Jakarta, VIVA – Reli harga perak global belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Logam mulia ini mencetak rekor baru dengan menembus level US$82 atau Rp 1,37 juta (estimasi kurs Rp 16.770 per dolar AS) per ons untuk pertama kalinya pada Senin, 29 Desember 2025 pukul 06.00 waktu Inggris.
Kenaikan agresif ini menegaskan bahwa perak tidak lagi sekadar mengikuti pergerakan emas. Lonjakan harga perak dipicu oleh pasokan yang semakin sedikit dan tingginya permintaan dari sektor industri maupun investor ritel.
Berdasarkan pantauan VIVA di Gold Price, harga perak terjun ke level US$77 setelah mencapai titik tertinggi sepanjang masa (all high time/ATH). Saat ini, perak diperdagangkan di harga US$78,45 per ons atau naik 2,12 persen.
Dikutip dari Finimize, harga perak telah melonjak sekitar 181 persen sepanjang tahun 2025. Ini menjadikan perak sebagai salah satu aset dengan kinerja terbaik di pasar komoditas global.
- Forbes
Lonjakan harga perak dipicu kombinasi faktor fundamental dan makroekonomi. Dari sisi pasar logam, ketersediaan stok terlihat semakin menipis, sementara kebutuhan industri dan minat beli investor tetap kuat. Kondisi tersebut menciptakan tekanan naik yang signifikan pada harga.
Dari sisi makro, pelemahan dolar AS serta ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) turut memperkuat reli. Saat suku bunga diperkirakan turun, imbal hasil aset berbunga ikut melemah, sehingga biaya peluang memegang aset tanpa imbal hasil seperti logam mulia menjadi lebih rendah.
“Ketika pasar memperkirakan kebijakan moneter yang lebih longgar, imbal hasil dan dolar biasanya melemah, dan kondisi ini cenderung mendorong kenaikan harga logam yang diperdagangkan dalam dolar,” demikian pandangan pasar yang mencerminkan sentimen investor global.
Sementara itu, harga emas memang terkoreksi tipis ke kisaran US$4.528 per ounce setelah sempat mencetak puncak baru. Namun secara tahunan, emas masih menguat sekitar 72 persen ditopang oleh arus masuk dana ETF dan pembelian konsisten oleh bank sentral berbagai negara.
Berbeda dengan emas, perak memiliki keterkaitan lebih kuat dengan aktivitas manufaktur. Permintaan industri yang tinggi membuat perak kerap dianggap seperti komoditas dan stok terbatas membuat pergerakannya cenderung lebih ekstrem, baik saat reli maupun koreksi.





/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2020%2F02%2F19%2F0148396c-b013-4087-9d2f-450b50c3829a_jpg.jpg)