FAJAR, SURABAYA — Kedatangan Bernardo Tavares ke Persebaya Surabaya bukan sekadar pergantian pelatih. Bagi sebagian pemain muda Indonesia, keputusan manajemen Green Force ini bisa menjadi titik balik karier. Salah satu nama yang langsung masuk radar publik adalah Marselino Ferdinan.
Di tengah pengumuman Tavares sebagai pelatih anyar Persebaya untuk Super League 2025/2026, muncul satu pertanyaan besar: apakah Marselino bisa kembali “meledak” jika suatu hari pulang ke Surabaya di bawah tangan dingin pelatih asal Portugal itu?
Pertanyaan ini bukan tanpa dasar.
Tavares dan DNA Pemain Muda
Bernardo Tavares dikenal sebagai pelatih yang memberi ruang besar kepada pemain muda—bukan sekadar pelengkap, melainkan fondasi tim. Saat membawa PSM Makassar menjadi juara, Tavares mengandalkan mayoritas pemain lokal dengan usia relatif muda, memaksimalkan potensi mereka lewat struktur permainan ketat dan peran yang jelas.
Dalam wawancaranya bersama jurnalis Portugal, Ines Antunes (Sport Informas Sapo), Tavares pernah menegaskan bahwa keberhasilan timnya tak bertumpu pada kekuatan finansial.
“Uang sangat membantu, tetapi uang saja tidak cukup untuk memenangkan pertandingan.”
Filosofi ini sejalan dengan karakter Marselino Ferdinan—pemain dengan talenta alami, agresivitas tinggi, dan keberanian mengambil risiko, namun membutuhkan sistem yang melindungi sekaligus menantangnya secara taktis.
Marselino dan Persebaya: Relasi Emosional yang Belum Usai
Marselino bukan sekadar mantan pemain Persebaya. Ia adalah simbol generasi baru Bajul Ijo—lahir dari kompetisi internal klub, dibesarkan oleh atmosfer Gelora Bung Tomo, dan dilepas ke Eropa dengan ekspektasi besar.
Namun, perjalanan Marselino di luar negeri tak selalu mulus. Adaptasi, menit bermain, dan dinamika klub kerap menjadi tantangan. Dalam konteks inilah, sosok seperti Bernardo Tavares menjadi relevan.
Tavares bukan pelatih yang menuntut pemain muda langsung sempurna. Ia membangun kepercayaan lewat disiplin, bukan kebebasan tanpa batas. Di PSM, banyak pemain muda justru mencapai level terbaiknya karena diberi tanggung jawab jelas—kapan harus kreatif, kapan harus patuh pada struktur.
Marselino, yang kerap disebut “liar” dalam bermain, justru berpotensi berkembang lebih matang dalam kerangka seperti ini.
Momentum PSSI Awards dan Sinyal Kebangkitan
Nama Marselino Ferdinan kembali mencuat setelah masuk nominasi Men’s Young Player of The Year PSSI Awards 2025, bersaing dengan Arkhan Fikri, Fajar Fathurrahman, Dony Tri Pamungkas, dan Rayhan Hannan.
Fakta bahwa Marselino tetap masuk nominasi, meski kariernya berproses di luar negeri, menunjukkan satu hal: otoritas sepak bola nasional belum kehilangan kepercayaan padanya.
Momentum ini bisa menjadi jembatan psikologis menuju fase baru kariernya. Jika suatu saat Marselino kembali ke Liga Indonesia, Persebaya dengan Bernardo Tavares di pinggir lapangan akan menjadi rumah yang paling logis—secara emosional maupun teknis.
Sistem yang Membutuhkan Playmaker Dinamis
Secara taktik, tim-tim Tavares selalu membutuhkan satu pemain penghubung antar lini—gelandang ofensif yang mampu menekan, membawa bola, dan mengambil keputusan cepat di ruang sempit.
Peran ini sangat dekat dengan profil Marselino.
Di PSM, peran tersebut sering dijalankan pemain muda dengan tingkat disiplin tinggi. Bukan pemain bebas tanpa tanggung jawab, melainkan playmaker pekerja keras. Jika Marselino mau beradaptasi dengan tuntutan itu, potensinya bukan sekadar “kembali bersinar”, tetapi naik level secara kematangan bermain.
Lebih dari Sekadar Romantisme
Narasi Marselino dan Persebaya memang sarat romantisme. Namun faktor Bernardo Tavares membuat wacana ini menjadi rasional, bukan nostalgia kosong.
Tavares datang ke Surabaya membawa reputasi sebagai pembentuk tim, bukan pemburu sensasi. Ia membangun pemain, bukan sekadar memanfaatkan nama besar.
Jika Marselino Ferdinan suatu hari kembali mengenakan seragam hijau di bawah komando pelatih Portugal itu, ceritanya bukan tentang pulang ke rumah—melainkan tentang menyempurnakan proses yang sempat terputus.
Dan bagi Persebaya, itu bisa menjadi ledakan yang bukan hanya spektakuler, tetapi juga berkelanjutan.



:quality(80):format(jpeg)/posts/2025-12/29/featured-46c201a90c09bd9e2c086481d7d8ab2d_1766957539-b.jpg)