JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah padatnya pusat bisnis Jakarta, sekelompok warga di Kampung Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, memilih tidak menyerahkan urusan sampah sepenuhnya ke sistem kota.
Dari rumah ke rumah, sampah dipilah, dikumpulkan, dan diolah sendiri.
Botol plastik masuk bank sampah, sisa makanan rumah tangga diolah menjadi pakan maggot, sementara residu lain diproses lewat komposter.
Upaya ini dijalankan secara swadaya, konsisten, dan sudah berlangsung bertahun-tahun.
Setiap hari, sekitar 40 kilogram sampah organik di RW 06 Kampung Kebon Melati diolah melalui budidaya maggot.
Baca juga: Di Balik Gedung Pencakar Langit, Kampung Kebon Melati Bertahan dengan Ruang Hijau
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=indepth, budidaya maggot, sedekah sampah, pengelolaan sampah mandiri, kampung kebon melati&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8yOS8wNzU2MjQ5MS9kYXJpLWJhbmstc2FtcGFoLWhpbmdnYS1tYWdnb3QtY2FyYS13YXJnYS1rZWJvbi1tZWxhdGkta3VyYW5naS1saW1iYWg=&q=Dari Bank Sampah hingga Maggot, Cara Warga Kebon Melati Kurangi Limbah dari Rumah§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Sampah dapur yang biasanya berakhir di tempat pembuangan kini menjadi bagian dari siklus ekonomi kecil warga.
Maggot yang dihasilkan dijual ke pemancing atau dimanfaatkan sebagai pakan ikan dan unggas.
Hasilnya memang tidak besar, tetapi cukup untuk menambah pemasukan warga yang terlibat.
“Kami punya inovasi pengelolaan sampah. Ada bank sampah, pengolahan sampah organik pakai maggot, dan pernah juga ekobrick. Sampah plastik masuk bank sampah, sampah organik rumah tangga masuk maggot,” kata Andi (48), Ketua RT 008 RW 06 Kebon Melati saat ditemui Kompas.com, Rabu (24/12/2025).
Menurut Andi, pengelolaan maggot di RW 06 sudah berjalan sekitar lima tahun. Awalnya, warga hanya memiliki satu kotak maggot. Bahkan, mereka sempat kebingungan menyalurkan hasilnya karena jumlahnya terlalu banyak.
“Saking banyaknya, ada yang dikasih ke ayam atau ikan. Ini pengolahan sampah murni dari warga,” ujar Andi.
Ia menjelaskan, maggot harus dikelola secara berkelanjutan karena memiliki siklus hidup yang terus berulang.
Baca juga: Jerit Hati Para Anak Fatherless: Kehilangan Sosok Ayah Sangat Berat
Setelah kawin, lalat mati dan diolah menjadi pupuk, sementara telur menetas menjadi maggot baru.
“Makanya kalau sudah penuh, kita juga harus mikir mau dikemanain hasilnya,” kata Andi.
Selain maggot, RW 06 juga memiliki komposter untuk mengolah sampah yang sulit diproses.
Pupuk yang dihasilkan dimanfaatkan kembali untuk menyuburkan tanah dan tanaman warga.
Tidak heran jika kampung ini terlihat lebih hijau dibandingkan kawasan sekitarnya yang didominasi beton dan aspal.
“Semua ini dikerjakan bareng-bareng warga. Di RW 6 ini kami jaga betul kebersihan dan pengolahan sampahnya,” ujar dia.
Sedekah Sampah dan Kesadaran KolektifPengelolaan sampah di Kebon Melati tidak berhenti pada aspek teknis.
Warga juga membangun budaya kolektif melalui program “sedekah sampah”.
Di setiap RT tersedia drop box tempat warga menyumbangkan sampah plastik.
Sampah tersebut kemudian diambil oleh anak-anak karang taruna untuk dijual.
“Hasilnya buat kegiatan mereka,” kata Andi.
Baca juga: Arif Rela Izin Kerja Demi Ambil Rapor Anak, Komitmen Lawan Fenomena Fatherless




