia bisbol profesional, Stove League sejatinya adalah drama korporat yang intens dan cerdas. Ceritanya mengikuti tim bisbol Dreams yang selalu berada di peringkat terbawah. Konflik internal, moral yang runtuh, dan ancaman pembubaran menjadi latar masuknya Baek Seung Soo (Namkoong Min) sebagai manajer umum baru.
Seung Soo tidak memiliki latar belakang bisbol, tetapi ia ahli membenahi sistem yang rusak. Dengan pendekatan rasional, tegas, dan berprinsip, ia berusaha menyelamatkan tim dari kehancuran. Di sisinya ada Lee Se Young (Park Eun Bin), kepala tim operasional yang penuh semangat dan menjadi jembatan antara logika bisnis dan sisi kemanusiaan.
Drama ini menyoroti sisi belakang layar dunia olahraga: negosiasi kontrak, tarik-ulur kekuasaan, dan konflik kepentingan. Stove League menegaskan bahwa integritas, kerja tim, dan keberanian mengambil keputusan sulit adalah kunci perubahan.
4. My MisterMy Mister adalah drama slice of life yang mendalam dan penuh keheningan, tentang luka, ketahanan, dan kebaikan kecil yang menyelamatkan. Park Dong Hoon (Lee Sun Kyun) adalah pria paruh baya yang tampak stabil, tetapi hidup dalam tekanan: karier stagnan, beban keluarga, dan pernikahan yang retak. Ia memilih diam dan bertahan, menyembunyikan rasa sakitnya.
Berbeda dengannya, Lee Ji An (IU) adalah pekerja kontrak muda yang hidupnya keras dan penuh kewaspadaan. Terjerat utang dan tanggung jawab merawat neneknya, Ji An terbiasa bertahan sendiri. Ketika diminta memata-matai Dong Hoon, ia justru menemukan sosok yang lembut dan penuh empati.
Hubungan mereka tidak pernah menjadi romantis, melainkan ikatan manusiawi yang langka. Melalui gestur sederhana dan kehadiran yang tulus, keduanya perlahan saling menyembuhkan. My Mister mengingatkan bahwa di dunia yang dingin, empati dan pengertian bisa menjadi bentuk kekuatan terbesar.
5. Black DogBlack Dog menghadirkan dunia pendidikan sebagai ruang kerja yang tak kalah keras dari korporasi. Drama ini berfokus pada kehidupan para guru, lengkap dengan tekanan, politik internal, dan kerja emosional yang sering luput dari perhatian.
Go Ha Neul (Seo Hyun Jin) menjadi guru dengan motivasi personal yang mendalam. Namun, di sekolah elite tempat ia mengajar, statusnya sebagai guru kontrak membuatnya dipandang sebelah mata. Ia dicurigai mendapat posisi karena koneksi, bukan kemampuan.
Julukan “Black Dog” mencerminkan posisinya sebagai sosok yang terpinggirkan. Bersama Park Sung Soon (Ra Mi Ran), mentor tegas namun peduli, dan Do Yeon Woo (Ha Jun) yang pendiam, Ha Neul belajar bertahan dalam sistem yang menuntut hasil tanpa henti. Drama ini menyoroti profesionalisme, solidaritas, dan arti ketulusan dalam lingkungan kerja yang kompetitif.
Drama-drama di atas tidak menawarkan pelarian dari realitas, melainkan cermin yang jujur. Mereka mengingatkan bahwa bertahan saja kadang sudah merupakan bentuk keberanian. Dan di balik rutinitas yang melelahkan, selalu ada makna dalam usaha kecil, hubungan manusia, dan pilihan untuk tetap berempati. (Soompi/Z-10)




