Waktu Seolah Melambat Bersama Buku-Buku di Rumah Baca

kompas.id
4 jam lalu
Cover Berita

Bulir-bulir hujan jatuh di ranting-ranting pohon rambutan yang mulai berbuah di sebuah rumah baca mungil di Kota Hujan, Bogor. Meski mendung, cahaya matahari masuk perlahan dari sebuah jendela kaca besar di dalam ruang utama. Menciptakan pencahayaan alami yang nyaman di mata untuk membaca buku-buku di sana.

Meski cuaca kurang bersahabat, sejumlah orang tetap berdatangan pada Sabtu siang (20/12/2025). Mereka terlihat khusyuk membuka lembar demi lembar buku yang disediakan di Rumah Baca Anjangsana, di Jalan Pondok Tajur Indah Nomor 11, Tajur, Kota Bogor, Jawa Barat. Suasana sejuk, ditambah suara aliran sungai yang deras di belakang rumah membuat suasana makin syahdu.

Pada sebuah rak di ruang baca utama, ditampilkan buku-buku yang sudah dikurasi oleh pustakawan. Beberapa buku disusun sebagai sorotan utama. Buku-buku yang dipajang di rak besar kayu itu di antaranya adalah buku-buku fiksi A Little Life karya Hanya Yanagihara, Beautiful World Where Are You karya Sally Rooney, dan Convenience Store Woman karya Sayaka Murata.

Ada pula buku-buku bertema politik dan lingkungan, seperti Why Nation Fail: The Origins of Power, Prosperity, and Poverty karya Daron Acemoglu dan James A Robinson, Kebebasan dan Politik Perubahan Iklim karya mantan Presiden Ceko Vaclav Klaus, serta buku yang cukup kontroversial hari-hari ini yaitu #Reset Indonesia: Gagasan tentang Indonesia Baru karya Farid Gaban dan Dandhy Laksono.

Suasana nyaman seperti rumah, ditambah dengan ruang baca lesehan dilapisi karpet tebal dan halus membuat orang betah berlama-lama di tempat itu. Jika tak hujan, pengunjung bahkan bisa menggelar tikar untuk piknik di halaman belakang. Di halaman belakang rumah yang turun menjorok ke bawah itu, ada hamparan rumput hijau yang cukup luas untuk berpiknik sambil membaca buku.

Jika lapar, anda pun tak perlu bingung mencari makanan. Sebab, RB Anjangsana juga telah menyediakan mini kafe yang menjual aneka kopi, teh, jeruk, dan minuman hangat lainnya. Mereka juga menyediakan camilan seperti kue tape brownies, cinnamon rolls yang bisa dipanaskan. Jika ingin makanan berat, juga disediakan menu seperti Chicken Katsu.

Suasana semakin terasa ‘rumah’ dan nyaman, karena dahulu memang rumah tersebut difungsikan umum sebagai rumah tinggal. Itu terlihat pada koleksi-koleksi piring dari luar negeri yang dipajang di tembok-tembok rumah, interior meja dan kursi, serta hiasan-hiasan keramik yang dipajang di rak kaca.

Co-founder RB Anjangsana, Dinda Fadhila, menuturkan, RB Anjangsana buka sejak akhir Oktober ini. Ide awalnya bermula dari kakaknya, Ryan Rinaldy, yang ingin memanfaatkan rumah keluarga yang sudah kosong sejak lima tahun terakhir. Rumah keluarga itu sudah lama hanya dimanfaatkan untuk acara keluarga dan bersantai akhir pekan bersama keluarga.

Apalagi, sejak dulu, kakaknya itu memang ingin membuat rumah baca. Lalu, keinginan itu mulai mewujud ketika pada akhir tahun lalu, ia, kakaknya, dan istri kakaknya pergi berjalan-jalan ke Hanoi, Vietnam. Mereka menemukan satu permata tersembunyi atau hidden gems sebuah kedai kopi yang memadukan dengan konsep rumah baca. Kakaknya bertemu dengan pemilik kafe dan langsung nyambung.

