Jakarta (ANTARA) - Asisten Utama Bidang Operasi (Astamaops) Kapolri Komjen Pol. Mohammad Fadil Imran mengatakan bahwa Polri kini memfokuskan pengamanan aksi massa dengan pendekatan humanis.
Dalam kegiatan Rilis Akhir Tahun 2025 di Gedung Rupattama Mabes Polri, Jakarta, Selasa, Fadil menyebut bahwa Polri mengakui adanya kritik publik terkait pengamanan aksi massa pada akhir Agustus 2025 lalu.
“Polri secara sadar dan terbuka mengakui adanya kritik publik terkait penggunaan kekuatan yang tidak proporsional dan lemahnya fungsi negosiasi di lapangan,” katanya.
Kritik tersebut, kata dia, menjadi titik balik bagi Polri dalam mengubah pola pengamanan aksi massa, dari pendekatan berbasis dominasi dan eskalasi, menjadi pendekatan berbasis dialog dan deeskalasi.
Ia mengatakan, dalam dokumen kebijakan terbaru, Polri menegaskan tiga pilar dalam pengamanan masa aksi, yaitu dialogis hukum, proporsionalitas kekuatan, dan integritas serta legitimasi.
“Semua ini ditujukan untuk memastikan akuntabilitas institusi dan sentuhan humanisme di lapangan karena keamanan publik tidak bisa dibangun hanya dengan kekuatan, tapi dengan kepercayaan,” ucapnya.
Sejalan dengan itu, Polri juga menggeser paradigma pengamanan aksi massa. Dari pendekatan crowd control yang represif, menuju crowd management, hingga paradigma ideal berupa mutual respect, di mana polisi hadir sebagai mitra publik dan masyarakat menghormati kehadiran polisi karena merasakan niat baik serta orientasi solusi.
“Pengamanan aksi tidak boleh lagi dilihat dari jumlah pasukan, tetapi dari kualitas interaksi antara polisi dan masyarakat. Inilah pendekatan yang lebih manusiawi dan berorientasi ke depan,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo juga menyampaikan rasa syukurnya karena Indonesia mampu melewati peristiwa ‘Agustus kelabu’ dengan baik.
“Alhamdulillah, kita semua Indonesia mampu melewati seluruh tantangan tersebut sehingga peristiwa yang terjadi dapat segera kita atasi dan dampak serius yang terjadi bisa kita mitigasi sehingga tidak terjadi seperti di negara-negara lain,” ucapnya.
Pemimpin Korps Bhayangkara itu pun menyampaikan apresiasinya atas kerja keras anggota kepolisian serta dukungan dari stakeholder terkait hingga seluruh elemen masyarakat dalam melewati peristiwa tersebut.
“Sehingga stabilitas kamtibmas kita dapat terjaga dengan baik, kondisi keamanan bisa kita pulihkan, dan masyarakat bisa beraktivitas kembali dengan normal,” katanya.
Baca juga: Kapolri: Survei kepercayaan publik Polri 2025 tunjukkan tren positif
Baca juga: Kapolri apresiasi pendirian Museum Pahlawan Nasional Marsinah
Dalam kegiatan Rilis Akhir Tahun 2025 di Gedung Rupattama Mabes Polri, Jakarta, Selasa, Fadil menyebut bahwa Polri mengakui adanya kritik publik terkait pengamanan aksi massa pada akhir Agustus 2025 lalu.
“Polri secara sadar dan terbuka mengakui adanya kritik publik terkait penggunaan kekuatan yang tidak proporsional dan lemahnya fungsi negosiasi di lapangan,” katanya.
Kritik tersebut, kata dia, menjadi titik balik bagi Polri dalam mengubah pola pengamanan aksi massa, dari pendekatan berbasis dominasi dan eskalasi, menjadi pendekatan berbasis dialog dan deeskalasi.
Ia mengatakan, dalam dokumen kebijakan terbaru, Polri menegaskan tiga pilar dalam pengamanan masa aksi, yaitu dialogis hukum, proporsionalitas kekuatan, dan integritas serta legitimasi.
“Semua ini ditujukan untuk memastikan akuntabilitas institusi dan sentuhan humanisme di lapangan karena keamanan publik tidak bisa dibangun hanya dengan kekuatan, tapi dengan kepercayaan,” ucapnya.
Sejalan dengan itu, Polri juga menggeser paradigma pengamanan aksi massa. Dari pendekatan crowd control yang represif, menuju crowd management, hingga paradigma ideal berupa mutual respect, di mana polisi hadir sebagai mitra publik dan masyarakat menghormati kehadiran polisi karena merasakan niat baik serta orientasi solusi.
“Pengamanan aksi tidak boleh lagi dilihat dari jumlah pasukan, tetapi dari kualitas interaksi antara polisi dan masyarakat. Inilah pendekatan yang lebih manusiawi dan berorientasi ke depan,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo juga menyampaikan rasa syukurnya karena Indonesia mampu melewati peristiwa ‘Agustus kelabu’ dengan baik.
“Alhamdulillah, kita semua Indonesia mampu melewati seluruh tantangan tersebut sehingga peristiwa yang terjadi dapat segera kita atasi dan dampak serius yang terjadi bisa kita mitigasi sehingga tidak terjadi seperti di negara-negara lain,” ucapnya.
Pemimpin Korps Bhayangkara itu pun menyampaikan apresiasinya atas kerja keras anggota kepolisian serta dukungan dari stakeholder terkait hingga seluruh elemen masyarakat dalam melewati peristiwa tersebut.
“Sehingga stabilitas kamtibmas kita dapat terjaga dengan baik, kondisi keamanan bisa kita pulihkan, dan masyarakat bisa beraktivitas kembali dengan normal,” katanya.
Baca juga: Kapolri: Survei kepercayaan publik Polri 2025 tunjukkan tren positif
Baca juga: Kapolri apresiasi pendirian Museum Pahlawan Nasional Marsinah


:strip_icc()/kly-media-production/medias/5051207/original/080163400_1734234398-pexels-bertellifotografia-29509460.jpg)
