Ini Hewan yang Paling Setia Berpasangan Seumur Hidup

kumparan.com
13 jam lalu
Cover Berita

Manusia kerap merasa dirinya istimewa dalam urusan cinta, kesetiaan, dan hubungan jangka panjang. Namun, jika menengok ke dunia hewan, anggapan itu tak sepenuhnya benar. Alam justru menyimpan banyak kejutan, termasuk pola hubungan yang terasa akrab dengan kehidupan manusia.

Di berbagai spesies, monogami sebenarnya bukanlah aturan utama, melainkan pengecualian. Bahkan, pola kesetiaan manusia pun tak kalah kompleks. Monogami hadir dalam banyak bentuk, dan para ilmuwan membedakannya secara cukup rinci.

Monogami seksual didefinisikan sebagai pasangan hewan yang hanya kawin satu sama lain. Ini berbeda dengan monogami sosial, yakni ketika sepasang hewan membentuk ikatan jangka panjang, biasanya untuk membesarkan anak, berbagi wilayah, atau mencari makanan bersama, tetapi sesekali tetap selingkuh.

Ada pula monogami serial, pasangan bertahan selama masa pengasuhan, lalu berpisah dan membentuk hubungan baru. Ya, bahkan di alam liar, urusan relasi juga tidak sederhana.

Secara umum, monogami muncul ketika persaingan mendapatkan pasangan relatif rendah dan ketika keberhasilan membesarkan keturunan sangat bergantung pada peran kedua orang tua. Pada spesies seperti ini, jantan dan betina cenderung memiliki penampilan serupa, minim ciri fisik mencolok, dan sistem kawin satu pasangan membuat reproduksi lebih stabil.

Namun, ada kalanya poligami justru lebih menguntungkan. jika jantan bisa meningkatkan peluang genetiknya dengan mengawini banyak betina, jika anak tidak membutuhkan dua orang tua, atau jika sumber daya dan pasangan tersebar luas, maka perilaku kawin bebas menjadi strategi yang lebih efektif. Singkatnya, monogami paling berhasil ketika kerja sama lebih penting daripada kompetisi.

Mamalia dan Monogami: Minoritas yang Setia

Menariknya, monogami bukanlah pilihan paling aman bagi mamalia. Para ilmuwan memperkirakan hanya sekitar 3 hingga 5 persen spesies mamalia yang benar-benar monogami.

Beberapa mamalia yang dikenal setia antara lain:

Lalu, di mana posisi manusia?

Manusia: Setia, Tapi Tak Paling Setia

Jawabannya, seperti banyak hal lain dalam hidup: rumit. Definisi monogami sejati masih diperdebatkan, dan para ilmuwan cenderung melihatnya sebagai spektrum, bukan kategori hitam-putih.

Studi terbaru dari peneliti University of Cambridge memetakan skala monogami mamalia berdasarkan kemungkinan seseorang memiliki saudara kandung dari kedua orang tua yang sama. Manusia berada di posisi cukup tinggi, tetapi masih kalah setia dibandingkan tikus California, anjing liar Afrika, serigala Ethiopia, hingga berang-berang Eurasia.

Artinya, mamalia-mamalia tersebut secara statistik lebih mungkin kawin dengan satu pasangan seumur hidup dibandingkan manusia (Homo sapiens). Namun, manusia tetap lebih monogami dibandingkan serigala abu-abu, lumba-lumba hidung botol, badak hitam, atau singa.

“Ada semacam liga utama monogami, dan manusia duduk cukup nyaman di dalamnya, sementara sebagian besar mamalia lain memilih pendekatan kawin yang jauh lebih bebas,” ujar Dr. Mark Dyble, antropolog evolusi dari University of Cambridge, mengutip IFL Science.

Ia menambahkan, tingginya proporsi saudara kandung penuh pada manusia memperkuat pandangan bahwa monogami adalah pola kawin dominan dalam spesies kita.

Menariknya lagi, monogami manusia justru tergolong langka jika dibandingkan dengan kerabat terdekat kita, seperti simpanse dan gorila, yang jarang mempraktikkan monogami.

“Dilihat dari pola kawin kerabat terdekat kita, monogami manusia kemungkinan berevolusi dari kehidupan kelompok non-monogami—sebuah transisi yang sangat tidak lazim pada mamalia,” kata Dyble.

Burung Juara Setia, Kecoak Punya Cara Ekstrem

Monogami sejati hampir tidak ditemukan pada ikan dan amfibi. Serangga pun demikian, meski ada pengecualian unik, seperti kecoak pemakan kayu. Spesies ini diketahui memakan sayap pasangannya setelah kawin, yang diduga menjadi cara ekstrem untuk memastikan keduanya tetap bersama demi membesarkan anak.

Sementara itu, burung adalah juara sejati dalam urusan setia. Sekitar 90 persen spesies burung dianggap monogami, setidaknya dalam satu musim kawin. Angsa, angsa liar, burung hantu gudang, albatros, elang botak, burung beo, hingga penguin sering dijadikan contoh.

Namun, bahkan pada penguin, kenyataannya tak selalu seindah citra publik. Banyak yang membentuk ikatan jangka panjang, tetapi tidak selalu seumur hidup, dan dalam satu musim kawin pun, “drama” kerap terjadi.

Bagi burung, kawin seumur hidup masuk akal secara praktis. Mereka biasanya hanya menghasilkan satu anakan per tahun, dengan masa pengeraman dan pertumbuhan yang lama. Pasangan yang tetap bersama bisa mulai berkembang biak lebih awal, menjaga sarang secara bergantian, dan menghemat energi—terutama bagi burung migran yang harus menempuh perjalanan jauh.

Romantis? Tidak juga. Ini soal efisiensi dan kelangsungan gen.

Tentu saja, cinta manusia tak bisa disamakan begitu saja dengan strategi evolusi. Namun, jika dilihat dari kacamata sains, bahkan hubungan paling emosional pun tetap memiliki jejak logika alam. Dan mungkin, di situlah manusia dan hewan tak sepenuhnya berbeda.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Cina Susun Regulasi Penggunaan AI Mirip Manusia
• 11 jam lalukatadata.co.id
thumb
Prabowo Kirim Helikopter Pribadi ke Mualem untuk Bencana Aceh
• 10 jam lalurctiplus.com
thumb
Kejahatan Jalanan Jadi Penyumbang Terbesar Kriminalitas di Lampung 2025
• 4 jam lalukumparan.com
thumb
Dokumen Kependudukan Warga Terdampak Bencana Sumatra Gratis, Mensesneg Pastikan Tak Ada Biaya
• 7 jam lalusuara.com
thumb
30 Contoh Ucapan Tahun Baru 2026 untuk Mantan, Kode Belum Bisa Move On
• 16 jam lalukatadata.co.id
Berhasil disimpan.