jpnn.com - Peneliti senior Citra Institute Efriza menilai peluang munculnya gerakan separatis baru akibat maraknya simbol atau atribut seperti GAM, relatif kecil dalam jangka pendek.
Dia mengatakan pengibaran bendera GAM yang terjadi belakangan ini sekadar ekspresi kekecewaan karena kondisi bencana.
BACA JUGA: Panglima TNI Tegaskan Tindak Provokator Pengibaran Bendera GAM di Aceh
"Meski begitu, tidak bisa diabaikan dalam jangka menengah maupun panjang jika akar persoalan tidak ditangani serius, seperti keseriusan membangun aceh utamanya pasca bencana, kemungkinan itu terbuka meski kecil peluangnya didukung masyarakat," kata Efriza kepada JPNN.com, Senin (29/12).
Dia menyebutkan secara politis, simbol-simbol tersebut dapat menjadi medium artikulasi kekecewaan kolektif atas ketimpangan kesejahteraan, persepsi ketidakadiilan yang jika terus dibiarkan bisa bertransformasi menjadi identitas gangguan keamanan baru di Aceh.
BACA JUGA: Kisah Nenek Elina Diusir dari Rumah oleh Samuel dan Pria Berbaju Madas Malika
Efriza mengatakan itu dapat dibaca sebagai peringatan politik kepada pemerintah ketimbang indikasi langsung lahirnya gerakan separatis baru.
"Atribut dan simbol yang dimunculkan berfungsi sebagai sinyal ketidakpuasan kolektif terhadap arah kebijakan pusat, khususnya terkait membangun aceh pasca bencana, diyakini ini tidak akan menghadirkan bentuk kesiapan mobilisasi konflik terbuka," lanjutnya.
BACA JUGA: Info Terbaru Polisi soal Pembunuhan Satu Keluarga di Situbondo
Efriza menjelaskan pesan utamanya adalah negara jangan abai, karena ketika aspirasi merasa tidak tersalurkan melalui jalur formal, simbol identitas lama kerap dipanggil kembali sebagai alat tekanan politik.
"Justru di sinilah ujian bagi pemerintahan Prabowo agar segera merespons dengan pendekatan dialog dan koreksi kebijakan, serta membangun kembali Aceh dengan serius pascabencana," pungkas Efriza.(mcr8/jpnn)
Redaktur : M. Fathra Nazrul Islam
Reporter : Kenny Kurnia Putra