Dengan persiapan kurang dari satu tahun, akhirnya Impian lama itu pun mewujud. Keluarga besar turut mendukung rencana tersebut agar rumah lebih bermanfaat bagi masyarakat.

“Kami juga ingin agar orang-orang di Kota Bogor ini ada akses ke buku. Kami melihat di Bogor sendiri masih jarang rumah baca. Untuk masuk ke sini tidak ada biaya atau gratis. Tidak beli makanan dan minuman juga tidak apa-apa. Kami ingin mendekatkan buku dengan para pembaca,” katanya.

Baca JugaMengisi Waktu Libur Sekolah dengan Belajar di TBM Kampung Buku

Menurutnya, yang menjadi daya tarik utama tempat itu memang koleksi bukunya. Oleh sebab itu, RB Anjangsana tidak menyediakan wifi. Tujuannya, agar orang yang datang ke rumah tersebut benar-benar untuk fokus membaca. Selain itu, para pustakawan juga mengkurasi buku-buku yang mungkin menarik untuk dibaca sesuai dengan tema favorit mereka. Untuk sementara, buku hanya boleh dibaca di tempat, tidak boleh dipinjam dan dibawa ke rumah.

Namun, bagi pengunjung yang ingin membawa pulang buku, ada sudut di bagian depan rumah baca yang menyediakan buku, aksesoris koleksi keluarga, suvenir seperti magnet kulkas, bahkan hijab untuk dibeli. Untuk sementara, buku-buku yang dijual adalah buku-buku karya penulis lokal.

Pada libur akhir tahun ini, RB Anjangsana juga akan buka pada tanggal 25-28 Desember pada pukul 08.00-16.00. Adapun, pada tanggal 29-31 Desember, mereka akan tutup sementara. Baru, pada tanggal 1-4 Januari mereka juga akan buka pada pukul 08.16.00. Itu adalah jadwal khusus yang dibuat untuk pengunjung akhir tahun, karena biasanya rumah baca hanya buka pada Sabtu dan Minggu.

Baca di Tebet

Namun, jika Anda tidak bisa meluangkan waktu untuk pergi ke luar kota, Jakarta juga memiliki permata tersembunyi di Tebet, Jakarta Selatan. Di tengah riuh kepadatan lalu lintas di Jalan Tebet Barat Dalam Raya, ada sebuah bangunan mungil bercorak hijau tosca yang dan rimbun dari depan bernama ‘Baca di Tebet’. Perpustakaan dan ruang temu itu juga menyatu dengan kafe-kafe yang menjual makanan dan minuman ‘Makan di Tebet’.

Begitu masuk ke bagian dalam, kita akan disambut oleh resepsionis yang hangat menyapa. Pada Rabu (17/12/2025) siang, sejumlah muda-mudi terlihat asyik menyumpalkan earphone ke telinganya. Mereka mengambil buku-buku yang dipajang di rak-rak besar dan panjang perpustakaan tersebut. Ada yang asyik dengan buku bacaannya, ada pula yang sibuk dengan layar gawainya.

Mereka memenuhi meja dan kursi di depan sudut paling ikonik di ruangan ini. Di mana sebuah mesin ketik tua disusun di sebuah meja, dengan rak buku panjang berwarna hijau tosca. Di tengah-tengah rak itu, terdapat tulisan berwarna emas ‘Baca di Tebet’. Di ruang baca, pengunjung diperbolehkan membaca buku sembari menikmati makanan dan minuman. Sedangkan, di ruang fikir, suasananya lebih hening karena ruangan didesain kedap suara.

Untuk dapat duduk dan meminjam koleksi buku-buku agar bisa dibaca di tempat, pengunjung hanya perlu membayar Rp 35.000. Jika ingin menjadi anggota bulanan, biayanya mulai Rp 100.00 per bulan. Adapun, bagi yang mengikuti paket tahunan Rp 600.000-Rp 800.000 bisa meminjam buku untuk dibawa pulang.

Saat ini, perpustakaan Baca di Tebet bahkan sudah memiliki hingga 27.000 buku. Sebagian besar buku bergenre humaniora yang membahas berbagai hal mulai dari sastra, sejarah, sosiologi, maupun non fiksi.

