ISRAEL akan melarang 37 lembaga bantuan beroperasi di Jalur Gaza, Palestina, setelah mengeklaim tanpa bukti bahwa staf mereka mungkin memiliki hubungan dengan kelompok militan.
Beberapa cabang Oxfam dan Médecins Sans Frontières termasuk di antara lembaga yang dilarang mulai 1 Januari setelah mereka menolak permintaan Israel untuk memberikan daftar nama karyawan mereka yang akan melanggar undang-undang perlindungan data dan membahayakan para pekerja.
Larangan tersebut dirancang, menurut para kritikus, untuk semakin memperburuk genosida yang dilakukan Israel di Gaza dan mempersulit kelompok internasional untuk berbagi informasi tentang kejahatan kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Israel.
Israel mengeklaim membutuhkan nama-nama staf untuk menyingkirkan kemungkinan ada hubungan dengan terorisme.
IDF sengaja menyerang lembaga-lembaga bantuan dalam beberapa kesempatan dan membunuh setidaknya 508 pekerja bantuan di Gaza sejak Oktober 2023, termasuk 346 staf PBB.
Human Rights Watch dan pihak lain mencatat bahwa militer menyerang lokasi dan konvoi setelah kelompok-kelompok kemanusiaan membagikan koordinat mereka kepada otoritas Israel dengan harapan hal ini akan melindungi mereka dari pemboman.
"Israel menjadikan Gaza sebagai tempat paling mematikan bagi pekerja kemanusiaan di dunia dan bukan hanya sedikit," kata Dr. Feroze Sidhwa, seorang ahli bedah AS yang telah beberapa kali menjadi sukarelawan di Gaza, kepada Drop Site News. "Orang-orang ini menjadi sasaran ketika Israel mengetahui siapa mereka."
Ia menambahkan bahwa dalih untuk larangan tersebut absurd. Tujuan sebenarnya yaitu menolak kemampuan lembaga bantuan untuk terus berbicara tentang kondisi mengerikan yang terjadi di Gaza.
Israel berulang kali melanggar perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani dengan Hamas pada Oktober, baik dengan mengebom dan menembak warga sipil hampir setiap hari maupun dengan terus membatasi secara ketat obat-obatan, tempat tinggal, dan makanan, termasuk susu formula bayi, untuk masuk ke Gaza.
Seorang dokter gawat darurat yang menjadi sukarelawan di Gaza, Dr. James Smith, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa larangan baru ini akan berdampak buruk. "Situasi yang sudah mengerikan akan menjadi lebih mengerikan lagi," katanya. "Perubahan akan terjadi seketika dan akan tanpa ampun." (Novara Media/I-2)





