Kisah tentang Sisa Makanan

erabaru.net
6 jam lalu
Cover Berita

EtIndonesia. Sebuah keluarga berkecukupan hidup sederhana. Suami bekerja di luar rumah, sementara sang istri mengurus rumah tangga dan membesarkan tiga orang anak yang semuanya masih bersekolah.

Setiap kali pulang kerja, sang suami kerap berkata kepada istrinya : “Kamu ini benar-benar beruntung. Seharian di rumah tidak ada pekerjaan. Aku di luar sibuk bekerja untuk negara, urusannya banyak dan melelahkan.”

Istri hanya diam dan menahan perasaan, dengan kelembutan khas seorang perempuan.

Anak-anak pun tak kalah. Setiap pulang sekolah mereka berteriak-teriak, minta makan, minta istirahat, mengeluh betapa capeknya belajar, betapa sibuknya tugas-tugas sekolah. 

Bahkan ada yang menyalahkan sang ibu :  “Ibu kan di rumah saja, tidak tahu rasanya capek belajar di sekolah.”

Suatu hari libur, sang ibu berkata kepada suami dan anak-anak bahwa dia ingin pulang ke rumah orangtuanya untuk menjenguk keluarga. Dia meminta izin satu hari, dan pekerjaan rumah untuk sementara diserahkan kepada anggota keluarga lainnya.

Sang suami—yang kebetulan ahli manajemen—langsung membagi tugas.

Dia sendiri bertanggung jawab memasak tiga kali sehari. Putri sulung yang berusia 17 tahun bertugas memilih sayur, mencuci bahan makanan, dan menyiapkan peralatan makan. Anak kedua bertanggung jawab menyiram tanaman dan menyapu halaman. Anak bungsu yang berusia 13 tahun, karena masih kecil, kebagian tugas mengelap meja, menyapu lantai, dan merapikan rumah.

Satu hari berlalu.

Semua kelelahan. Punggung pegal, kaki sakit, dan mulut tak henti mengeluh: “Capek sekali… Pekerjaan rumah ternyata begitu banyak!”

Tiba-tiba mereka tersadar:  Empat orang bekerja bersama, tapi ibu selama ini mengerjakan semuanya sendirian.

Saat itulah mereka menyadari betapa kelirunya anggapan bahwa ibu “tidak melakukan apa-apa”.

Ibu sangat sibuk.  Ibu luar biasa.

Barulah saat itu mereka benar-benar memahami bahwa menjadi ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah.

Waktu berlalu dengan cepat. Sang ibu akan segera berulang tahun ke-60. Anak-anak ingin mengadakan perayaan untuk menghormati ibu yang selama puluhan tahun telah berkorban mengurus keluarga.

Seluruh keluarga berkumpul untuk berdiskusi: hadiah apa yang cocok untuk ibu?

Ada yang mengusulkan pakaian, tapi semua tahu—selama ini ibu selalu berkata: “Tidak usah, tidak perlu.”

Ada yang ingin membuat jamuan besar, tetapi ada pula yang mengingatkan: “Ibu tidak suka makanan yang terlalu banyak.”

Setelah lama berpikir, si bungsu tiba-tiba berkata:  “Bukankah ibu paling suka makan sisa makanan? Kalau begitu, di hari ulang tahunnya, kita sajikan saja sisa makanan untuk ibu.”

Hari ulang tahun ke-60 pun tiba.

Dengan senyum, suami dan anak-anak berkata kepada sang ibu : “Ibu selalu bilang paling suka makan sisa makanan. Jadi hari ini, kami merayakan ulang tahun Ibu dengan sisa makanan, supaya Ibu senang.”

Mata sang ibu berkaca-kaca.

 Dengan suara bergetar dia berkata:  “Selama puluhan tahun… memang itulah yang paling sering Ibu makan. Sisa makanan.”

Sebuah kisah sederhana tentang sisa makanan, namun menyimpan begitu banyak liku perasaan dan pengorbanan yang tak terucap.

Seorang ibu yang penuh kasih. Seorang perempuan yang luar biasa.

Begitulah kehidupan seorang ibu rumah tangga— menghabiskan satu kehidupan penuh,
dalam diam, dalam memberi,  dan dalam cinta yang jarang disadari.(jhn/yn)


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Pilihan Makanan dengan Omega-3 Melimpah, Udang Bisa Jadi Andalan
• 22 jam lalugenpi.co
thumb
Polri Bakal Bangun 436 SPPG di Seluruh Indonesia
• 7 jam laluidxchannel.com
thumb
Raphinha dan Lamine Yamal Antar Barcelona Dominasi LaLiga Awards 2025
• 18 jam lalupantau.com
thumb
Puting Beliung di Kemang Bogor, Sayap Pesawat Bekas Timpa Rumah Warga
• 3 jam laludetik.com
thumb
Investor Domestik Kuasai Pasar, Asing Diam-Diam Incar Saham Ini
• 14 jam lalucnbcindonesia.com
Berhasil disimpan.