JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan Selasa, 9 Desember 2025 diprediksi akan bergerak melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Untuk diketahui mengutip Bloomberg, pada hari Senin, 8 Desember, Kurs rupiah spot ditutup turun 0,28 persen ke level Rp16.695 per dolar AS. Sementara itu, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ditutup melemah 0,20 persen di level harga Rp16.688 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa pasar saat ini dipengaruhi oleh ekspektasi kuat bahwa bank sentral AS, Federal Reserve, akan menurunkan suku bunga pada akhir pekan.
Ia menyampaikan sejumlah tanda perlambatan ekonomi AS, termasuk data ketenagakerjaan yang melemah, meningkatkan peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi sekitar 85 persen, sehingga memunculkan harapan bahwa biaya pinjaman yang lebih rendah akan mendorong pertumbuhan global dan pasar ekuitas.
Meski demikian, Ibrahim menyampaikan optimisme tersebut masih dibayangi sikap hati-hati karena beberapa pejabat The Fed menilai pemangkasan suku bunga pada Desember belum dapat dipastikan.
"Ketua Federal Reserve Jerome Powell sebelumnya menekankan bahwa keputusan yang akan datang bukanlah suatu kepastian, jauh dari itu, membuat investor waspada terhadap potensi kejutan yang bersifat hawkish," ucapnya dalam keterangannya, dikutip Selasa, 9 Desember.
Sementara dari dalam negeri, indikator ekonomi menunjukkan ketahanan aktivitas domestik menjelang akhir 2025 yaitu tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur tetap berada di area ekspansif pada level 53,3, sementara inflasi yang stabil di 2,7 persen memberikan ruang bagi pemulihan ekonomi pada tahun berikutnya.
Menurutnya kombinasi keduanya menjadi sinyal awal bahwa perekonomian Indonesia tetap tangguh memasuki 2026.
Sejumlah indikator lain juga mencatat perbaikan, seperti indeks keyakinan konsumen yang mencapai titik tertinggi dalam lima bulan terakhir dan ketahanan ekonomi nasional sepanjang 2025 turut didukung kebijakan fiskal dan moneter yang akomodatif.
Adapun, hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 sebesar 5,04 persen, serta inflasi rendah yang menjaga daya beli masyarakat.
Selain itu, Bank Indonesia kini memegang mandat baru untuk memperkuat sektor riil melalui berbagai kebijakan.
Adapun, Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK) menugaskan BI untuk menyusun bauran kebijakan yang mampu menciptakan kondisi ekonomi yang kondusif bagi pertumbuhan sektor riil dan penciptaan lapangan kerja.
Ibrahim menjelaskan dalam pasal 7 UU P2SK menegaskan bahwa BI bertanggung jawab menjaga stabilitas rupiah, sistem pembayaran, dan stabilitas keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
"Untuk mencapai tujuan tersebut, BI meracik bauran kebijakan yang diarahkan menciptakan iklim ekonomi kondusif bagi pertumbuhan sektor riil dan penciptaan lapangan kerja," jelasnya.
Ia menyampaikan dengan landasan tersebut, pertumbuhan ekonomi pada 2026 diprediksi akan lebih baik dibandingkan 2025 yang ditopang oleh konsumsi rumah tangga, peningkatan investasi, serta kebijakan fiskal yang lebih ekspansif.
"Program strategis pemerintah dan BI diperkirakan memberi efek berantai terutama ke sektor manufaktur, industri pengolahan, dan sektor padat karya," jelasnya.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Selasa, 9 Desember 2025 dalam rentang harga Rp16.690 - Rp16.730 per dolar AS.



