Benarkah Kopi Hitam Murni Tanpa Gula Bisa Turunkan Kadar Gula Darah?

kumparan.com
9 jam lalu
Cover Berita

Minum kopi sudah jadi bagian dari keseharian banyak orang di Indonesia. Pagi hari rasanya kurang lengkap tanpa secangkir kopi, bukan? Begitu pun saat siang atau sore, minum kopi juga bisa untuk mengusir kantuk.

Cara menikmati kopi pun beragam, ada yang suka dengan tambahan gula aren, susu, krimer, hingga gula putih agar rasanya lebih manis dan creamy. Namun, di balik kebiasaan tersebut, ternyata minum kopi tanpa campuran apa pun justru menyimpan manfaat kesehatan.

Kopi hitam atau kopi murni dinilai lebih menyehatkan karena tidak mengandung tambahan gula atau pemanis lain yang berlebihan. Tak hanya bikin badan terasa lebih segar, kopi murni juga menarik perhatian dunia akademik.

Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Riandini Aisyah, bersama dua rekannya Safari Wahyu Jatmiko dan Nur Mahmudah, melakukan penelitian yang mengkaji efek konsumsi kopi murni terhadap diabetes. Penelitian tersebut dipresentasikan dalam ajang International Conference of Medical Breakthrough (ICMB) 2024.

"Kami ingin melihat sejauh mana kopi murni bisa berperan sebagai terapi nonobat bagi penderita diabetes," kata Andin dikutip dari laman UMS, Minggu (28/12).

Penelitian ini menggunakan kopi robusta asal Lampung yang digiling murni, tanpa tambahan bahan lain. Kopi tersebut diberikan kepada tikus wistar yang sebelumnya diinduksi diabetes menggunakan zat aloksan.

Hewan-hewan uji itu kemudian dibagi ke dalam enam kelompok, termasuk kelompok kontrol dan kelompok yang diberi tiga dosis kopi berbeda setara dengan 3, 6, dan 9 gram kopi per hari pada manusia.

"Selama 14 hari, kadar gula darah tikus diamati secara berkala dan di akhir perlakuan dilakukan pemeriksaan massa otot serta jaringan otot lurik (musculus gastrocnemius) tikus," papar Andin.

Riset yang dilakukan Andin dkk ini bertujuan mengungkap peran berbagai senyawa aktif dalam kopi, mulai dari kafein, polifenol, asam klorogenat, diterpen, hingga trigonelin. Berbagai zat tersebut bekerja di tingkat seluler dengan memengaruhi enzim dan protein yang berperan dalam metabolisme glukosa.

"Kopi mengaktifkan enzim AMPK, semacam saklar energi dalam tubuh,” jelasnya. Aktivasi enzim ini mendorong sel otot menyerap lebih banyak glukosa dari darah melalui transporter GLUT4, sehingga kadar gula darah dapat lebih terkontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi kopi mampu menurunkan kadar gula darah secara signifikan, terutama pada dosis tertinggi, yakni 0,162 gram per 200 gram berat badan tikus. Dosis tersebut setara dengan sekitar 9 gram kopi per hari pada manusia. Meski demikian, penelitian ini belum menunjukkan adanya peningkatan massa otot rangka.

Menurut Andin, diabetes kerap menyebabkan penurunan massa otot. Karena itu, pasien diabetes tidak hanya mengandalkan terapi obat, tetapi juga dianjurkan menerapkan gaya hidup sehat, seperti rutin berolahraga, terutama olahraga yang dapat meningkatkan massa otot, serta menjalani pola makan khusus diabetes.

Ia menjelaskan kopi membantu gula darah masuk ke sel otot sehingga tidak menumpuk di aliran darah. Meski begitu, karena durasi penelitiannya hanya dua minggu, efek kopi terhadap pertumbuhan otot belum terlihat.

"Pembentukan massa otot membutuhkan waktu lebih lama. Bisa jadi membutuhkan uji coba selama 30 hari atau lebih, mungkin nanti akan menunjukkan hasil yang berbeda. Karena diabetes itu kan sebenarnya penyakit kronis," jelas dosen mata kuliah Biologi Molekuler itu.

Selain berhasil menurunkan gula darah, kopi juga berperan sebagai antioksidan kuat. Kandungan klorogenat dan polifenol di dalamnya mampu menekan stres oksidatif, memperbaiki kerusakan DNA, dan meningkatkan kadar glutation, antioksidan alami tubuh.

