Selama lebih dari satu dekade, Bulan terbesar milik planet Saturnus, Titan dikenal sebagai salah satu kandidat terkuat tempat adanya kehidupan di luar Bumi. Alasannya, para ilmuwan meyakini Titan menyimpan samudra besar di bawah lapisan esnya. Namun, penelitian terbaru kini mengubah gambaran tersebut.
Alih-alih samudra raksasa, bagian dalam Titan ternyata lebih mirip lapisan es setengah mencair, seperti bubur salju atau slush, yang mengandung kantong-kantong kecil air cair hangat di dekat inti berbatu.
Temuan ini berasal dari analisis ulang data misi Cassini milik NASA yang sejak 2008 mengamati Titan. Saat itu, perubahan bentuk Titan akibat tarikan gravitasi Saturnus dianggap sebagai bukti adanya lapisan cair besar di bawah permukaannya. Namun, dengan teknik pengolahan data yang kini lebih canggih, para ilmuwan kini menemukan bahwa Titan cukup lunak untuk berubah bentuk tanpa harus memiliki samudra cair global.
“Bagian dalam Titan ternyata lebih kaku dari yang kita kira, tetapi masih cukup lembek untuk bergerak mengikuti tarikan Saturnus,” kata ilmuwan planet dari Jet Propulsion Laboratory (JPL) NASA, Flavio Petricca.
Lapisan es ini berada sangat dekat dengan titik leburnya, sehingga di beberapa tempat terbentuk kantong-kantong air cair yang hangat. Menariknya, meskipun gagasan tentang samudra besar menghilang, peluang adanya kehidupan tidak sepenuhnya tertutup. Kantong air hangat ini bisa menjadi tempat berlangsungnya reaksi kimia yang menyerupai kondisi awal Bumi miliaran tahun lalu.
Namun, jika kehidupan memang ada, jumlahnya diperkirakan sangat sedikit. Sebuah studi memperkirakan bahwa total biomassa di Titan mungkin hanya beberapa kilogram mikroorganism atau hanya seberat satu ekor anjing kecil. Kehidupan semacam itu kemungkinan bersifat mikroskopis dan menggunakan proses fermentasi sederhana, tanpa membutuhkan oksigen.
Di sisi lain, Titan juga menunjukkan dinamika yang mengejutkan di permukaannya. Teleskop James Webb dan Observatorium Keck mendeteksi awan, hujan, dan danau dari metana dan etana cair, ini menandakan Titan memiliki sistem cuaca aktif yang mirip siklus air di Bumi, hanya saja berbahan dasar metana.
NASA kini menyiapkan misi Dragonfly, sebuah wahana terbang mirip drone yang akan diluncurkan pada 2028 dan tiba di Titan pada 2034. Wahana ini akan menjelajahi permukaan Titan, mempelajari bahan organik, serta membantu memastikan bagaimana sebenarnya struktur bagian dalam bulan misterius ini.
Sumber: Forbes, Space.


