Jakarta, tvOnenews.com - Ribuan masyakarat dari berbagai daerah mulai memadati kawasan Bundaran HI, Jakarta Pusat, pada Rabu (31/12/2025) malam, jelang puncak perayaan Tahun Baru 2026.
Berdasarkan pantauan tvOnenews.com, sekitar pukul 20.25 WIB, terlihat para warga menikmati musik dari panggung hiburan yang berdiri mengarah ke Halte Transjakarta Bundaran HI ASTRA.
Salah satu warga yang memilih merayakan tahun baru 2026 di Bundaran HI yaitu wanita bernama Novita (32) yang berasal dari Bandung, Jawa Barat.
Novita tampak mengajak suami dan dua anak laki-lakinya, untuk menyaksikan panggung hiburan di Bundaran HI.
“Kesini kebetulan sama anak dan suami aja. Dari magrib udah disini. Aku asal Bandung, kebatulan lagi main di tempat adik,” kata Novita, saat ditemui, Rabu (31/12/2025).
Lebih lanjut, Novita mengaku baru pertama kali ini merayakan tahun baru di Jakarta. Sebab, Novita mengatakan, ingin merasakan ikut kemeriahan merayakan tahun baru di Jakarta.
“Baru kali ini di Jakarta. Mau ikut yang meriah-meriah karena banyak hiburannya. Ternyata baru mulai aja udah asik banget ya,” tutur Novita.
Kemudian Novita menerangkan, kedatanganya ke Bundaran HI juga ingin merasakan naik transportasi umum yang dibebaskan biayanya oleh Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo.
“Iya (udah coba juga tadi naik MRT). Kebetulan lagi digratisin kan sama pak Gubernur Pramono, lumayan lah irit ongkos,” ungkap Novita.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, memutuskan merombak total konsep perayaan malam pergantian Tahun Baru 2026 di Ibu Kota.
Dari semula 14 titik lokasi, Pemprov DKI memangkasnya menjadi hanya delapan titik dengan pusat kegiatan utama dipusatkan di Bundaran Hotel Indonesia (HI).
Keputusan tersebut disampaikan Pramono dalam konferensi pers di Balairung, Balai Kota DKI Jakarta, Senin (22/12/2025).
Ia menjelaskan, sejumlah titik yang selama ini menjadi tradisi perayaan tahun baru dikurangi, termasuk kawasan Monumen Nasional (Monas).
“Yang pertama, dari segi titik lokasi yang sebelumnya dipersiapkan sebanyak 14 titik, akhirnya diputuskan menjadi delapan titik. Dari titik-titik utama yang selama ini menjadi tradisi yang ada di Jakarta, ada beberapa yang dikurangi, di antaranya adalah Monas,” ujar Pramono.
