Bahu-Membahu Antisipasi Metodologi Baru MSCI di Bursa Efek Indonesia

bisnis.com
14 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA - Operator penyelenggara perdagangan saham di Indonesia mengantisipasi skenario terburuk jika Morgan Stanley Capital International (MSCI) Index jadi berubah metodologi pembobotannya hanya untuk pasar Indonesia pada Mei 2026 mendatang. 

Sejatinya, pelaku pasar modal seperti PT Bursa Efek Indonesia sudah menyuarakan penolakan atas rencana MSCI mengecualikan model perhitungan untuk Indonesia. Demikian juga sejumlah perusahaan yang tergabung dalam konstituen indeks global itu. Meski demikian, Self-Regulatory Organization (SRO) tetap bersiap dalam skenario terbaru itu jika jadi diterapkan.    

Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) Samsul Hidayat menyebut pihaknya telah berdiskusi dan menyebut institusi yang berhak mengeluarkan kalkulasi free float adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Dia menyebut MSCI melihat data KSEI bisa digunakan untuk menghitung free float.

“Jadi nantinya KSEI mendukung jika ada keperluan dari BEI terkait data-data untuk mereka melakukan kalkulasi free float di pasar modal Indonesia,” kata Samsul, baru-baru ini.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

IHSG- TradingView
{ "width": "100%", "height": 460, "symbol": "IDX:COMPOSITE", "interval": "D", "timezone": "Asia/Jakarta", "theme": "light", "style": "1", "locale": "id", "withdateranges": true, "allow_symbol_change": false, "hotlist": true, "calendar": false, "support_host": "https://www.tradingview.com", "container_id": "tradingview_1766966507936" }

Baca Juga

  • MSCI Tambah BREN dan BRMS ke Dalam Indeks Global Standard, Coret ICBP dan KLBF
  • Apa Itu MSCI, Daftar Saham dan Mengapa Penting Bagi Investor
  • Rebalancing Saham MSCI, Menilik Kinerja di Indonesia Berbanding Global Sejak 2013

MSCI dalam pengumuman terbaru tengah menyiapkan dua skenario perhitungan baru yang hanya diterapkan pada pasar Indonesia yaitu proposed methodology dengan memperhitungkan script shares atau saham yang tidak dilaporkan di KSEI, corporate holdings lokal dan asing, serta others lokal dan asing, sebagai non-free float.

Sementara itu, untuk skenario kedua yaitu alternate methodology hanya menganggap script shares dan corporates sebagai non-free float.

Dalam skenario pertama atau proposed methodology, banyak saham besar mengalami penurunan Free Float Inclusion Factor (FIF), seperti BBCA dari 0,45 menjadi 0,325, AMMN dari 0,2 menjadi 0,075, dan GOTO dari 0,75 menjadi 0,45.

Dengan simulasi tersebut, porsi saham publik yang diakui MSCI akan menjadi lebih kecil, dan kapitalisasi pasar yang diakui MSCI juga turun. Apabila aturan ini diterapkan, maka 13% dari bobot indeks akan berubah.

Sementara itu, jika menggunakan skenario kedua, penurunan FIF akan lebih kecil dibandingkan dengan yang pertama. Saham BBCA misalnya dari 0,45 menjadi 0,40, AMMN dari 0,2 menjadi 0,11, dan ASII dari 0,5 menjadi 0,425. Hanya 5% dari bobot indeks akan berubah.

Terdepaknya emiten dari MSCI atau turunnya bobot dikhawatirkan mengurangi alasan investasi asing ke dalam negeri. Antisipasi itu bahkan terlihat dari target rata-rata transaksi harian (RTNH) yang dipatok BEI pada 2026 turun dari realisasi tahun ini. Direktur Utama BEI Imam Rachman mengatakan target tersebut dipasang lebih rendah untuk mengantisipasi dampak dari ketentuan free float baru dari MSCI tahun depan.

“Mungkin yang saya perlu ingatkan, kalau MSCI jadi menerapkan mengenai proposal, ada potensi keluar [outflow] dari Indonesia yang cukup besar. Saya tidak bicara angkanya. Artinya ini jadi PR kita,” tegasnya.

Sebagai informasi, capaian RNTH sebesar Rp16,6 triliun saat ini telah melampaui target BEI pada 2025 sebesar Rp13,25 triliun.

Dalam paparannya, Imam menjelaskan nilai RNTH 2026 senilai Rp14,5 triliun tersebut ditetapkan secara konservatif, dengan asumsi yang lebih rendah dibandingkan realisasi sementara 2025. Target itu sejalan dengan hasil forecast modelling yang menunjukkan bahwa lonjakan nilai transaksi pada periode terakhir masih bersifat temporer dan belum membentuk tren struktural yang berkelanjutan.

Selain itu, target BEI tersebut juga memperhatikan tren penurunan inflasi dan suku bunga global serta kebijakan ekonomi pemerintah baru periode 2024–2029.

Sebagai informasi, kocok ulang atau rebalancing konstituen MSCI dilakukan sebanyak empat kali dalam setahun, yaitu pada Februari, Mei, Agustus, dan November. Hal itu dilakukan untuk mengevaluasi kelayakan suatu saham masuk atau keluar MSCI.

--

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Akting Emosional Yasmin Napper di Musuh Dalam Selimut, Sukses Menjiwai Peran Perempuan Terluka
• 15 menit lalugrid.id
thumb
Kisah Persahabatan Panglima Ormas Madas dan Hercules, Geram jika Pentolan GRIB Jaya Ditantang Banyak Jawara
• 8 jam lalutvonenews.com
thumb
Polda Jawa Timur Dalami Dugaan Kekerasan Berbasis Massa dalam Kasus Pengusiran Nenek Elina
• 15 menit lalurealita.co
thumb
Seskab Teddy: Sejak Minggu Pertama, Presiden Kirim Helikopter Pribadi untuk Aceh
• 9 jam lalukumparan.com
thumb
DJP Tunjuk OpenAI Jadi Pemungut Pajak, Langganan ChatGPT Kena PPN 11%
• 9 jam lalubisnis.com
Berhasil disimpan.