Grid.ID - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyebut banyak industri masuk wilayah Jawa Barat. Terkait hal itu, Dedi langsung optimis dan menargetkan pemulihan lapangan kerja.
Seperti diketahui, angka pengangguran di wilayah Jawa Barat memang cukup tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2025 di Jabar sebesar 6,77 persen, atau naik sebesar 0,02 persen poin dibandingkan dengan Agustus 2024 yang sebesar 6,75 persen.
Melihat kenaikan angka pengangguran, Dedi Mulyadi selaku gubernur, memberi pernyataan tegas. Ia menyebut masalah itu jadi pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan oleh pemangku kebijakan.
"Itu kan bagian PR (pekerjaan rumah) yang harus kami selesaikan. Kalau itu naik, berarti kan harus ada solusi," katanya saat ditemui di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (7/11/2025).
Pengangguran di Jawa Barat sering jadi masalah, baru-baru ini Dedi Mulyadi sebut puluhan industri masuk Jabar. Bahkan, industri-industri tersebut kabarnya akan mulai beroperasi pada tahun 2026.
Terkait hal itu, Dedi Mulyadi optimis bahwa masalah kekurangan lapangan kerja akan mulai berkurang. Melansir Kompas.com, Dedi menyebut salah satu kunci pemulihan lapangan kerja dan ketenagakerjaan pasca-pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah dengan memperhatikan arus investasi.
"Bahwa 15.000 (terkena PHK) itu nanti ke depan itu akan terecovery dengan tumbuhnya lapangan kerja baru," ujar Dedi.
Tak ingin gagal, Pemerintah Provinsi Jawa Barat kini secara aktif mendampingi proses rencana investasi agar dapat terealisasi tanpa hambatan perizinan. Menurutnya, persoalan ketenagakerjaan kurangnya proaktivitas pemerintah daerah dalam mengawal investasi.
"Kalau tidak rajin gubernurnya mengorkestrasi turun ke bawah, ngurusin pembebasan perizinan naik lagi ketemu menteri," jelasnya.
Sementara itu, berdasarkan data Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) 2025 menunjukkan sebanyak 31 industri penanaman modal asing (PMA) dan 21 industri penanaman modal dalam negeri (PMDN) akan mendirikan pabrik serta memulai kegiatan usaha baru di Jawa Barat dengan nilai investasi masing-masing di atas Rp 100 miliar.
Investor besar asing, khususnya di sektor kendaraan listrik dan industri pendukungnya, seperti BYD Auto Indonesia, Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATL), dan VinFast Automobile Indonesia, juga ikut masuk.
Selain otomotif, investasi juga mengalir ke sektor barang konsumsi dan farmasi. Perusahaan global seperti Unilever Indonesia, Shell Manufacturing Indonesia, dan Epic Medical Solutions, bersama sejumlah produsen bahan baku farmasi serta alat kesehatan, dilaporkan melakukan ekspansi.
Untuk penanaman modal dalam negeri, 21 perusahaan PMDN akan beroperasi pada 2026, mencakup sektor makanan dan minuman, otomotif, bahan bangunan, kimia dan plastik, tekstil, serta industri pendukung konstruksi dan manufaktur. Investasi lokal terbesar datang dari Indofood CBP Sukses Makmur, Handal Indonesia Motor, National Assemblers, dan Polytama Propindo.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Nining Yuliastiani menyebut realisasi investasi ini diharapkan bisa membawa efek baik untuk perekonomian daerah.
"Dengan mayoritas proyek ditargetkan mulai beroperasi pada 2026, Jawa Barat diproyeksikan tetap menjadi kontributor utama investasi nasional dalam beberapa tahun ke depan," katanya.
"Secara keseluruhan, kontribusi dan realisasi investasi sektor perindustrian dan perdagangan dari Triwulan I hingga Triwulan III tahun 2025 mencerminkan ketahanan sektor perindustrian dan stabilitas sektor perdagangan, yang menjadi landasan positif bagi penguatan kinerja ekonomi dan peningkatan kontribusi pada periode selanjutnya," pungkas Nining.
Oleh karena itu, hal ini menjadi angin segar terkait permasalahan pengangguran dan angka PHK di Jawa Barat. Seperti diketahui, sebelum Dedi Mulyadi sebut puluhan industri masuk Jabar, sang Gubernur sempat menyinggung masalah angka PHK di Jabar yang cukup tinggi.
Melansir Tribun-Video.com, berdasarkan data Satudata Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), jumlah pekerja yang terkena PHK mencapai 70.244 orang secara Nasional pada periode Januari-Oktober 2025. Dari jumlah tersebut, Jawa Barat menjadi penyumbang terbesar dengan 15.657 kasus, atau sekitar 22,29 persen dari total PHK nasional.
“Kan, kalau Jawa Barat itu jumlah perusahaannya banyak, otomatis kalaupun ada PHK angkanya pasti tinggi, beda dengan daerah yang perusahaannya sedikit,”ujar Dedi, Kamis (27/11/2025).
Dedi tak tinggal diam, pemerintah Provinsi Jawa Barat telah berusaha melakukan percepatan industri di kawasan Jabar. Ia juga mengaku akan melakukan pendampingan dalam realisasi investasi di lapangan.
"Saya ini setiap hari update data dan kemarin misalnya di Karawang itu kan ada perusahaan dari Tiongkok dia kemarin groundbreaking untuk membangun pabrik baru itu daya serapnya 3.000 tenaga kerja. Tadi malam saya bertemu lagi ada perusahaan dari Tiongkok juga akan membangun di kawasan Sukra, jumlahnya 1.000 hektare nanti rekrutmen karyawannya lebih dari 20.000 orang. Bahwa 15 ribu itu nanti ke depan itu akan ter-recovery dengan tumbuhnya lapangan kerja baru," katanya.(*)
Artikel Asli

