Mengenal Superflu: Varian Influenza H3N2 yang Sangat Menular

kumparan.com
8 jam lalu
Cover Berita

Masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap meningkatnya kasus influenza yang menyebabkan infeksi saluran pernapasan akut, termasuk varian H3N2 yang belakangan dikenal dengan istilah “superflu”.

Dokter Spesialis Anak sekaligus Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi IDAI, Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A, Subsp Respi(K), menjelaskan bahwa istilah superflu muncul karena tingginya tingkat penularan virus ini.

Menurut dr. Nastiti, superflu merupakan bagian dari virus influenza A H3N2, tepatnya varian subclade K, yang disebut-sebut menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus influenza di negara-negara dengan musim dingin, terutama pada periode Oktober hingga Januari atau Februari. Penularannya terjadi melalui droplet atau percikan ludah saat batuk dan bersin, serta kontak langsung dengan cairan pernapasan orang yang terinfeksi.

“Nah masalahnya mungkin salah satu jadi penyebab istilah superflu ini karena penularannya cepat, jadi satu orang itu bisa menulari 2-3 orang sekitarnya, diperkirakan varian ini mungkin bisa menulari lebih tapi belum ada penelitiannya,” kata dr. Nastiti dalam webinar bersama IDAI, Senin (29/12).

Varian H3N2 subclade K juga dikenal memiliki tingkat evolusi yang tinggi, mudah bermutasi, dan berpotensi menimbulkan lonjakan kasus influenza secara massal. Kondisi ini dapat berdampak pada meningkatnya jumlah pasien yang memerlukan perawatan di rumah sakit, sekaligus menambah kebutuhan alat kesehatan dan obat-obatan, terutama di negara dengan musim dingin yang panjang.

Dari sisi gejala, dr. Nastiti menjelaskan bahwa superflu memiliki gejala yang mirip dengan influenza A pada umumnya, seperti demam tinggi, menggigil, sakit kepala, nyeri tenggorokan, hingga pilek. Secara klinis, dokter tidak bisa membedakan apakah seseorang terinfeksi influenza biasa atau varian H3N2 subclade K hanya dari gejalanya.

Siapa Kelompok Paling Berisiko?

Influenza dapat dideteksi melalui rapid test atau pemeriksaan swab, namun untuk memastikan varian H3N2 subclade K diperlukan pemeriksaan genome sequencing di laboratorium canggih, seperti yang dilakukan pada masa pandemi COVID-19.

Kelompok yang berisiko mengalami keparahan akibat influenza ini antara lain balita dan lansia, serta pasien dengan penyakit penyerta atau komorbid, seperti penyakit kronik, penyakit jantung bawaan pada anak, penyakit kardiovaskular pada orang dewasa, penderita kanker, dan individu yang mengonsumsi obat penekan sistem imun.

Sebagai langkah pencegahan, imunisasi influenza tetap menjadi cara terbaik untuk menurunkan risiko penularan dan mencegah keparahan penyakit.


Artikel Asli

Berikan komentar Anda
Lanjut baca:

thumb
Beyonce Masuk Daftar Miliarder Dunia, Ikuti Jejak Taylor Swift dan Rihanna
• 6 jam laluidxchannel.com
thumb
Saham BBNI, INCO, hingga INKP Masih Bertenaga Meski Indeks Bisnis-27 Ditutup Lesu
• 6 jam lalubisnis.com
thumb
Bank Muamalat Umumkan Perubahan Status Kantor Cabang Pembantu Dago
• 23 jam laluwartaekonomi.co.id
thumb
Empat Petinggi Parpol yang Pro Pilkada Lewat DPRD Bertemu, Said Didu: Pernah Pikirkan Rakyat
• 10 jam lalufajar.co.id
thumb
Timnas Futsal U-19 Indonesia Gagal Juara ASEAN 2025 Usai Kalah 1-3 dari Thailand di Final
• 23 jam lalupantau.com
Berhasil disimpan.