Arah Saham Adaro Andalan (AADI) 2026 di Tengah Volatilitas Batu Bara

bisnis.com
5 jam lalu
Cover Berita

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) melemah sepanjang tahun 2025. Meski demikian, sejumlah katalis positif diperkirakan akan menghampiri AADI pada 2026.

Direktur Adaro Andalan Indonesia Lie Luckman menjelaskan pasar batu bara termal pada 2025 menghadapi tekanan harga di tengah ketersediaan pasokan yang melimpah, akibat peningkatan produksi negara pengimpor utama dan penurunan permintaan musiman.

“Meski demikian, batu bara diperkirakan tetap memiliki peran dalam bauran energi global seiring meningkatnya kebutuhan energi dalam jangka panjang,” kata Lie Luckman awal pekan ini.

Dia menyebut hingga sembilan bulan 2025, volume penjualan AADI telah mencapai 52,69 juta ton dengan nisbah kupas 4,2 kali.

googletag.cmd.push(function() { googletag.display("div-gpt-ad-parallax"); });

Menurutnya, hasil kinerja ini sejalan dengan panduan penjualan perusahaan di tahun 2025 yang sebesar 65-67 juta ton batu bara dan panduan nisbah kupas sebesar 4,3 kali.

Pasar penjualan terbesar AADI selama periode ini adalah Indonesia, diikuti oleh Malaysia, India dan China. Mayoritas pelanggan perusahaan terdiri dari PLTU dan end-user lainnya.

Baca Juga

  • Cadangan Batu Bara Tinggal 16 Tahun, Simak Rencana Adaro Andalan (AADI)
  • Adaro Andalan (AADI) Jual 52,69 Juta Ton Batu Bara sampai September 2025
  • Cek Rekening, Adaro Andalan (AADI) Bayar Dividen Interim Rp4,18 Triliun Hari ini

Dari sisi kinerja keuangan, AADI membukukan penurunan kinerja sampai sembilan bulan 2025. AADI mencatatkan laba bersih sebesar US$587,3 juta atau setara Rp9,8 triliun sampai September 2025 (kurs Jisdor BI Rp16.692 per dolar AS 30 September 2025).

Laba bersih AADI dalam 9 bulan 2025 tergerus hampir setengahnya, atau 45,35% secara tahunan. Sebelumnya, pada periode yang sama tahun lalu AADI membukukan laba bersih sebesar US$1,07 miliar.

Turunnya laba bersih ini sejalan dengan pendapatan usaha AADI yang melemah 10,88% menjadi US$3,6 miliar sepanjang Januari-September 2025 dari sebelumnya sebesar US$4,04 miliar year on year (YoY).

Pendapatan Adaro Andalan Indonesia ini didominasi oleh penjualan batu bara ekspor ke pihak ketiga sebesar US$2,78 miliar, dan penjualan batu bara domestik ke pihak ketiga sebesar US$530,9 juta. Sementara itu, berdasarkan pelanggannya, AADI memperoleh penjualan sebesar US$697,8 juta dari TNB Fuel Services Sdn. Bhd.

AADI juga mencatatkan beban pokok penjualan yang turun 9,02% menjadi US$2,66 miliar, dari sebelumnya sebesar US$2,93 miliar secara tahunan.

Adapun hingga September 2025, belanja modal AADI mencapai US$243 juta yang terutama digunakan untuk investasi pada pembangkit listrik untuk menunjang kegiatan industri di Kalimantan Utara, pembelian tongkang, dan sarana pendukung di rantai pasokan perusahaan.

Belanja modal ini sejalan dengan panduan perusahaan di awal tahun yang sebesar US$250-US$300 juta.

“Perusahaan terus berupaya menerapkan tata kelola yang baik, disiplin keuangan, upaya-upaya peningkatan produktivitas dan pengendalian biaya di tengah volatilitas pasar,” ujar Lie.

Meski kinerja AADI mengalami penurunan, AADI tercatat masih royal membagikan dividen interim tahun buku 2025 kepada pemegang sahamnya. Untuk tahun buku 2025, AADI menebar dividen interim senilai US$250 juta atau setara lebih dari Rp3,9 triliun (asumsi kurs Rp15.600 per dolar AS).

Lie menuturkan AADI tidak memiliki fixed dividend payout ratio. Menurutnya, AADI selalu melakukan review kondisi arus kas operasional, karena AADI memiliki komitmen kepada stakeholders, termasuk pemegang saham, kreditur, dan pemerintah.

“Secara berurutan, kami akan utamakan semua kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan, kemudian sisanya akan dianggarkan untuk belanja modal kegiatan operasional. Lalu apabila masih ada free cash flow maka dapat digunakan untuk pembagian dividen,” ujar Lie Luckman.

Adapun untuk tahun depan, Lie Luckman berharap target volume produksi batu bara AADI dapat tercapai, serta supply dan demand di pasar batu bara dapat berimbang sehingga Average Selling Price (ASP) tetap terjaga.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Wisatawan Diimbau Tak Nyalakan Kembang Api di Kepulauan Seribu saat Tahun Baru
• 13 jam lalukumparan.com
thumb
Gerindra Minta Pemulihan Infrastruktur Pascabencana di Sumatera Dipercepat
• 6 jam laludetik.com
thumb
Profil Amal Said Dosen UIM yang Ludahi Kasir Swalayan, 20 Tahun Mengajar Berujung Dipecat
• 23 jam laludisway.id
thumb
Tinggi Net Bola Voli Putri dan Standar Resmi PBVSI/FIVB Lengkap
• 9 jam lalumediaindonesia.com
thumb
Tanam 38 Ribu Mangrove, PLN UIP JBB Tegaskan Komitmen Konservasi Lingkungan di Kawasan Pesisir
• 47 menit laluwartaekonomi.co.id
Berhasil disimpan.