FAJAR, SURABAYA — Bursa transfer paruh musim Super League 2025/2026 kembali memperlihatkan satu pola lama yang terus berulang: ketika dua rival besar mengincar pemain yang sama, pendekatannya jarang identik. Persebaya Surabaya dan Arema FC kini berada di persimpangan itu, dengan Victor Luiz sebagai titik temu sekaligus titik benturan.
Bek kiri PSM Makassar tersebut bukan sekadar nama dalam daftar belanja. Ia telah menjelma menjadi simbol kelangkaan: pemain asing di sektor kiri pertahanan yang stabil, agresif, dan produktif. Di tengah kebutuhan banyak klub akan bek modern, Victor Luiz berada di posisi tawar yang sangat kuat.
Tiga klub Jawa Timur—Persebaya Surabaya, Arema FC, dan Persik Kediri—dikabarkan memantau situasinya. Namun dinamika sesungguhnya mengerucut pada dua nama besar: Persebaya dan Arema. Dua klub dengan sejarah rivalitas panjang, dua pendekatan yang nyaris bertolak belakang.
Persebaya disebut memilih jalur personal dan emosional. Pendekatan lewat Bernardo Tavares, mantan pelatih PSM Makassar, menjadi kunci. Tavares adalah figur yang membawa Victor Luiz ke Indonesia, membentuk perannya, dan memberi kepercayaan penuh sejak awal.
Dalam dunia sepak bola profesional, relasi pelatih-pemain kerap melampaui soal taktik. Ada kepercayaan, ada rasa aman, ada kepastian peran. Persebaya diyakini mencoba memanfaatkan faktor ini—meyakinkan Victor bahwa ia tak perlu memulai dari nol di klub baru.
Namun Arema FC membaca situasi dengan cara berbeda.
Alih-alih bertarung di ranah emosional, Singo Edan menyiapkan senjata utama: kontrak bernilai fantastis. Sejumlah sumber di lingkaran bursa transfer menyebut Arema siap mengajukan tawaran finansial yang jauh lebih agresif, baik dari sisi gaji maupun durasi kontrak.
Langkah ini mencerminkan perubahan pendekatan Arema FC. Setelah beberapa musim dianggap terlalu berhati-hati, Arema kini ingin kembali menegaskan status sebagai klub besar—bukan hanya di atas lapangan, tetapi juga di meja negosiasi.
Faktor Marcos Santos turut memperkuat posisi Arema. Meski hubungan profesionalnya dengan Victor Luiz tak sepenuhnya tercatat rapi di data Transfermarkt, keduanya diyakini berada dalam satu ekosistem sepak bola Brasil pada periode yang sama. Dalam jaringan pemain dan pelatih Brasil, kedekatan semacam ini sering kali lebih berpengaruh dibanding riwayat formal.
Arema FC memosisikan diri sebagai klub yang menawarkan stabilitas finansial, peran sentral, dan ambisi jangka menengah. Bagi pemain berusia 28 tahun seperti Victor Luiz—yang tengah berada di puncak karier—faktor ini tentu sulit diabaikan.
Victor sendiri bukan pemain sembarangan. Sejak direkrut PSM Makassar pada Juli 2025, ia langsung menjadi pilihan utama. Musim ini, ia telah mencatatkan 12 penampilan dengan kontribusi satu gol dan empat assist—angka yang menegaskan perannya sebagai bek kiri modern.
Secara keseluruhan, Victor Luiz telah mengoleksi 55 pertandingan bersama PSM Makassar dengan total 15 assist dan lebih dari 4.000 menit bermain. Statistik itu menjelaskan mengapa nilai pasarnya kini menyentuh Rp 6,08 miliar, dengan kontrak aktif hingga Mei 2026.
PSM Makassar sendiri berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi, Victor adalah aset penting yang telah mereka perpanjang kontraknya pada Maret 2025. Di sisi lain, tawaran besar dari klub rival—terutama jika menyentuh angka yang sulit ditolak—bisa mengubah kalkulasi manajemen.
Bagi Persebaya, mendatangkan Victor Luiz berarti menambah dimensi baru dalam permainan sayap kiri, sekaligus “memenangkan” duel simbolik atas Arema. Bagi Arema, keberhasilan merekrut Victor akan menjadi pernyataan keras bahwa mereka siap kembali bersaing di level tertinggi, dengan cara yang lebih berani.
Kini bola sepenuhnya berada di tangan Victor Luiz.
Memilih kenyamanan relasi lama, atau keamanan kontrak fantastis.
Memilih jalur personal, atau jalur profesional yang menjanjikan.
Apa pun keputusannya, satu hal jelas: bursa transfer kali ini bukan lagi soal kebutuhan tim, melainkan soal gengsi dan arah masa depan dua raksasa Jawa Timur.




