Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa penghimpunan dana di pasar modal Indonesia sepanjang 2025 menembus Rp268,14 triliun hingga 29 Desember 2025. Capain tersebut melampaui target Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebesar Rp220 triliun.
Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Pasar Modal OJK Eddy Manindo Harahap menyampaikan, realisasi penghimpunan dana yang melampaui target menunjukkan fungsi pasar modal sebagai sumber pembiayaan jangka panjang tetap terjaga.
“Penghimpunan dana pasar modal sepanjang 2025 berhasil melampaui target yang kami canangkan. Ini menjadi bukti nyata kepercayaan yang terus menguat terhadap pasar modal Indonesia,” ujar Eddy dalam Konferensi Pers Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2025, Selasa (30/12/2025).
Baca Juga: Jumlah Investor Tembus 20,12 Juta, Orang Kaya Usia 60 Tahun ke Atas Kuasai Pasar Modal
OJK mencatat, sepanjang 2025 terdapat 210 aksi korporasi yang dinyatakan efektif. Dari jumlah tersebut, 18 emiten baru resmi melantai di BEI. Berbagai aksi korporasi tersebut, termasuk penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO), rights issue, serta penerbitan efek bersifat utang, menjadi kontributor utama dalam mendorong penghimpunan dana pasar modal.
Di luar pasar perdana, OJK juga mencatat pertumbuhan signifikan pada skema pendanaan alternatif melalui securities crowdfunding (SCF). Hingga 23 Desember 2025, nilai akumulasi penghimpunan dana SCF mencapai Rp1,808 triliun dengan melibatkan 971 penerbit. OJK menilai perkembangan ini menunjukkan semakin luasnya akses pembiayaan bagi pelaku usaha, terutama usaha kecil dan menengah.
Kinerja positif pasar modal juga tercermin pada industri pengelolaan investasi. OJK mencatat aset under management(AUM) industri pengelolaan investasi mencapai Rp1.039,71 triliun, tumbuh 24,16% secara year to date. Sementara itu, nilai efek yang dikelola industri tercatat sebesar Rp681,23 triliun, meningkat 36,45% dibandingkan posisi akhir 2024.
Baca Juga: Antrean IPO di BEI Masih Padat Jelang Akhir Tahun
Penguatan penghimpunan dana di pasar perdana berjalan seiring dengan meningkatnya aktivitas perdagangan di pasar sekunder. Sepanjang 2025, rata-rata nilai transaksi harian tercatat mencapai Rp18,06 triliun, meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini dinilai memberikan dukungan likuiditas bagi emiten sekaligus memperkuat daya tarik pasar bagi investor.
Menurut OJK, capaian penghimpunan dana yang melampaui target menjadi sinyal positif bagi keberlanjutan peran pasar modal dalam mendukung pembiayaan pembangunan nasional. Ke depan, regulator akan terus mendorong pengembangan produk pasar modal, memperkuat basis investor domestik, serta menjaga stabilitas dan integritas pasar.
Eddy menambahkan, fondasi yang terbentuk sepanjang 2025 menjadi modal penting bagi pasar modal Indonesia dalam menghadapi tantangan 2026, yang diperkirakan berlangsung lebih dinamis seiring perubahan kondisi global dan domestik.