Penyakit diabetes melitus menjadi ancaman global yang terus membengkak. World Health Organization (WHO) memprediksi jumlah penderita diabetes di dunia mencapai 592 juta pada tahun 2035.

Sementara di Indonesia, jumlah penderita diabetes diperkirakan mencapai 14 juta orang. Sekitar 50 persen di antaranya tak sadar bahwa dirinya mengidap diabetes. "Biasanya polanya jelas. Konsumsi gula tinggi dan gaya hidup kurang gerak menjadi kombinasi yang berbahaya," kata Andin.

Ia membenarkan bahwa diabetes kerap tidak disadari karena berkembang secara perlahan dan sering kali tanpa gejala awal yang jelas. Tak sedikit orang baru mengetahui dirinya mengidap diabetes setelah melakukan pemeriksaan kesehatan dan mendapati kadar gula darahnya sudah tinggi.

"Apalagi ada riwayat keluarga yang juga mengalami diabetes. Karena penyakit itu kan sebenarnya resultan ya, resultan atau gabungan antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Istilahnya punya bakat secara genetik," ucap dia.

Alasan di atas kemudian menjadi pemacu Andin dkk untuk meneliti potensi kopi. Apalagi sebagian besar masyarakat Indonesia dikenal sebagai penikmat kopi, namun, sedikit yang menyadari bahwa cara minum kopi justru bisa menentukan manfaat atau mudaratnya.

"Kopi yang bermanfaat adalah kopi hitam tanpa tambahan gula atau krimer. Kalau sudah ditambahi pelengkap lain, dikhawatirkan akan mengurangi khasiatnya," imbuhnya.

Bukan Pengganti Obat

Meski hasil risetnya terbilang menjanjikan, Andin menegaskan bahwa kopi bukanlah pengganti obat medis. Dalam penelitiannya, kopi memang menunjukkan efek penurunan kadar gula darah yang signifikan, namun durasi riset yang masih singkat belum cukup untuk mengukur dampak jangka panjangnya.

Penelitian lanjutan masih dibutuhkan untuk memastikan dosis yang aman dan efektif pada manusia, sehingga konsumsinya tetap harus bijak.

"Dosis aman kafein untuk manusia dewasa sehat adalah 400 miligram per hari, jumlah ini bervariasi tergantung sensitivitas tubuh. Jika melebihi jumlah tersebut, dimungkinkan menimbulkan efek samping," jelas Andin.

Ia menekankan, batas dosis ini berlaku bagi seseorang yang tak memiliki riwayat penyakit seperti maag, hipertensi, hingga aritmia. Penting untuk memperhatikan indikasi dan kontraindikasinya lantaran dosis tersebut tak bisa diterapkan secara general.

Riset kopi ini baru permulaan. Ke depan, Riandini ingin memperpanjang durasi penelitian dan menambah variabel uji. "Selain jaringan otot, kami ingin meneliti pankreas untuk melihat bagaimana kopi memengaruhi sel beta penghasil insulin," katanya.

Andin juga membuka peluang bagi peneliti muda untuk melanjutkan kajian tersebut. Menurutnya, penelitian lanjutan dapat dilakukan oleh mahasiswa maupun peneliti lain yang tertarik mengembangkan terapi alami untuk diabetes.

Ia berharap riset-riset serupa bisa mengangkat bahan-bahan lokal Indonesia yang kaya manfaat. "Kopi Lampung atau kopi hitam asli yang kami pakai hanyalah satu contoh. Masih banyak tanaman lokal yang belum dieksplorasi secara ilmiah," tambah dia.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Tentara Israel Tabrak Pria Palestina Lagi Salat di Tepi Barat
• 16 jam laludetik.com
thumb
BRI Super League: Persib Bertandang ke Markas Persik, Bojan Hodak Berharap Pasukannya Lebih Siap
• 3 jam lalubola.com
thumb
Astronaut ISS Abadikan Fenomena Langka Lunar Halo di Atas Samudra Hindia
• 22 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Kebakaran Rumah di Pademangan Diduga Akibat Korsleting Listrik
• 3 jam lalumetrotvnews.com
thumb
Presiden Dorong Percepatan Pembangunan Kampung Haji di Saudi dan Hunian Korban Bencana Sumatera
• 13 jam lalusuarasurabaya.net
Berhasil disimpan.