Jelajah Ekonomi Sulsel 2025: Rappo Pengolah Limbah Plastik Bidik Pasar Ekspor

bisnis.com
3 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, MAKASSAR - Rappo, salah satu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) asal Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang memiliki produk dari hasil olahan limbah plastik, didorong untuk memperluas pasarnya secara global.

Melalui pendampingan dari Bank Indonesia, UMKM ini dianggap paling potensial untuk mengembangkan implementasi ekonomi sirkular yang lebih berkualitas.

Koordinator Operasional dan Produksi Rappo, Giofany Firmansyah mengatakan saat ini pihaknya bisa memproduksi beberapa produk, mulai dari tas laptop, canvas tote bag, berbagai furnitur, dan berbagai aksesoris berbahan daur ulang lainnya.

Meski dikerjakan secara manual, kapasitas produksi Rappo mampu mencapai 2.000 - 2.500 unit per bulan. Di mana secara keseluruhan, puluhan ribu produknya telah dipasarkan ke seluruh Indonesia.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

"Bukan hanya di Indonesia, kami bahkan berhasil memamerkan produk di ajang bergengsi World Osaka Expo di Jepang melalui kerja sama dengan Kementerian Perindustrian. Saat ini kami berusaha untuk memperluas penjualan ke pasar global," ucap Giofany saat dikunjungi Tim Jelajah Ekonomi Sulsel 2025 di rumah produksi Rappo di Untia Makassar, belum lama ini.

Rappo merupakan UMKM yang mampu menyulap limbah plastik menjadi berbagai produk fesyen dan aksesoris fungsional. Berdiri pada 2020 yang bermula dari keresahan terhadap tingginya volume sampah plastik di lingkungan sekitar.

Baca Juga

  • Jelajah Ekonomi Sulsel 2025: Pemkot Parepare Gelar Karpet Merah Investor Proyek SPAM
  • Jelajah Ekonomi Sulsel 2025: Peran Yayasan Hadji Kalla Menghapus Status Miskin Ekstrem 73 Desa Terpencil
  • Jelajah Ekonomi Sulsel 2025: Akselerasi Pengembangan Konsep Ekonomi Hijau dan Biru

Alih-alih membiarkan sampah menumpuk, tim Rappo saat itu mulai mencari teknik pengolahan yang tepat hingga berhasil mengubah plastik jenis kresek (LDPE) dan plastik keras (HDPE/PP) menjadi material yang kuat untuk dijahit.

Lebih jauh, Rappo tidak hanya fokus pada pelestarian lingkungan, tetapi juga pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal. Saat ini, Rappo melibatkan 13 pegawai tetap dan 19 penjahit yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga di sekitar wilayah Untia.

"Awalnya hanya ada tiga penjahit, kini kami sudah memberdayakan sekitar 19 orang penerima manfaat," ujar Giofany Firmansyah.

Bahan baku Rappo didapatkan dari berbagai sumber, mulai dari setoran warga sekitar, jasa laundry, bank sampah, hingga mitra Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R).

Plastik-plastik tersebut dipilah, dicuci, dan melalui proses pelelehan hingga menjadi lembaran tebal yang siap diproduksi. Demi menjaga ketahanan produk, Rappo mencampurkan material plastik hasil olahan dengan bahan kain seperti katun atau kanvas.

Kendati demikian, Rappo masih menghadapi tantangan pada proses pemilahan dan pencucian plastik yang memakan waktu lama karena dilakukan secara manual. Selain itu, tingginya permintaan pasar terkadang melampaui kapasitas produksi yang ada saat ini.

"Oleh sebab itu, ke depan, kami berharap dapat terus berkembang dengan menambah jenis sampah yang dikelola serta melibatkan lebih banyak masyarakat lokal guna memberikan dampak sosial dan lingkungan yang lebih luas," ujar Giofany.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Sulsel Rizki Ernadi Wimanda mengatakan pihaknya terus mendorong berbagai UMKM di Sulsel agar berkembang dan berdaya saing, salah satunya adalah Rappo.

Melalui program UMKM REWAKO (Resilient, Worldclass, Agile, and Knowledgeable), Bank Indonesia ingin mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dengan melakukan peningkatan kualitas, branding, dan jangkauan pemasaran produk UMKM Sulsel, serta menjadikannya siap go global.

Para UMKM di Sulsel secara rutin didampingi melalui pelatihan intensif, peningkatan kapasitas manajerial, digitalisasi, pemenuhan legalitas, hingga pembukaan akses pasar internasional.

Bank Indonesia juga mempertemukan UMKM dengan berbagai pihak seperti media, komunitas bisnis, dan pelaku usaha lain untuk membangun jaringan.

"Saat ini ada 152 UMKM yang telah dibina, di mana 70 di antaranya berhasil melakukan ekspor secara konsisten," ucap Rizki.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Tabrakan Beruntun 3 Kendaraan di Tol Dalkot KM 12 Arah Tomang, Lalin Padat
• 9 jam lalukumparan.com
thumb
Indonesia Hadapi Tantangan Serius Daya Saing Global, Pakar Dorong Lompatan Besar
• 2 jam lalukatadata.co.id
thumb
Panglima TNI Tambah 15 Batalion untuk Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana di Sumatera
• 10 jam laludisway.id
thumb
Mensesneg: Pemerintah Audit 24 Perusahaan Terkait Dugaan Pembalakan Hutan Liar Pascabencana
• 11 jam lalubisnis.com
thumb
BMKG Minta Warga NTB Waspada Cuaca Ekstrem Imbas Siklon 96S
• 17 jam lalutvrinews.com
Berhasil disimpan.