JAKARTA, KOMPAS.com – Di balik deretan gedung pencakar langit kawasan Thamrin yang menjulang megah, Kampung Kebon Melati tetap bertahan sebagai permukiman lama di jantung Jakarta.
Kampung ini seolah “terkepung” pembangunan pusat bisnis, namun masih menyimpan ruang hijau dan ikatan sosial yang kuat.
Dari gang sempit di Kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat, menara-menara kaca kawasan elite Thamrin terlihat jelas.
Hanya beberapa langkah dari pusat aktivitas ekonomi ibu kota, suasana berubah drastis.
Jalan raya yang padat berganti gang aspal sempit, rumah-rumah berdiri rapat, sebagian masih mempertahankan bentuk lama dengan teras kecil, jemuran di lantai atas, serta pot tanaman di depan rumah.
Baca juga: Dari Bank Sampah hingga Maggot, Cara Warga Kebon Melati Kurangi Limbah dari Rumah
var endpoint = 'https://api-x.kompas.id/article/v1/kompas.com/recommender-inbody?position=rekomendasi_inbody&post-tags=Tanah Abang, jakarta pusat, Kampung Kota, thamrin jakarta, kampung kebon melati, ruang hijau perkotaan, kampung di tengah gedung&post-url=aHR0cHM6Ly9tZWdhcG9saXRhbi5rb21wYXMuY29tL3JlYWQvMjAyNS8xMi8yOS8wOTI5MTQ3MS9rYW1wdW5nLWtlYm9uLW1lbGF0aS1wZXJtdWtpbWFuLWxhbWEteWFuZy10ZXJrZXB1bmctZ2VkdW5nLXB1c2F0LWpha2FydGE=&q=Kampung Kebon Melati, Permukiman Lama yang Terkepung Gedung Pusat Jakarta§ion=Megapolitan' var xhr = new XMLHttpRequest(); xhr.addEventListener("readystatechange", function() { if (this.readyState == 4 && this.status == 200) { if (this.responseText != '') { const response = JSON.parse(this.responseText); if (response.url && response.judul && response.thumbnail) { const htmlString = `Pada Rabu (24/12/2025), Kompas.com menelusuri kawasan kampung yang berada tepat di belakang kawasan Thamrin tersebut.
Meski berada di pusat kota, nuansa hijau masih terasa. Tanaman hias, tanaman obat, hingga pohon pisang tumbuh di pekarangan warga.
Rimbunnya pepohonan membuat udara lebih sejuk dibandingkan kawasan sekitarnya.
Di salah satu sisi kampung, aliran air dari Waduk Melati mengalir tenang.
Jalur setapak berpaving di sepanjang waduk dimanfaatkan warga sebagai ruang bersama.
Bangku sederhana, taman kecil bertuliskan “Taman Dugar RW 06”, serta pagar warna-warni menjadi penanda upaya warga menjaga ruang publik secara swadaya.
Kampung Kebon Melati memiliki lokasi yang sangat strategis.
Selain berdampingan langsung dengan Waduk Melati, kawasan ini berjarak sekitar satu kilometer dari Bundaran HI, dekat Stasiun Karet, serta tidak jauh dari jalur MRT.
Namun, kedekatan dengan pusat bisnis tidak lantas mengubah wajah kampung secara drastis.
Kawasan ini terbagi dalam dua RW, yakni RW 05 dan RW 06. RW 06 menjadi wilayah yang paling sering disorot karena posisinya yang paling “diapit” gedung-gedung tinggi.
Baca juga: Di Balik Gedung Pencakar Langit, Kampung Kebon Melati Bertahan dengan Ruang Hijau
Meski demikian, wilayah ini dikenal mampu menjaga lingkungan tetap hijau dan tertata.
“Betul, wilayah ini memang sering disebut sebagai kampung yang ‘diapit’,” kata Andi (48), Ketua RT 008 RW 06, saat ditemui, Rabu.
Ia mengatakan, banyak orang terkejut ketika pertama kali benar-benar menelusuri kampung tersebut.
“Yang pertama kali benar-benar menelusuri area pusat kota seperti ini, pasti sadar ternyata masih ada kampung yang terasa adem. Padahal di sekelilingnya gedung-gedung tinggi,” ujar Andi.
Menurut Andi, perubahan besar mulai terasa sejak awal 2000-an.
“Kalau ditanya sejak kapan kawasan ini mulai berubah, pembangunan besar-besaran di sekitar sini mulai sekitar tahun 2004,” ucapnya.
Sejak itu, gedung-gedung tinggi berdiri semakin rapat, sementara kampung tetap bertahan di ruang yang kian terhimpit.
“Ada warga yang tidak mau pindah karena harga tanah tidak cocok atau memang sudah nyaman tinggal di sini,” kata Andi.
Baca juga: Cara Merawat Melati di Dalam Rumah agar Subur dan Bisa Berbunga