Perpustakaan buka setiap Selasa-Kamis pukul 10.00-18.00. Adapun, pada hari Jumat dan Sabtu, akan dibuka pukul 12.30 sampai 20.30. Pada hari Senin dan hari libur nasional, perpustakaan tidak beroperasi. Pada hari libur panjang akhir tahun, perpustakaan tidak buka pada hari raya Natal, Kamis (25/12/2025), dan awal tahun baru, Kamis (1/1/2026).

Baca JugaKilau ”Permata Terpendam” di Perpustakaan Jakarta
Ruang ketiga

Salah satu pendiri Baca di Tebet, Kanti W Janis menuturkan tempat tersebut ia buka bersama sahabatnya Wien Muldian karnea ingin mengubah persepsi usang tentang perpustakaan. Selama ini, mengunjungi perpustakaan kereap dianggap kaku karena terlalu banyak aturan. Di Baca di Tebet, orang bisa datang dan hadir dengan penuh antusiasme karena menghabiskan waktu di perpustakaan adalah pengalaman yang mengasyikkan.

“Di sini, orang bisa me time (menyendiri). Bisa menjadi co-working space juga, karena sebelumnya banyak yang bertanya apakah boleh membawa laptop atau sambil menulis atau tidak,” kata Kanti menjelaskan.

Ia ingin Baca di Tebet menjadi ruang ketiga (third space) selain rumah, sekolah, dan tempat kerja. Impiannya, adalah menjadikan perpustakaan itu menjadi ruang di mana orang bisa mengaktualisasikan dirinya tanpa identitas yang melekat seperti peran ibu, bapak, murid, karyawan dan sebagainya. Di ruang itu, diharapkan pengunjung bisa menjadi diri mereka sendiri, sembari menemukan bacaan yang diminati.

“Kami ingin menghadirkan ruang perpustakaan sebagai tempat merawat pengetahuan dan membincangkan pengetahuan di mana orang merasa bebas. Mau ngobrol silakan, mau diam, atau asyik sendiri, juga silakan,” ujarnya.

Sementara itu, Wien Muldian, pustakawan dan pendiri Baca di Tebet mengatakan bahwa pada tahun 2021, Jakarta sebenarnya ditetapkan sebagai kota sastra dunia atau City of Literature oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO. Predikat tersebut hendaknya juga bisa berdampak nyata ke warga Jakarta sendiri. Menurutnya, Kota Jakarta tidak boleh hanya membuat acara, tetapi juga bisa mengembangkan sastra agar tumbuh dan berkembang di mata warga.

“Perpustakaan seperti Baca Di Tebet ini menjadi tempat di mana koleksi buku menjadi hidup lewat obrolan dan diskusi. Kalau buku nggak diobrolin, nggak ada gunanya, cuma jadi dekorasi,” katanya.

Di musim liburan ini, Wien juga mengajak masyarakat untuk menjadikan perpustakaan sebagai destinasi wisata baru. Banyak keluarga saat ini sudah paham bahwa berwisata juga harus digabungkan dengan unsur edukasi yang bermanfaat. Oleh sebab itu, perpustakaan harus menjadi bagian dari gaya hidup, agenda liburan yang menyenangkan, bukan membosankan.

Bagaimana, tertarik kah Anda menghabiskan waktu libur di perpustakaan?


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Antisipasi Kecelakaan Kapal, Penyeberangan Wisata Pulau Cemara Diwajibkan Gunakan Life Jacket
• 3 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Pelatih Klub Valencia Meninggal Dunia dalam Kecelakaan Kapal Tenggelam di Labuan Bajo
• 8 jam lalubisnis.com
thumb
Kronologi Kapal Wisata Tenggelam di Labuan Bajo, Pelatih Valencia Women B dan 3 Anaknya Jadi Korban
• 2 jam lalugrid.id
thumb
Gempa Magnitudo 7,0 Guncang Taiwan Malam Ini
• 19 jam lalubisnis.com
thumb
15 Ucapan Selamat Tahun Baru 2026 Terbaru dan Penuh Makna untuk Caption Media Sosial
• 7 jam lalutvonenews.com
Berhasil disimpan.